Via Diversa 1-5

16 5 6
                                        

16 Anenfra (bulan ke 1) 1099

Ini sudah beberapa hari semenjak aku meratapi kepergian Liona, bahkan sampai sekarangpun aku masih enggan untuk bercerita. Seluruh rekan seperjalananku ini sepertinya mengetahui kesulitanku dan mereka tidak memaksaku untuk bercerita.

"Hey, lihat, itu gerbang Kota Fal'khus!" Dwarf laki-laki yang menjadi kepala rombongan kami tiba-tiba berseru gembira sambil menunjuk ke depan.

Ketika aku melihat ke sana, aku bisa menyaksikan dari kejauhan, suatu siluet panjang tembok batu berwarna coklat keemasan dengan menara-menara yang menjulang seolah menantang cakrawala

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ketika aku melihat ke sana, aku bisa menyaksikan dari kejauhan, suatu siluet panjang tembok batu berwarna coklat keemasan dengan menara-menara yang menjulang seolah menantang cakrawala. Pada ujung kiri dan kanan batas tembok itu aku bisa melihat pegunungan kelabu yang seolah tampil menjepit kota tersebut di tengah lembahnya. Terakhir, di tengah siluet tembok tersebut, aku juga bisa melihat sebuah gerbang raksasa yang seharusnya merupakan pintu masuk Kota Fal'khus.

Dulu waktu aku masih kecil, keluargaku pernah singgah ke kota ini, sekali. Aku masih ingat betul momen nostalgia dari diri kecilku yang sangat takjub ketika menyaksikan bendera-bendera merah Kerajaan Salthorn berkibar di setiap menara pada dinding tersebut.

Bendera merah agung dengan emblem mentari emas itu... sungguh sebuah mahakarya yang sangat membius mata.

Langkah demi langkah seluruh rombongan ini menuntun kami untuk semakin dekat dengan gerbang itu. Tidak terasa, kini aku dan rekan-rekanku sudah berada tepat di depan gerbangnya. Dari jarak sedekat ini, barulah kami bisa menyaksikan seberapa besar aslinya ukuran tembok-tembok serta menara-menaranya itu. Ribuan tumpukan batu limestone berjajar rapi, membentang sejauh mata dapat memandang, menjulang tinggi menutupi sebagian awan-awan di angkasa. Menara-menaranya bercokol kokoh mengalahkan tinggi tembok-tembok yang sebenarnya sudah cukup tinggi tersebut. Di depan barisan tembok batu itu, sebuah hamparan cekungan parit raksasa membentang seolah ingin membatasi bagian terluar dinding tersebut dengan dunia gurun luar yang serba liar dan gersang ini. Cekungan itu tidak berisikan oleh air ataupun apapun, melainkan hanya berupa sebuah gorong-gorong parit pertahanan kering yang kalau tidak salah fungsinya untuk menjebak musuh-musuh yang hendak memanjat dinding kota.

Sekarang kami berjalan pada jembatan angkat yang ada di muka gerbang kota. Jembatan ini merupakan satu-satunya jalan yang menghubungkan antara dunia luar dengan bagian dalam Kota Fal'khus serta menjembatani cekungan parit dalam yang ada di bawah kami.

Ketika aku melihat ke arah gerbang itu, aku langsung bisa menyaksikan dua rajutan besar bendera merah agung itu, terpampang jelas di kiri kanan gerbang kota tersebut. Aku selalu merasakan sensasi luar biasa ketika melihat bendera Salthorn berukuran sebesar itu berkibar mewah mengikuti haluan angin.

Setelah melintasi gerbang besar tersebut, kami akhirnya tiba di dalam kota Fal'khus. Di balik tembok-tembok limestone tinggi tersebut, sebenarnya bagian dalam kota ini hampir sama dengan kota-kota lainnya. Ada deretan rumah-rumah dari kayu dan batu, pertokoan, kedai minum, rumah makan, toko senjata, dan lain-lain.

Waypoints: Iter dignumWhere stories live. Discover now