Azylle menarik napas dalam, menatap piano di sudut aula. Rasanya aneh — dulu ia menguasai dunia gelap dengan penuh strategi, sekarang ia harus menari perlahan di lantai marmer, di bawah mata semua pelayan dan asisten, meniru citra putri yang sempurna.

“Ini akan jadi… menyebalkan,” gumamnya pelan, tapi dengan satu tekad kecil di hatinya. “Tapi kalau itu harus dilakukan untuk… menghadapi Hazric, aku akan melakukannya.”

Di aula mewah itu, langkah Azylle bergema di lantai marmer, setiap gerakan mencerminkan pertarungan batin: antara citra yang harus ia pertahankan dan identitas yang ia sembunyikan. Hari pertama transformasinya menjadi putri Mercier dimulai, penuh ketegangan, kecanggungan, dan rahasia yang siap mengubah segalanya.

✷ ✷ ✷ ✷

Ruang kerja David Mercier sore itu dipenuhi aroma kopi hitam yang mulai dingin di atas meja marmernya. Lampu gantung kristal memantulkan cahaya hangat, namun suasananya jauh dari tenang. Pria paruh baya itu berjalan mondar-mandir di depan jendela besar yang menampilkan langit Jakarta yang mulai gelap, hujan tipis turun menampar kaca dengan ritme tak beraturan — seolah menyamai kekacauan pikirannya.

Tangan kirinya menggenggam secarik undangan tebal bersegel emas, sementara tangan kanannya memegang ponsel, jari-jarinya mengetuk-ngetuk bodi logamnya dengan cemas.

“Tujuh hari…” gumamnya pelan, suaranya parau dan berat. “Hanya tujuh hari.”

Ia berhenti berjalan, menatap surat undangan itu lagi. Tulisan rapi berwarna tinta perak tertera jelas: “Undangan Pertemuan Tertutup — Hazric Winston.”
Nama itu membuat rahangnya mengeras. Mata David menatap kosong ke luar jendela, pikirannya menelusuri bayangan masa lalu yang belum juga pudar.

“Hazric Winston… anak itu memang tak pernah berubah,” katanya lirih, hampir seperti bicara dengan dirinya sendiri. “Selalu datang di waktu yang paling tidak kuinginkan.”

Pintu ruangannya diketuk pelan. Seorang pria berkacamata dengan setelan abu-abu masuk dengan hormat — salah satu tangan kanan David, Rion, yang selama ini memimpin jaringan mata-mata di bawah Valken Cipher.

“Tuan Mercier,” lapornya sambil menunduk sedikit, “kami sudah memastikan. Pesawat Winston mendarat dalam tiga hari. Tapi jadwal pertemuannya dengan para konglomerat… resmi ditetapkan tujuh hari dari sekarang.”

David mengangguk pelan, lalu berjalan menuju meja kerjanya, menjatuhkan diri di kursi kulit hitamnya dengan wajah lelah.

“Tiga hari sebelum ia tiba… tujuh hari sebelum pertemuan,” katanya pelan, jemarinya menekan pelipis. “Itu waktu yang terlalu singkat untuk memperbaiki segalanya.”

Rion menatap atasannya, mencoba menebak arah pikirannya.

“Apakah ini tentang Nona Azylle, Tuan?”

David mengangkat kepala, menatap Rion dengan tatapan tajam — namun penuh beban.

“Tentu saja. Ini semua tentang Azylle.” Ia mendesah panjang, lalu melanjutkan dengan nada tegas. “Dia harus menjadi putri Mercier sepenuhnya sebelum Hazric datang. Tak ada yang boleh mencurigai masa lalunya, bahkan sedikit pun.”

Rion mengangguk, mencatat cepat dalam tablet di tangannya.

“Kami sudah menyiapkan pelatih terbaik — tata krama, seni, dan etika sosial. Semua sudah dimulai hari ini.”

David terdiam sejenak, lalu menatap ke arah undangan di tangannya.

“Bagus. Tapi dengarkan aku, Rion,” katanya perlahan namun penuh tekanan. “Dalam tujuh hari ke depan, Azylle tidak boleh bertemu dengan Hazric. Tidak secara langsung, tidak pun lewat bayangan. Jika mereka bertemu sebelum waktunya, semua yang kita bangun bisa runtuh.”

Rion menatapnya ragu.

“Tapi, Tuan… dengan jadwal yang padat, sulit memastikan—”

“Aku tidak mau alasan,” potong David cepat, nadanya tajam. “Lakukan apa pun yang perlu. Pengawasan, pengalihan, bahkan pemutusan akses jika perlu. Aku tidak peduli caranya, tapi aku ingin Azylle tetap berada di bawah kendaliku sampai hari pertemuan.”

Rion menunduk dalam, memahami betapa seriusnya perintah itu.

“Baik, Tuan. Akan saya pastikan tidak ada kontak antara mereka berdua.”

David menatap langit malam dari balik jendela, hujan semakin deras mengguyur.

“Aku tidak bisa membiarkan masa lalu merusak semua yang telah kubangun,” katanya pelan, hampir berbisik. “Azylle harus menjadi sempurna… meski itu berarti mengubur dirinya yang sebenarnya.”

Di luar sana, kilat menyambar, cahaya putihnya memantulkan wajah David yang lelah tapi bertekad. Dalam tujuh hari, ia berencana menghapus Azylle si pembunuh bayangan — dan menggantikannya dengan Azylle si putri Mercier yang anggun.
Dan di lubuk hatinya, David tahu… tujuh hari itu akan menjadi neraka bagi putrinya — juga bagi dirinya sendiri.

Jangan lupa vote ya guys 💗 thankyouu, maaf ya kalau alurnya lambat. Tapi kalau mereka udah ketemu, alurnya bakal cepet kok.

Strings of DeceptionWhere stories live. Discover now