Via Diversa 1-4

14 5 3
                                        

?? Anenfra (bulan ke 1) 1099

Aku sudah tidak bisa menghitung lagi ini hari yang keberapa. Tubuhku terasa sakit semua, terik mentari di atas kepala kami juga seolah tidak mau memberi ampun! Rasa hausku benar-benar mencekik leherku, padahal aku sudah minum air laut sebanyak-banyaknya! Gavin dan Anná juga sama menderitanya denganku. Mereka berdua berjalan lemas, bahkan sampai berulang kali jatuh tersungkur. Ahh, aku sendiri pun juga sering terjatuh! Aku merasa seolah jiwaku sudah mulai menolak untuk tinggal di dalam tubuhku!!

Astaga kenapa perjalanan ini terasa sangat menyakitkan!!

Kenapa ada badai sialan satu itu!!

Saat sedang melangkah, aku merasakan kakiku mendadak lemas sekali. Tidak butuh waktu lama, tubuhku langsung oleng lalu aku jatuh ke depan, wajahku mendarat duluan di pasir pantai.

Brukk!!

Pandangan mataku buram, tapi aku masih bisa melihat secara samar-samar kalau Gavin dan Anná berjalan mendekatiku. Mereka berdua kemudian mulai membopong aku lalu kami bertiga kembali melanjutkan perjalanan.

Tidak sampai beberapa langkah jauhnya, kami bertiga tiba-tiba secara serempak tumbang. Kami jatuh tersungkur secara bersama-sama, kali ini tidak ada siapapun yang masih bertahan untuk dapat membopong kami.

"Aku... tidak... kuat..." Aku mengeluh pelan. Tenagaku sudah melampaui batas habisnya.

"Jangan... mati... disini..." Gavin ikut menyahut secara lemas.

Sementara Anná sudah tidak sanggup untuk mengatakan sepatah katapun. Matanya bahkan langsung terpejam ketika ia mendarat di pasir pantai, ia pingsan di tempat.

Ampun, aku sudah tidak sanggup lagi...

Ohhh Pencipta Agung, kumohon ringankan beban kami...

Aku merasa mataku mulai berat untuk dibuka, perlahan-lahan kegelapan mulai menyelimuti pandanganku. Jika ini adalah akhir hidupku, aku mohon ampuni semua dosaku...

...

...

...

Ditengah kegelapan ini, aku bisa mendengar suara samar-samar mulai bermunculan di sekitarku. Suara - suara itu kian silih berlalu, tapi aku tidak tahu pasti apa bunyinya. Pikiranku sudah tidak sanggup lagi untuk menerjemahkan setiap suara samar tersebut.

...

...

AHHH!! Tiba-tiba aku merasakan wajahku seperti diterpa air dingin! Aku langsung menggeliat sebisaku sambil berusaha menyingkirkan air tersebut dari wajahku. Mataku, lagi-lagi masih tidak sanggup untuk dibuka.

AHHH!! Guyuran air itu datang lagi!!!

Aku semakin meronta-ronta sekaligus mulai mengerang kesal! Cukup, aku harus melihat apa yang menyebabkan semua guyuran air dingin ini! Aku memaksa kelopak mataku untuk terbuka. Jujur, rasanya sulit sekali. Seolah ada lem perekat yang memaksa mataku untuk tertutup!!

Tapi aku harus bisa!!

...

SIALAN!! GUYURAN AIR LAGI?!

...

AHHH!! Akhirnya, aku bisa membuka mataku!

Hal pertama yang aku lihat adalah pemandangan serba putih, benar-benar putih bersih tanpa apapun. Tetapi perlahan-lahan warna putih total itu berubah menjadi biru muda terang dengan beberapa untai tipis awan putih... Kemudian muncul dua sosok, satu di kiri dan satu di kanan. Aku masih belum bisa melihat jelas wajah ataupun perawakan mereka karena serba tertutup oleh bayangan mereka sendiri.

Waypoints: Iter dignumWhere stories live. Discover now