Astaga, tahu gini aku dan Anná seharusnya makan siang di sini saja tadi. Tapi... Anná kan buronan, apakah tempat ini akan menerimanya? Toh, aku sekarang juga sudah kenyang sekali.
Ummmm, aku merasa ingin bertanya sesuatu, "Apakah aku boleh membawa makanan itu pulang?"
"Tentu saja tuan."
Sip, baguslah kalau begitu!
Aku langsung memilih 2 bungkus porsi makanan yang menurutku paling menarik di antara semua porsi makanan mewah yang ada, jadi aku dan Anná bisa memakannya nanti malam. Selain itu aku juga meminta 2 botol anggur merah. Pelayan itu mencatat semuanya lalu membungkuk untuk memberikan hormat, kemudian melangkah pergi menuju ke meja lainnya.
"Sampai mana kita tadi... Ohh iya, memangnya apa yang kau lakukan pada Anná?" Gavin akhirnya melanjutkan topik bicaranya.
Pikiranku langsung kembali ke saat aku dan Anná sedang makan siang tadi, ke momen dimana kami berdua secara kompak tidak sengaja saling menyinggung satu sama lain. Aku bahkan harus diam sejenak sebelum bisa mengutarakannya ke lawan bicaraku ini.
"Aku bertanya perihal kasus yang menimpanya itu... Jujur aku juga sependapat denganmu, Gavin. Aku tidak percaya kalau perempuan seperti Anná bisa membunuh orang." Aku akhirnya mulai dengan kalimat ini.
Gavin mengangguk setuju, "Iya, semenjak perjalanan kemarin. Aku juga agak heran dengan tuduhan itu, tapi kalau sesuai yang di tulis di sini..." Ia tiba-tiba membuka sebuah gulungan perkamen dari sakunya lalu meletakkannya di meja yang ada di tengah-tengah kami, "Dia itu pembunuh... pembunuh 11 orang, tidak kurang."
Aku menatap detail isi dari lembar perkamen itu. Di pojok kiri atasnya ada stempel mentari emas Kerajaan Salthorn, menandakan bahwa perkamen ini adalah perkamen resmi. Bagian tengahnya memuat tulisan padat yang kurang lebih memuat pesan seperti ini:
"Surat kuasa hukum Kerajaan Salthorn, dengan ini memberikan kuasa kepada siapa saja yang membawa lembaran perkamen ini, baik itu warga kerajaan maupun bukan warga resmi kerajaan, untuk menangkap dalam keadaan hidup-hidup terdakwa kasus kejahatan, Lilianná Almiaar. Elf usia 147 tahun dengan tuduhan sebagai berikut: pembunuhan berantai atas 11 orang, penipuan yang merugikan kerajaan, dan pemerasan terhadap warga sipil."
Sungguh, surat ini terdengar gila! Bagaimana bisa orang seperti Anná melakukan semua itu?!
Setelah penjelasan itu, perkamen ini juga memuat sketsa gambar wajah Anná sekaligus deskripsi tentang penampilannya secara umum. Selanjutnya ada catatan tambahan di bawah deskripsi tersebut yang bunyinya kurang lebih begini:
"Sebagai catatan tambahan: Sosok terdakwa merupakan ahli manipulatif yang sangat berbahaya. Dihimbau kepada siapapun yang berinteraksi dengan dia agar tidak langsung mempercayai mentah-mentah setiap kata-kata maupun kelakuan luarnya. Demikian catatan ini divalidasi oleh psikiater kerajaan, Grisella Tacius IV."
Terakhir, di bagian ujung bawah surat ini juga tertera tulisan angka nominal hadiah sebesar 678.000 Revda bagi siapapun yang dapat menangkap Anná sesuai dengan ketentuan yang sudah dijelaskan.
...
"Bagaimana menurutmu, Aldon? Apakah surat ini bisa dipercaya?" Gavin tiba-tiba bertanya kepadaku disaat aku sudah selesai membacanya.
"Aku... tidak tahu," jawabku jujur, setelah terdiam untuk beberapa saat.
Sejauh ini, aku belum pernah melihat Anná berbuat jahat sama sekali. Mulai dari saat ia menyelamatkan kami dari kapal tenggelam itu, saat terdampar di pantai, ataupun sampai sekarang.
"Tapi penampilan perkamen ini terlihat resmi sekali... bahkan ada stempelnya." Aku kembali melirik sebentar ke arah surat itu.
"Itu dia masalahnya. Antara dia memang asal dijadikan kambing hitam oleh seseorang yang punya jabatan tinggi..." Gavin ikut melirik ke arah perkamen yang ada di meja itu, "atau elf itu benar-benar sangat piawai memasang muka seolah-olah dia orang baik."
Setelah Gavin selesai mengatakan itu, hidangan yang aku pesan pun tiba. Pelayan yang sama mengantarnya ke meja kami, sudah dalam keadaan terbungkus rapi di dalam keranjang kayu.
"Kemudian... boleh aku tanya pertanyaan lain?" Ujarku mengganti topik, tepat setelah pelayan itu pergi meninggalkan meja kami.
Gavin mengangguk.
"Menurutmu, aku ini apa? Kalau aku memberimu 3 pilihan antara seorang pengelana, saudagar dagang, atau budak. Kau akan menebak aku yang mana?"
"Yang jelas pasti bukan budak, karena budak tidak mungkin bisa membaca." Gavin langsung menjawab mantap sambil setengah tertawa, padahal tebakan pertamanya itu langsung salah.
"Sisa dua opsi, pengelana atau saudagar... barang bawaan mu saat itu tidak sebanyak saudagar-saudagar yang biasa menumpang dengan kami, jadi aku menebak kau pasti pengelana. Semacam orang yang ingin berpergian melihat dunia baru." Tambahnya.
Aku mengangguk sambil menarik nafas panjang, "Begitu ya? Sayangnya kau salah."
"Oh iya? Jadi kau apa? Saudagar?"
"Bukan, aku adalah seorang budak."
Ekspresi Gavin langsung terkejut bukan main. Mulutnya langsung terbuka lebar dan matanya langsung melotot ketika mendengar pengakuanku itu.
"Sungguh? Jarang sekali loh ada budak yang bisa membaca. Kau belajar dari mana?" Gavin seolah malah makin penasaran dengan diriku.
"Keluargaku. Dulu aku bukan budak, tapi setelah desaku itu di serang oleh Meldova. Aku ditangkap lalu dijual sebagai budak."
"Pantas saja... Kalau begitu sejarahnya, maka aku tidak heran. Lagi pula kau terlalu berkharisma untuk dianggap sebagai budak." Setelah mengatakan ini Gavin langsung terkekeh.
Setelah beberapa basa-basi lebih lanjut, aku akhirnya pamit undur diri dari kafe pusat dagang Jerah'Kagar itu lalu kembali ke penginapan. Saat aku keluar, ternyata suasana langit sudah sore dengan sang mentari yang mulai bersandar ke arah barat. Di tengah perjalanan pulangku ini, aku masih terus-terusan berpikir soal isi perkamen yang dipaparkan Gavin tadi.
Apa benar Anná adalah seorang pembunuh? Bagaimana bisa perempuan cantik dan sebaik dia itu bisa melenyapkan nyawa 11 orang?
Atau dia hanya korban fitnahan seseorang? Dijadikan kambing hitam untuk sesuatu yang tidak pernah dia lakukan?
...
Hanya waktu yang bisa membuktikan.
***
YOU ARE READING
Waypoints: Iter dignum
Fantasy"Jika misalnya aku meminta kalian berdua untuk pergi dari ujung dunia ke ujung yang lainnya, apakah kalian masih mau melakukannya?" "Apakah kalian benar-benar mau berjalan sampai ke tujuan yang aku minta... atau kalian akan lari mencari kebebasan sa...
Via Diversa 1-6
Start from the beginning
