"Ada apa jaehyun?"

"Aku hanya memikirkan jaemin. Dia terlihat menjauh pada semuanya termasuk padaku."

"Kau tahu bagaimana jaemin bukan? Biarkan dia melakukan keinginannya karena dia bukanlah anak kecil."

"Aku hanya tak ingin anakku dan Doyoung menderita. Aku tak bisa melihat jaemin terluka dan kesepian seperti itu."

"Andai saja kau tahu kalau jaemin adalah anak kita bukan anakmu dan Doyoung, pasti kau tak akan seperti itu pada jaemin." Batin taeyong.

"Aku akan menjodohkannya."

"Apa maksudmu?" Kaget taeyong karena biar bagaimanapun dia hanya ingin anaknya bahagia dengan orang yang dia cintai bukan perjodohan seperti ini.

"Aku akan menjodohkan jaemin dengan anak sahabatku."

"Tapi itu tak akan baik untuknya jaehyun. Dia pasti akan menolak dan hubungan kita akan semakin jauh darinya."

"Kau tak tahu apapun karena aku adalah ayahnya jadi aku pasti benar soal ini semua. Kau tak bisa ikut campur karena Jaemin adalah anakku dengan Doyoung bukan anakmu." Datar jaehyun lalu diapun keluar dari kamar itu dan memutuskan untuk tidur di kamar tamu.

Taeyong hanya bisa menghembuskan nafas beratnya, sekarang harapanbya untuk dekat dengan anak kandungnya akan pupus hanya karena keputusan jaehyun. Dia hanya ingin dekat dengan jaemin. Anak kandungnya bukan semakin jauh lagi.











At. Mansion utama Nakamoto.

Terlihat renjun yang baru pulang dari apartemen Seungmin langsung masuk kedalam kamar dan tidur tanpa mengganti pakaiannya sama sekali karena sangat lelah ditambah dia juga minum-minum dengan yang lainnya. Bersyukur lah dia bisa pulang dengan selamat malam ini. Atau dia akan kena ceramah ibu dan ayahnya.

Dreaming;

Renjun kecil bermain di taman dengan sang kakak karena memang ibu mereka menyuruh sang kakak membawa renjun bermain agar renjun tak sedih karena ayah mereka harus pergi keluar kota selama seminggu.

"Injunie tunggu disini sebentar mengerti? Gege akan membeli minuman dulu untuk kita."

"Ne." Jawab renjun dengan lesuh sekali dan sang kakak langsung pergi untuk membeli minuman seketika.

Renjun kecil itu hanya melihat bunga-bunga yang bermekaran indah tanpa beranjak sama sekali dari posisi jongkok nya hingga dia merasakan ada seseorang yang berjongkok disebelahnya tapi dia mengabaikannya.

"Hai" renjun kecil pun menolehkan kepalanya dan melihat anak laki-laki yang seusia dengannya itu.

"Hai, kamu siapa? Kata Gege dan Mama, tidak boleh bicara dengan orang asing."

"Aku Nana, kamu?"

"Aku injunie." Jawabnya tersenyum manis. Membuat anak laki-laki itu terdiam dan diapun melepaskan sesuatu dari lehernya dan memasang pada leher renjun, membuat sang empu menatap bingung karena melihat kalung yang semula berada di leher anak laki-laki bernama Nana itu sekarang berpindah ke lehernya.

"Ini untuk injunie?" Bingungnya.

"Hmm, ini sebagai tanda. Dan injunie jangan sampai menghilangkan kalung dari Nana ya. Saat besar nanti Nana akan menjemput injunie."

"Menjemput?"

"Hmm, menjemput dan menikah seperti bunda dan Daddy."

"Menikah? Seperti Mama dan otusan?"

"Hmm, jadi jangan dihilangkan ya."

"Hmm, injunie akan menjaga kalung ini. Dan menunggu nana menjemput injunie." Ucap renjun tersenyum. Disaat bersamaan kakak renjun pun mendekat dan memanggilnya membuat Renjun berdiri begitu pula dengan jaemin.

"Renjun, ayo kita pulang sebentar lagi akan turun hujan."

"Ne Gege. Dada Nana jangan lupa menjemput injunie ya."Ucap renjun melambai sembari tersenyum.

"Ne, Nana pasti akan menjemput injunie." Ucap jaemin sembari membalas lambaian tangan renjun dan tersenyum manis.

Dreaming end.

Renjun membuka matanya karena memimpikan hal itu dan dia refleks memegang kalung yang ada di lehernya dan melihat langit-langit kamarnya.

"Kapan kau akan menjemputku Nana? Atau mungkin kau lupa dengan perkataanmu padaku itu?" Monolognya.








































⏱⏱⏱⏱⏱

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Nov 23, 2024 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Jung Jaemin (jaemren)Where stories live. Discover now