Via Diversa 1-1

27 9 26
                                        

Perlahan-lahan mataku mulai terbuka, hal pertama yang menyambutku adalah hamparan langit biru yang luas dengan beberapa helai awan tipis. Setelah terombang-ambing di laut menyeramkan tadi, kami akhirnya terdampar di sebuah pantai. Di sekitarku hanya ada 2 orang lain yang ikut terdampar di pantai ini, pertama adalah elf tahanan itu dan kedua adalah seorang crew kapal laki-laki dari ras manusia. Selain mereka, ada juga beberapa barel-barel, box-box, dan potongan-potongan sampah kayu yang tersebar berserakan di sekitar kami.

Aku langsung mencoba bangkit duduk dari posisiku yang terlentang di pasir ini. Saat aku melihat ke sekitar dengan lebih seksama, aku bisa melihat elf yang sudah menyelamatkanku itu sedang duduk di pasir sambil mengaca dengan sebuah serpihan kaca. Ia lalu mengepang rambutnya yang ternyata berwarna hitam legam dan sangat panjang itu dengan model ala French Braid hingga menjadi satu anyaman yang hanya sepanjang pinggangnya saja. Tidak jauh dari posisi elf itu, aku bisa melihat crew kapal satu-satunya itu sedang berdiri sambil memeriksa box-box kayu.

"Halo..." Aku mencoba menyapa mereka berdua.

Mereka langsung serempak menoleh ke arahku, elf itu dan crew itu.

...

Saat aku melihat wajah elf itu untuk pertama kalinya, aku langsung shock. Wajahnya... wajah putihnya itu... astaga dia cantik sekali. Parasnya benar-benar sempurna, mulai dari warna kulitnya, bentuk pipinya, hidungnya, dan kelopak matanya, sampai ke bibir merah delimanya. Itu adalah wajah perempuan paling cantik alami yang pernah aku lihat di muka bumi ini.

Aku benar-benar langsung terbius di tempat, aku sampai tidak ingat mau melakukan apa lagi.

"Apa?" Seketika saat elf itu berbicara dengan nada khasnya, aku langsung tersadar kembali.

"Ehhh... di mana kita sekarang?" Responku sambil mulai ingat dengan inti perkataanku tadi.

"Mana aku tahu lah. Ini saja kita barusan sampai." Yeah, mendengar nada itu lagi darinya seolah langsung mengurangi tingkat keanggunan elf tersebut. Di balik paras luar biasanya itu, dia masih punya nada suara melengking yang cukup berkesan.

Berkesan kurang enak didengar.

"Ini pasti di sekitar pantai Teluk Besar, di antara Kota Fal'khus dan Urba'lh." Crew yang masih berdiri itu gantian menjawab.

Aku menoleh ke sekitar sekali lagi, "Lalu apa yang harus kita lakukan sekarang?"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Aku menoleh ke sekitar sekali lagi, "Lalu apa yang harus kita lakukan sekarang?"

Crew itu kembali menoleh ke arah box-box kayu yang sebelumnya sedang ia geledah, "Pergi ke kota terdekat dari dua yang aku sebutkan tadi." Ia menarik nafas sejenak, "antara Kota Fal'khus atau Urba'lh."

"Tidak, jangan Urba'lh!" Sahutku panik, aku sudah kapok melihat semua kekacauan di Urba'lh kemarin!

"Aku setuju, jangan ke situ!" Elf itu menyambung kalimatku.

"Baiklah, berarti ke Kota Fal'khus..." Crew itu menghembuskan nafas panjang, "Tapi apa kau yakin mau ke sana? Kota itu di bawah kekuasaannya Salthorn loh?" Kini Crew itu ganti menoleh ke arah si elf.

Waypoints: Iter dignumWhere stories live. Discover now