Perpustakaan adalah rumah keduaku. Tidak ada tempat lain di dunia ini di mana aku merasa begitu damai, begitu lengkap seperti saat berada di antara rak-rak buku tua yang menjulang tinggi. Aroma kertas yang menguning, debu yang menari di bawah sinar matahari yang menerobos jendela-jendela tinggi, dan keheningan yang hanya sesekali terpecah oleh bisikan halaman yang dibalik—semuanya terasa seperti pelukan hangat yang selalu menyambutku setiap pagi.
Sebagai seorang pustakawan, aku telah menghabiskan hampir dua dekade hidupku di bangunan tua ini. Aku mengenal setiap sudut, setiap retakan di langit-langit plester, setiap derit lantai kayu yang berusia ratusan tahun. Aku bahkan bisa menemukan buku apa pun dengan mata tertutup, hanya dengan mengikuti insting yang telah terasah selama bertahun-tahun.
Perpustakaan ini bukan perpustakaan biasa. Tidak banyak pengunjung yang datang. Kebanyakan orang lebih memilih kemudahan teknologi digital daripada menghabiskan waktu menelusuri katalog kartu yang sudah usang. Tapi bagiku, keunikan tempat ini justru terletak pada ketinggalan zamannya, pada cara ia menolak untuk berubah meskipun dunia di sekelilingnya bergerak dengan kecepatan yang menakutkan.
Ada banyak ruangan di perpustakaan ini, tapi ruangan favoritku adalah ruangan paling belakang—sebuah ruangan kecil dengan jendela bundar yang menghadap ke taman belakang. Di sana terdapat koleksi buku-buku tua yang jarang tersentuh, sebagian besar tanpa label katalog yang jelas. Walaupun resminya aku bertanggung jawab atas seluruh perpustakaan, tapi ruangan ini kuanggap sebagai wilayah pribadiku, tempat pelarianku dari kebisingan dunia.
Suatu pagi di musim gugur, ketika daun-daun mulai berubah warna dan udara terasa lebih dingin, aku menemukan sesuatu yang aneh. Aku sedang menata ulang beberapa buku di ruangan belakang ketika tanganku menyentuh sebuah buku yang belum pernah kulihat sebelumnya. Buku itu terselip di antara dua ensiklopedia tua, seolah sengaja disembunyikan di sana. Sampulnya terbuat dari kulit berwarna biru tua tanpa judul atau nama pengarang.
Karena penasaran, kubawa buku itu ke meja bacaku. Ketika kubuka, hal pertama yang kulihat adalah namaku sendiri, tertulis dengan tinta hitam di halaman pertama. Jantungku seolah berhenti berdetak untuk sesaat. Di bawah namaku, terdapat tanggal lahirku yang tertulis dengan presisi sempurna.
"Aneh," gumamku pada diri sendiri, membalik halaman berikutnya.
Pada halaman kedua, terdapat foto keluargaku—ayah, ibu, dan aku saat masih kecil. Kami berdiri di depan rumah tua kami, tersenyum bahagia ke arah kamera. Aku ingat foto itu. Itu adalah foto yang diambil sehari sebelum kecelakaan mobil yang merenggut nyawa kedua orangtuaku.
Halaman demi halaman, buku itu menampilkan potongan-potongan memoriku sendiri. Masa kecilku yang kesepian setelah kematian orangtuaku, masa remajaku yang dihabiskan di perpustakaan kota untuk menghindar dari rumah paman dan bibiku yang dingin, keputusanku untuk menjadi pustakawan, dan akhirnya, hari pertamaku bekerja di perpustakaan ini.
Tangan dan bibirku mulai gemetar. Bagaimana mungkin ada buku yang mencatat kehidupanku dengan detail seperti ini? Siapa yang menulis semua ini?
Sambil menelan ludah, aku terus membalik halaman demi halaman. Setiap kenangan, setiap momen penting dalam hidupku, semuanya tertulis di sana. Bahkan hal-hal kecil yang kupikir hanya aku yang mengetahuinya—seperti bagaimana aku diam-diam mengoleksi pembatas buku dari setiap tempat yang kukunjungi, atau bagaimana aku selalu membaca halaman terakhir sebuah buku terlebih dahulu untuk mengurangi ketegangan.
Tapi kemudian, aku tiba di bagian buku yang mulai bercerita tentang kehidupan yang tidak kukenali. Menurut buku itu, aku pernah bertemu dengan seseorang di perpustakaan, seorang pengunjung dengan mata hangat dan senyum yang membuat jantungku berdebar. Kami mulai mengobrol tentang buku dan perlahan-lahan berkembang menjadi lebih dari sekadar pustakawan dan pengunjung. Kami jatuh cinta, menikah, dan bahkan memiliki seorang anak.
YOU ARE READING
Once Upon A Time
Fantasy"Ada cerita-cerita yang tidak seharusnya ditemukan. Cerita yang, sekali Anda baca, akan mengubah cara Anda memandang dunia-selamanya." Di sebuah sudut tersembunyi perpustakaan kuno, tersimpan sebuah manuskrip bernama "Once Upon A Time." Mereka yang...
