"Apa kalian punya kenalan di sini?" Dwarf laki-laki itu tiba-tiba bertanya kepada kami.
"Ada, armada dagang masterku punya aset di sini." Gavin menjadi yang pertama menjawab.
Sementara aku dan Anná saling toleh-menoleh. Aku memang tidak punya koneksi apapun di sini... dan sepertinya Anná juga memiliki masalah serupa.
"Kalau kalian berdua, bagaimana?" Dwarf itu kini memfokuskan atensinya ke aku dan Anná.
Aku dan Anná serempak menggelengkan kepala.
"Kalau begitu, aku perlu mengingatkan kalian bahwa di kota sebesar ini, kalian harus berhati-hati... sangat-sangat berhati-hati." Dwarf itu memberikan penekanan pada kalimat terakhirnya.
Aku paham betul yang dia maksud. Copet, penyamun, pemeras, orang-orang mabuk... iya, mereka ini yang dimaksud oleh dwarf itu.
"Iya." Aku mewakili menjawab.
"Apa kalian punya cukup Revda?" Dwarf itu lanjut bertanya.
Aku mengangguk. Uang saku dari Tuan Grey seharusnya lebih dari cukup untuk tinggal sehari atau dua hari di kota ini, sebelum aku melanjutkan perjalanan lagi.
"Baguslah kalau begitu." Dwarf itu kemudian menoleh khusus ke Anná, "Kalau kau, elf. Apa yang kau lakukan setelah ini?"
"Aku... aku mungkin akan menumpang bersama Aldon untuk beberapa saat," jawabnya sambil sesekali menoleh ke arahku. Aku menanggapi Anná dengan menangguk.
Dia sudah menyelamatkanku saat badai itu kan? Jadi aku harus membalas kebaikannya juga.
"Okey, sempurna," ujar dwarf itu puas.
"Sampai sini saja aku bisa membantu kalian, semoga perjalanan kalian lebih beruntung lagi kedepannya!" Dengan salam itu, rombongan dwarf beserta pengawal sewaannya tersebut akhirnya meninggalkan kami bertiga.
"Jadi, aku rasa ini akhir perjalanan antara aku dan kalian." Gavin berucap kepadaku dan Anná. Ia kemudian menjabat tangan kami satu persatu.
"Sebelum aku pergi, boleh aku tanya sesuatu... padamu Anná?" Ujar Gavin tiba-tiba sambil masih menggenggam telapak tangan elf tersebut.
"Iya?"
"Apa semua tuduhan tentang engkau menghabisi nyawa orang itu... benar asli? Setelah perjalanan kita bersama ini, aku jujur mulai meragukan tuduhan itu," tanyanya blak-blakan, tetapi tetap dengan nada ramah.
Ahhh, aku sendiri bahkan sudah lupa kalau Anná ini disebut sebagai sosok pembunuh.
Setelah dipikir-pikir, aku juga sependapat dengan Gavin. Maksudku, bagaimana mungkin elf sebaik dia bisa membunuh? Semua sikapnya, kecuali perihal sifat iseng menjengkelkan dan kadang suka mengomel-ngomelnya itu, adalah sikap yang baik. Dia bahkan termasuk menjadi orang pertama yang sangat berempati terhadap rasa sakitku kehilangan Liona. Terakhir, kalau aku boleh benar-benar jujur...
Dia... dia... cantik sekali.
Dia lolos semua kategori perempuan tipeku. Tidak hanya lolos sih, tapi sudah sampai melebihi di atas semua standarku. Mulai dari perawakannya, sampai sifatnya... semuanya benar-benar sempurna. Mungkin hanya minus mengomel-ngomelnya itu saja, tapi aku bisa menoleransinya.
Sejujurnya aku cinta dia... dan perasaan cinta ini semakin lama semakin tumbuh subur seiring dengan perjalanan kemari.
Anná menatap mata Gavin dalam-dalam, ia menarik nafas panjang seolah berusaha menahan sesuatu. Setelah beberapa saat terdiam, ia akhirnya menjawab, "Tuduhan itu benar, tapi untuk diriku yang dulu... Aku sedang berusaha berubah sekarang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Waypoints: Iter dignum
Fantasy"Jika misalnya aku meminta kalian berdua untuk pergi dari ujung dunia ke ujung yang lainnya, apakah kalian masih mau melakukannya?" "Apakah kalian benar-benar mau berjalan sampai ke tujuan yang aku minta... atau kalian akan lari mencari kebebasan sa...
Via Diversa 1-5
Mulai dari awal
