Malam ini, setelah kompetisi selesai, suasana sekolah Tirta Persada terasa berbeda. Hawa persaingan yang semula tersembunyi kini mulai menghangat, bahkan di luar panggung.
Di sudut lapangan yang sepi, Raisa, Vicky, dan Jolina berdiri membicarakan Aqeela dengan nada serius. “Kita harus cari cara buat ngelemahinnya” ucap Raisa, matanya menyala penuh tekad.
Vicky menimpali, “Tapi dia gak cuma jago nyanyi, dia juga udah punya banyak teman kuat. Zara misalnya, dia selalu ada buat Aqeela.”
Jolina mengangguk, “Gue dengar Zara lagi tertarik sama Harry. Itu bisa bikin situasi makin rumit.”
Di sisi lain, Zara yang sedang berjalan pulang bersama beberapa teman merasa berat hati. Ia tau dukungan terhadap Aqeela membuatnya sedikit dijauhi oleh geng Pop Diva. Namun, ia memilih tetap berdiri di samping sahabatnya.
Sementara itu, Aqeela duduk sendiri di kamarnya, menatap langit-langit sambil memikirkan apa yang akan terjadi esok hari. Hatinya campur aduk antara semangat dan kekhawatiran.
Tiba-tiba ponselnya bergetar. Pesan dari Harry muncul,
Harry : “Aku percaya kamu bisa melalui ini semua.”
Aqeela tersenyum tipis, merasa sedikit lega. Meski hubungan mereka backstreet dan penuh rahasia, kehadiran Harry memberinya kekuatan.
Malam itu, Tirta Persada tidak hanya menjadi saksi pertarungan di panggung, tapi juga pertarungan hati yang tersembunyi.
****
Setelah membaca pesan singkat dari Harry yang membuat hatinya sedikit lega, Aqeela duduk kembali di kursinya, menatap jendela kamarnya yang menghadap ke taman kecil di halaman belakang rumah. Lampu-lampu kota yang berkelap-kelip seolah berusaha menenangkan pikirannya yang bergejolak. Namun, ketenangan itu hanya sebentar. Berbagai perasaan bercampur menjadi satu dalam benaknya, kegembiraan karena dukungan Harry, kekhawatiran tentang geng Pop Diva yang semakin agresif, dan ketakutan kalau rahasia mereka suatu saat terbongkar.
Aqeela tau, di luar sana, dunia belum siap menerima hubungan mereka, hubungan yang harus disembunyikan dengan rapat karena berbagai alasan. Ia dan Harry menjalani semuanya diam-diam, backstreet dari teman-teman sekolahnya. Walau begitu, kehadiran Harry memberikan kekuatan yang tak tergantikan.
Di sisi lain kota, Zara duduk di kamarnya yang hangat dengan secangkir teh hangat di tangannya. Pikirannya melayang pada sosok Harry, yang belum pernah benar-benar dekat dengannya, tapi entah kenapa berhasil menarik perhatian Zara dengan caranya yang misterius dan tenang. Ketertarikan itu tumbuh tanpa disadari, meskipun Zara tahu Harry punya sesuatu yang disembunyikan, sesuatu yang membuatnya sulit untuk benar-benar terbuka. Meskipun begitu, Zara belum menyerah. Dia terus berharap suatu hari bisa lebih dekat dengan Harry, sekaligus menjadi pendukung setia Aqeela.
Sementara itu, Raisa, Vicky, dan Jolina sedang berkumpul merencanakan strategi mereka. Mereka merasakan tekanan dari keberadaan Aqeela yang makin populer, apalagi dengan kedekatan Zara yang dianggap sebagai ancaman baru.
“Kita gak bisa diam aja. Kalau kita gak gerak sekarang, posisi kita bisa tergeser” ucap Raisa dengan nada tegas. Vicky dan Jolina mengangguk setuju, rasa cemburu dan takut kehilangan pengaruh membuat mereka semakin gigih.
Malam itu menjadi saksi bisu berbagai perasaan dan niat yang bertabrakan. Aqeela dengan kekuatannya yang rapuh, Zara yang penuh rasa ingin tau dan harapan, serta geng Pop Diva yang tak mau menyerah demi mempertahankan tahta mereka.
Ketiganya, meski tak saling bertemu malam itu, tetap terikat oleh benang-benang cerita yang perlahan menuntun mereka menuju pertemuan dan konflik yang tak terhindarkan.
YOU ARE READING
arrows & algorithms
FanfictionAqeela, atlet panahan berbakat dan anak tunggal keluarga kaya, pindah ke Sma Tirta Persada. Di sana, dua cowok populer, Mohan dan Fattah, saling bersaing memperebutkan hatinya dengan cara yang kocak dan penuh drama. Tapi, sebenarnya Aqeela sudah lam...
