3

6K 548 6
                                    

"Prill, kayaknya gue hari ini gak pulang bareng lo deh" gumam Fira yang baru saja duduk di bangkunya.

Prilly menatap Fira dalam. Seolah mengisyaratkan untuk memberikan alasan mengapa ia tak bisa menemaninya pulang.

"Yaelah Prill. Biasa aja keles tuh mata. Gue pulang ini mau ke perpus daerah"

"Perpus daerah? Ngapain?" Tanya Prilly sembari mengernyitkan dahinya.

"Mau nyari gebetan! Ya mau nyari bukulah Prill. Buat referensi untuk makalah. Lo mah gitu banget" desis Fira kesal. Prilly hanya mengangguk-anggukan kepalanya. Menafsirkan bahwa ia mengerti.

***
Bel pulang sekolah sudah menggetarkan seisi sekolahan. Semua siswa bersorak gembira. Ya, bel pulang adalah salah satu momen yang amat ditunggu-tunggu siswa selain bel saat istirahat.

Semua siswa mulai berhamburan keluar kelas. Bersisalah di kelas tersebut Prilly, Haikal, Ali dan Fira.

"Prill gue cabut duluan ya. Lo hati-hati di jalan" pamit Fira. Prilly hanya mengacungkan jempolnya sembari merapikan buku-bukunya.

"Woy Li. Gue duluan ya" pamit Haikal berjalan di belakang Fira.

"Oke bob! Hati-hati lo" balas Ali.

Fira dan Haikal pun berlalu meninggalkan kelas.

Prilly baru saja selesai merapikan buku-bukunya. Kemudian ia berdiri dan sesegera mungkin berlalu dari kelas. Namun, belum sempat melangkah, tangan Prilly sudah ditahan seseorang. Prilly membalikkan tububnya. Memastikan sekali lagi siapa yang menahannya. Saat tau siapa yang menahannya, Prilly kembali memalingkan wajahnya malas.

"Mau ngapain lo? Gue mau pulang!" Tanya Prilly dingin.

"Pulang? Enak aja. Eh, gue kan udah bilang kemaren. Hari ini kita itu bakal ngewawancarain siswa-siswa yang pacaran. Buat jadi narasumber untuk pembuatan makalah kita. Lo gimana sih" balas Ali.

"Lo bisa ngelakuinnya sendiri kan? Lakuin aja sendiri! Gak usah ngajakin gue" lanjut Prilly.

"Eh? Enak banget tu congor. Asal ceplas ceplos aja lo. Ini tuh tugas kelompok, bukan individu. Gue udah nentuin judul buat penelitian kita. Gue juga udah nyari yang bakal jadi narasumber kita. Dan sekarang? Lo nyuruh gue juga buat wawancaranya? Bener-bener ya lo Prill. Kalo tau kayak gini, mending gue sekelompok sama yang lain ketimbang sama lo" gertak Ali kesal sembari menunjuk kearah wajah Prilly.

Prilly yang mendapati perlakuan seperti itu, hanya melongo. Nafasnya tak beraturan. Matanya mulai memanas. Bagaimana tidak? Ini baru hari kedua ia mengenal Ali. Tapi, ucapan dan perlakuan Ali sudah menusuk relung hatinya. Tanpa mau meladeni Ali, Prilly langsung berlari keluar dari kelas.

Ali yang baru tersadar dengan ucapannya tadi langsung mengejar Prilly.

***
"Liat Prilly gak?" Tanya Ali pada beberapa siswa yang lewat didepannya.

"Prilly? Anak kelas 12 IPS 1 itu?" Ali langsung mengangguk mantap.

"Kalo gak salah sih dia lari kearah taman sekolah. Coba aja kesana"

"Oke makasih ya" sahut Ali langsung berlari menuju taman sekolah.

***
Prilly duduk di bangku taman sekolahnya. Air mata yang tertahan dari tadi akhirnya pecah juga. Ia wanita. Ia tak bisa berlama-lamaan untuk menahan tangisnya.

"Kenapa sih Ali gitu banget ngomongnya? Dia gak tau apa yang gue rasain sekarang ini. Dia gak tau kenapa gue jadi males-malesan gini. Tapi dia seenaknya aja ngegertak kayak gitu. Emang dia pikir dia lagi ngomong sama cowok? Seenaknya main gertak aja. Aarrrrghhh!!!! Dasar cowok sama aja. Nyebelin semua" omel Prilly dibalik tangisannya.

"Apa yang harus gue tau biar gue bisa ngertiin kondisi lo sekarang?" Terdengar suara orang dibelakang Prilly. Prilly yang tengah menangis tersedu-sedu menghentikan aksinya. Ia menghapus air matanya lalu berbalik ke belakang. Tak jauh darinya berdiri sosok lelaki. Yang sudah membuatnya nangis seperti saat ini. Saat tau siapa yang datang, Prilly kembali membuang wajahnya.

"Ngapain lo kesini?" Tanya Prilly sinis.

"Gue mau minta maaf sama omongan gue tadi" ucap lelaki lirih yang tak lain tak bukan adalah Ali.

Prilly hanya diam. Sama sekali tak menggubris perkataan Ali sedikitpun.

Ali menghela nafasnya panjang. Melihat Prilly yang sama sekali tak merespon ucapannya. Lebih tepatnya permintaan maafnya.

"Prill maafin gue dong. Gue gak sengaja. Sumpah! Gue tu kebawa emosi aja. Please maafin ya" mohon Ali.

Lagi-lagi Prilly hanya diam. Hatinya sama sekali tak terenyuh dengan permohonan Ali.

"Yaudah deh gue janji gak bakalan kayak gitu lagi kalo lo maafin gue. Hmm gue juga janji deh kalo lo maafin gue, udah kita wawancara narasumber, gue bakal ngajakin lo ke taman kota. Gimana? Mau nggak?" Tawar Ali.

Prilly sekilas menatap Ali lalu kembali lagi membuang mukanya malas.

"Iya udah gue maafin" sahut Prilly datar. Ali yang mendengarnya seketika sumringah.

"Yeee makasih ya Prill. Yaudah sekarang kita wawancara aja yuk. Daripada ntar kesorean gak bisa ke taman lagi" Prilly menjawab dengan satu anggukan. Ali langsung menarik tangan Prilly untuk mewawancarai beberapa narasumbernya.

***
"Ahhh akhirnya selesai juga wawancaranya. Lo banyak banget sih nyari narasumber. Mana jawabannya hampir sama semua" ucap Prilly yang baru saja menghempaskan tubuhnya di atas kursi taman kota. Ya, setelah selesai wawancara narasumber tadi, Ali langsung mengajak Prilly menuju taman kota.

"Yeee lo mah bisanya protes doang. Gue capek kemaren nelusurin tu sekolah buat nyari narasumber. Mana gue siswa baru lagi. Gue mana tau tu seluk beluk sekolah" timpal Ali sambil mengambil duduk di sebelah Prilly. Prilly yang mendengar ucapan Ali, hanya mengerucutkan bibirnya.

"Ye manyun aja lo. Gue kuncir tu bibir" sahut Ali lagi sambil terkekeh. Prilly yang mendengarnya langsung menghadiahi Ali sebuah pukulan dilengannya.

"Lo tau gak kenapa gue mohon-mohon sama lo biar lo maafin gue?" Tanya Ali pada Prilly.

"Yaa biar gue maafinlah sekalian biar lo bisa bujuk gue kan biar gue mau nemenin lo" balas Prilly. Ali langsung menggeleng. Membuat Prilly menatapnya penuh tanya.

"Bukan? Terus?" Tanya Prilly lagi.

Ali menarik nafasnya dalam kemudian menghembuskan nafasnya berat.

"Gue gak mau cewek yang ada didekat gue nangis. Siapapun itu. Gue trauma" jawab Ali lirih.

Trauma? Ali makin tak mengerti apa maksud perkataan Ali. Prilly menatap Ali penuh tanya.

"Trauma?"

"Ya,gue trauma. Gue gak mau kejadian yang menimpa kakak gue terulang lagi" lanjutnya lagi dengan nada lirih. Seperti menahan tangisan.

"Hmmm, kalo boleh tau, emang kenapa sama kakak lo?" Tanya Prilly. Ali menatap Prilly sejenak, lalu pandangannya beralih ke depan.

"Semua bermula dari 3 tahun lalu. Sebuah kejadian menimpa kakak gue. Saat itu, ia sedang menjalin asmara dengan seorang lelaki. Mereka selalu terlihat romantis. Kakak gue sayang sama dia. Begitupun dengan si lelaki. Mereka menjalin asmara sudah hampir 5 tahun. Namun pada suatu malam..." seketika Ali menghentikan kata-katanya. Tenggorokannya seperti tercekat. Prilly dengan setianya menantikan jawaban Ali.

Halooo readers!!!
Yuk dibaca ya, jangan lupa loh buat vote dan commentnya. Ya walaupun saya sadar cerita ini hanya biasa-biasa saja :D tapi gkpp kan kalo minta vote sama commentnya? Ditunggu ya ;)
Happy reading

ITU AKU DULUTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon