==========================
Bara terbangun di sebuah ruangan dengan tubuhnya yang terikat kuat di atas sebuah kursi kayu. Itu ruangan yang sama, dengan tempat Riven terakhir kali di sekap.
Di belakang tubuhnya, sudah berdiri sepuluh pria dewasa yang sama besarnya dengan orang yang sudah membuatnya pingsan.
Bukan itu saja, di hadapannya juga ada lima pria yang sama juga berdiri gagah dengan kedua tangannya yang siap di belakang. Dengan sedikit meringis, Bara mengerenyit dan berucap. "Ada apa ini?! ... kenapa kalian membawa ku ke tempat seperti ini?!" ucapnya. Tentu saja ia tak terima.
Beberapa detik, tak ada jawaban sama sekali dari mereka. Bahkan orang yang sudah membawanya ke tempat ini terdiam seribu bahasa. Itu membuat Bara semakin kesal dan berusaha meronta ingin membebaskan dirinya dari ikatan itu.
Hingga suara pintu perlahan mulai terdengar terbuka, secara bersamaan, hentakan demi hentakan dari sebuah tongkat mulai terdengar di telinga Bara. Kedua bola mata Bara membulat sempurna. Bukan karena apa, karena dia tahu persis siapa yang datang dengan suara seperti itu.
"Bara~ ... bagaimana kabarmu anak ku?" suara serak dalam, terdengar dari seorang pria tua yang memakai topi koboi. Ia kini sudah semakin dekat dengan Bara yang tiba-tiba saja tertunduk ketakutan.
Tak seperti biasanya, Bara bergetar setelah melihat sosok itu. "Tu-tuan. Tu-tuan, S!" celetuk Bara gemetaran.
Kakek itu, yang memiliki kode nama Tua S, kini sudah berdiri tepat di hadapan Bara, lalu perlahan mulai berucap. "Aku kecewa Bara ... sangat~ kecewa. Bagaimana mungkin kau bisa gagal. Bagaimana mungkin kau melupakan kontrak dengan ku?, apa kau sudah menemukan kebahagiaan mu sekarang?" ucapnya. Suaranya penuh tekanan intimidasi.
Bara dengan gagap mulai membalas. Tentu dengan kepala yang menunduk, "To-tolong maafkan saya. Saya sudah gagal dalam memenuhi harapan anda. Saya memang bukan orang yang tepat untuk memimpin SMA Garuda Harapan. Tolong maafkan saya," jawab Bara.
Tuan S menoleh tajam. Menatapnya dalam diam untuk beberapa detik lalu kembali berucap, yang membuat Bara semakin tak bisa berkata-kata. "Bara ... apa kah tahu, apa yang paling aku benci di dunia ini?"
Dengan terbata, Bara menggeleng tak tahu. Tuan S sedikit tersenyum, lalu kembali melanjutkan ucapannya, "Pengkhianatan. Aku sangat membenci orang yang berkhianat, Bara ... dan kau, orang yang sudah aku rawat dan persiapkan seperti binatang buas. Kini ingin mengigit tuannya sendiri."
Bara yang mendengar itu mendongak tajam, dan berucap cepat dengan panik, "Tidak! ... sa-saya tidak mungkin melakukan itu! ... sa-saya hanya mulai paham tuan besar. Saya melihat, sesuatu yang berbeda dari tatapan anak yang bernama Riven di sekolah. Saya tidak bermaksud seperti itu. Sebenarnya, setelah jam sekolah, saya ingin memberitahukan pada tuan besar, kalau saya mungkin saja akan memberikan posisi ketua saya pada Riven. Dan keluar dari Jaringan," ucap Bara. Walaupun takut, ia berusaha tenang.
Tuan S sedikit tertawa. "Hahahaha!! ... kyahahahahaha!!! ... posisi?, ketua? ... apa maksudmu Bara!" Tuan S melangkah ke sebuah meja. Dengan laptop yang ternyata masih ada di atasnya.
Bara mengerenyit tak paham. Ia kembali memandang, "Apa?" ucapnya heran.
"Sejak kapan kau berhak memberikan posisi ketua itu pada orang lain sesuka hatimu? ... sejak kapan kau punya kuasa Bara?, kau itu hanya anak berandalan yang miskin. Yang rela memotong jari-jari mu demi sesuap nasi. Bagaimana mungkin kau mampu memberikan sebuah gelar?" kini suara Tuan S semakin tertekan.
Perlahan laptop itu menyala, menampilkan setumpuk kayu dengan tubuh seseorang yang terbungkus di dalamnya. Tubuh yang sangat dikenali oleh Bara. "Hah?!, Bayam?!" teriak reflek Bara begitu saja.
YOU ARE READING
Bleak Oath [END]
ActionRiven Alaric Wiratama. Pemuda yang berusia 17 tahun dengan segudang impian. Ia di pindahkan dari sekolah lamanya karena suatu hal yang sulit dijelaskan. Hingga dirinya pindah ke sekolah baru yang ternyata di sana ia sudah di nanti oleh sesuatu yang...
![Bleak Oath [END]](https://img.wattpad.com/cover/393638573-64-k858903.jpg)