8

4.9K 458 22
                                    

"Jangan sebut nama dia lagi didepan Prilly, Ma" lirih Prilly serak. Tampaknya ia menahan isakan tangisnya.

Mama Uli mengernyit saat putrinya berucap seperti itu. Putrinya tidak ingin dirinya menyebut nama Rafi? Ada apa ini? Sepertinya benar-benar ada yang putrinya sembunyikan darinya.

"Loh kenapa sayang? Kamu lagi berantem sama Rafi? Dia nyakitin kamu? Coba cerita sama mama. Kamu ada apa sih sama Rafi?"

Prilly makin menatap mamanya sendu. Entah mengapa setiap kali mendengar nama Rafi, rasa sakit itu kembali terasa. Luka di hatinya terasa makin menyanyat hatinya.

Perlahan buliran air mata jatuh membasahi pipinya yang chubby. Ia tidak bisa menahan rasa sakit ini. Ini terlalu sakit untuknya.

"Eh eh kok nangis sih sayang? Duh maafin mama ya sayang" langsung saja mamanya merengkuh putri semata wayangnya ke dalam pelukannya. Prilly terisak dalam pelukan mamanya. Mencoba menumpahkan rasa sakitnya dengan tangisannya dan mencoba mengobati lukanya dengan pelukan sosok seorang ibu.

"Duh anak mama yang cantik. Maaf ya sayang. Mama janji deh gak bakal nyebut nama dia lagi" ujar Mama Uli mencoba menenangkan putrinya yang makin terisak.

Prilly hanya diam. Ia tetap terisak. Beginilah caranya menahan luka yang menyanyat hatinya saat ini.

"Nanti, kalo kamu udah siap cerita, kamu cerita ya sama mama. Mama gak mau kalo kamu mendem kayak gini. Mama gak mau kalo kamu bawa beban sendirian. Mama mau kamu berbagi kesedihan dan kebahagiaan kamu sama mama" ucap Mama Uli sembari mengelus punggung Prilly. Prilly yang tak mampu berucap, hanya menganggukan kepalanya.

Setelah dirasa cukup tenang, Prilly meregangkan pelukannya. Ia tersenyum getir menatap mamanya. Untungnya ia mempunyai seorang mama yang begitu mengerti dirinya. Beginilah seorang ibu, selalu ada di saat anaknya suka maupun duka. Yang selalu mau dijadikan tempat sandaran anak-anaknya disaat mereka butuh. Siap ikut memikul beban anak-anaknya. Yang selalu menguatkan anak-anaknya. Yang selalu berkorban demi anak-anaknya. Tapi, mengapa masih begitu banyak yang durhaka padanya?

"Makasih ya ma udah selalu ada buat aku. Aku bangga punya mama" ucap Prilly parau.

"Kamu tu ngomong apa sih. Mama ini mama kamu sayang. Ini udah jadi kewajiban mama. Selalu ada buat kamu" sahut Mama Uli sambil menghapus sisa-sisa air mata Prilly. Prilly tersenyum menatap mamanya begitupun sebaliknya.

"Yaudah kamu istirahat ya sayang. Biar besok pagi kamu udah enakan lagi, oke?"

"Siap mamaku sayang" seru Prilly girang. Membuat Mama Uli tersenyum gemas melihatnya.

****
Prilly berjalan menelusuri koridor sekolahnya dengan tertunduk lesu. Rasanya ia malas sekali untuk ke sekolah hari ini. Mengingat dimana hari ini, ia haru mewawancarai Rafi dan Cinta. Demi tugas sekolahnya.

'Buk'

Akibat Prilly tidak begitu konsentrasi berjalan, membuatnya menabrak seseorang. Membuat jatuh terduduk dan beberapa lembaran tugas ditangannya jatuh berhamburan.

Dengan sigapnya Prilly mengumpulkan lembaran-lembaran kertasnya yang berserakan dikoridor sekolah. Tanpa tau siapa yang sudah ditabraknya.

"Hmm sorry ya gue..." ucapan Prilly terhenti kala melihat siapa sosok yang ia tabrak tadi. Kembali luka dihatinya seakan melebar. Rasanya matanya kali ini panas. Menahan air matanya yang mendesak ingin meluncur. Membasahi permukaan kulit wajahnya yang mulus.

"Eh lo Prill. Sorry sorry. Gue yang salah gue gak merhatiin jalanan tadi" ucap Rafi. Prilly masih terdiam. Menatap Rafi dalam diamnya dengan sorot mata yang sendu. Ia sama sekali tak sanggup berucap apapun saat ini. Takut jika ia membuka mulutnya, tangisnya akan seketika pecah. Ia tidak boleh terlihat lemah didepan Rafi.

ITU AKU DULUWhere stories live. Discover now