Prolog

112 17 1
                                        

"Di sekolah ini, ada aturan tak tertulis yang harus dipatuhi. Jangan pernah melanggarnya, atau kamu akan disingkirkan." Kalimat itulah yang pertama menyambut Grace saat ia sampai di sekolah ini.

Setiap langkah yang ia ambil terasa berat, seolah ada beban yang menindih dadanya. Di sini, ia merasa kecil dan tidak berarti. Tapi walaupun begitu ia akan tetap bertahan demi menemukan jawaban dari hilangnya sang kakak.

Saat berjalan menyusuri koridor panjang yang dihiasi lukisan-lukisan klasik, Grace tidak sengaja menabrak seseorang. Buku-buku yang ia bawa berserakan di lantai, halaman-halamannya terbuka menampilkan tulisan tangan yang rapi. Ia membungkuk untuk mengambilnya, namun tangannya terhenti. Sebuah foto terjatuh dari dalam buku itu. Foto seorang gadis dengan senyum ceria.

"Maaf, aku tidak sengaja," suara berat namun lembut membuyarkan lamunannya.

Grace mendongak dan berhadapan dengan sepasang mata cokelat yang dalam milik Reandra, siswa paling populer di sekolah. Wajahnya tampan, namun ekspresi wajahnya dingin.

"Tidak apa-apa," jawab Grace cepat, berusaha menyembunyikan kegugupannya. Ia mengambil buku itu dari Reandra. "Terima kasih sudah menolongku."

Sejenak, mereka saling menatap. Dalam tatapan itu, Grace melihat ada sesuatu yang menarik perhatiannya. Seakan-akan ada sebuah koneksi yang terjalin di antara mereka, meskipun baru pertama kali bertemu. Dan tanpa Grace sadari bahwa ia sudah dalam bahaya.

                              ******

Rules! Where stories live. Discover now