4

5.9K 515 7
                                    

"Namun, pada suatu malam, kekasih kakak gue selingkuh didepan mata gue. Kejadian itu bener-bener buat kakak gue terpukul. Dia marah-marah didepan kekasihnya. Tapi, kakak gue makin sakit hati, saat pacarnya bilang, kalau dia lah yang menyebabkannya berselingkuh. Bahkan dia bilang ke kakak gue, kalo kakak gue itu ngebosenin dan sama sekali gak modis. Hal itu benar-benar membuatnya prustasi. Tiap hari, hari-harinya kakak gue dihiasinya dengan tangisannya. Bahkan ia mengurung diri didalam kamarnya. Gue dan mami gue sudah berusaha buat ngehibur dia, tapi semunya nihil. Kakak gue tetep ngurung diri di kamarnya." ujar Ali dengan nada lirih. Wajahnya tertunduk lesu mengingat kakaknya.

Sedangkan Prilly. Ia terlonjak kaget mendengar penuturan Ali. Kisah kakaknya hampir sama dengannya. Diakhiri dengan kenyataan yang pahit dari sosok kekasih yang sudah begitu disayangi. Prilly kembali diam. Sebisa mungkin ia menutupi kekagetannya agar tak tampak di wajah Ali.

"Hingga suatu malam. Kakak gue kembali frustasi. Dia jerit-jerit dibalik isakannya. Manggil nama mantan pacarnya. Dia juga ngelemparin semua barang yang ada dikamarnya. Gue dan mami gue yang ngedengernya langsung berlari ke kamar kakak gue. Gue ketuk kamar kakak gue tapi kakak gue gak nyaut. Gue sama mami gue makin panik. Jadi gue coba dobrak pintu kamarnya. Sampe 3 kali dobrak baru kebuka pintunya. Pas pintunya kebuka, gue liat kakak gue udah terkapar dilantai. Dia ngelukain diri dia sendiri. Pas gue dan mami gue bawa ke rumah sakit, ternyata nyawa kakak gue bener-bener gak ketolong. Urat nadinya bener-bener udah putus. Gue dan mami gue seketika histeris tau kabar itu. Sejak itulah, gue gak mau orang terdeket gue nangis. Gue gak mau kejadian kakak gue keulang. Gue udah bener-bener trauma" lanjut Ali lagi. Kini air matanya benar-benar tak dapat dibendung lagi. Mungkin ia masih terkenang dengan mediang kakaknya. Prilly yang menyadarinya langsung merangkul Ali dari samping. Sekedar memberi kekuatan untuk Ali.

"Lo yang sabar ya Li. Gue yakin kakak lo udah bahagia banget disana. Lo harus banyak-banyak doain dia" ucap Prilly yang mencoba menenangkan perasaan Ali. Ali hanya menganggukkan kepalanya.

"Nah,lo sendiri kenapa? Kenapa lo kayaknya sedih mulu tiap hari? Gue denger dari Haikal lo anaknya periang?" Tanya Ali sembari menghapus sisa-sisa air matanya.

Prilly yang mendengar pertanyaan Ali seketika terdiam. Rangkulan tangannya di pundak Ali perlahan ia lepas. Ia menunduk lesu. Mengingat kejadian beberapa hari lalu membuatnya makin merasa luka. Mungkin ini sudah waktunya Ali tau kenapa ia begitu sensitif akhir-akhir ini.

"Kisah gue gak jauh beda sama kakak lo. Gue juga diputusin sama pacar gue. Dia bilang gue gak modis dan ngebosenin. Dia juga males sama gue. Gue bener-bener terpukul. Gue gak bisa move on dari dia. Gue udah dua tahun pacaran sama dia tapi dia seenaknya aja buat keputusan kayak gitu" ungkap Prilly. Perlahan air matanya jatuh membasahi pipinya yang chubby

Ali yang melihatnya menangis, langsung merengkuh Prilly ke dalam pelukannya.

"Please Prill. Jangan nangis. Gue mohon. Lo jangan nangis" ungkap Ali. Namun Prilly tetap tak berhenti terisak. Tangisnya makin pecah saja.

Perlahan Ali melepas pelukannya dan memegang kedua pipi Prilly. Perlahan ia menghapus air matanya yang jatuh membasahi kedua pipi Prilly.

"Udah lo jangan nangis lagi. Gue janji sama lo. Gue bakalan ngebantuin lo buat move on dari mantan lo. Yang penting lo sekarang jangan nangis ya. Gue takut Prill. Bayangan kejadian kakak gue lagi-lagi menghantui gue" ucap Ali sembari mengelus kedua pipi Prilly.

Prilly yang melihat ketakutan di wajah Ali, mulai memejamkan kedua matanya. Lalu ia menarik nafasnya dalam-dalam dan mengehembuskannya kasar. Lalu ia menghapus sisa air matanya.

"Iya gue berenti nangis nih" ucap Prilly. Ali menatap wajah Prilly. Ya, Prilly benar-benar berhenti menangis. Membuat Ali tersenyum tenang.

"Nah gitu dong. Nangis mulu loh" ujar Ali sembari mencubit gemas kedua pipi Prilly.

"Ihhh Ali apaam sih. Sakit tauk" ucap Prilly kesal. Namun, baru saja Prilly ingin membalas ulah Ali, Ali sudah lebih dulu berlari menjauh dari Prilly. Mau tak mau Prilly mengejarnya. Hingga terjadilah aksi saling kejar mengejar diantara keduanya.

***
"Thank's Li udah nganterin gue pulang" gumam Prilly. Ali langsung mengangguk.

"Lo mau mampir dulu?"

"Kayaknya nggak dulu deh Prill. Kapan-kapan aja. Mami gue daritadi udah nelpon gue nih. Disuruh balik"

"Oh oke deh Li. Gue duluan ya" sahut Prilly kemudian membuka pintu mobil Ali.

Prilly masih berdiri didekat mobil Ali. Ali pun membuka jendela bagian penumpang. Lalu ia sedikit membungkuk.

"Prill, besok wawancara lagi ya. Kali ini sama anak kelas 12 oke? Jangan banyak nolak lo" teriak Ali. Prilly menjawab dengan anggukan dan senyuman.

"Gue balik ya Prill" pamit Ali. "Hati-hati lo" sahut Prilly lagi.

Saat mobil Ali benar-benar tak terlihat dimata, Prilly lalu masuk ke dalam rumahnya.

***
Pagi hari tiba. Prilly tengah berdiri didepan kaca meja riasnya. Dengan seragam sekolahnya. Ia berdiri menatap dirinya di cermin. Prilly menarik nafasnya dalam-dalam dan membuangnya kasar.

"Hari ini harus jauh lebih indah dari kemaren. No galau anymore. Gue harus berusaha buat move on dari Rafi" ucap Prilly pada dirinya sendiri.

Tak berapa lama terdengar suara ketukan pintu kamarnya.

"Prill, udah bangung belom sayang?"

"Udah Ma. Bentar lagi Prilly keluar kok" teriak Prilly dari dalam kamarnya.

"Yaudah mama tunggu di meja makan ya Nak. Jangan lama loh. Ntar telat lagi"

"Iya ma" balas Prilly singkat. Mama Uli yang mendengar jawaban putrinya pun langsung berlalu menuju meja makan.

***
"Mi, kayaknya Ali hari ini pulangnya telat lagi deh" ujar Ali sembari mengunyah nasi gorengnya.

"Loh kenapa? Tugas lagi?" Tanya Mami Eci.

"Iya Mi. Hari ini Ali ada wawancara sama narasumber. Temen sekolah sih. Gkpp kan mi Ali pulang telat?"

"Gkpp kok sayang. Yang penting kamu ngabarin mami ya"

Seketika senyum Ali merekah. "Yaudah deh mi. Ali berangkat dulu ya. Nanti telat deh" pamit Ali sembari mencium punggung tangan maminya.

"Kamu hati-hati ya. Jangang ngebut-ngebut. Belajar yang bener di sekolah" pesan mami Eci.

Ali hanya mengangguk sembari memasuki mobilnya.

***
"Woy Fir. Lo kesambet apaan sih senyum-senyum sendiri kayak gitu" gumam Prilly saat tiba di kelasnya. Melihat Fira yang bertopang dagu sembari senyum-senyum sendiri.

"Aah lo rese Prill. Gue kan lagi asyik ngayal" protes Fira kesal.

Prilly hanya memutar bola matanya malas mendengar respon sahabatnya. Lalu ia mengambil duduk disebelah sahabatnya.

"Eh, lo tau gak Prill. Gue seneng banget kemaren. Malah sampe hari ini gue seneng banget" ucap Fira kegirangan.

Prilly membuang nafasnya kasar. Bisa ia pastikan, sahabatnya ini akan sangat heboh jika bercerita.

"Yaudah apaan?" Tanya Prilly datar.

"Lo tau gak gue kema..." ucapan Fira seketika terpotong.

"Hai Ali" sapa Prilly senang. Matanya mengiringi Ali hingga ia duduk di tempatnya. Dibelakang Prilly.

Fira yang menyadari Prilly acuh padanya. Langsung mengepal kedua tangannya. Matanya menyala kesal pada sahabatnya itu.
"PRILLLLYYYY!!!!!" Teriak Fira tepat didekat telinga Prilly. Membuat Prilly dan Ali menutup telingan mereka serentak.

Haloo long time no see ya ;)
Gimana yang chapter ini? Kayaknya agak garing ya :') hiks maafkan daku ya wkwk.
Yuk yuk jangan lupa vote dan commentnya ya. Biar aku makin semangat buat ngelanjutin ceritanya :D
Eh iya, ada yang tau cara buat cerita di 'Moco'? Bisa berbagi ilmu dengan aku gak?

Happy reading beloving readers. Much love for ya♥♥♥

ITU AKU DULUWhere stories live. Discover now