Sindi berdecak sebal, ia tahu Adiva pasti sengaja. Rasanya tak mungkin jika tak sengaja tersenggol sampai jatuh, mengingat kardus itu bukanlah ukuran kecil. Butuh sedikit tenaga untuk membuatnya terjatuh.
Ia kesal, karena sudah susah payah membereskannya dan kini berantakan lagi.
Adran juga ikut membantu memungut buku-buku itu.
Adiva mendongak menatap Adran. "Adran, bisa tolong ambil kardus baru dari kantin?" pintanya.
Sindi menganga, padahal kardus yang ini saja masih bisa dipakai lagi. Baru saja Sindi ingin membuka mulut untuk mengatakan 'tak usah' tetapi Adran sudah berdiri dari posisi jongkok.
"Oke, bentar ya."
Tak lama setelahnya Adran sudah melesat meninggalkan ruangan itu.
Adiva menarik sudut bibirnya, tujuannya hanya ingin mengulur waktu, karena ia tau pasti Adran akan pergi jalan berdua dengan Si Nazila itu.
Kalau bisa ia ingin membuat Adran tetap di sini sampai sore. Biarkan saja Nazila kesemutan karena menunggu.
𖧷𖧷𖧷
"Tadi kamu bantu-bantu di ruang OSIS?" tanya Nazila berjalan di depan sementara Adran mengekor dari belakang.
Adran mengangguk, sekembalinya dari kantin setelah mengambil kardus bekas. Adiva langsung meminta tolong lagi untuk melakukan hal lain, meski Sindi berkali-kali mencoba mencegah karena takut merepotkan.
Namun, Adiva malah melototi gadis itu membuatnya kecip tak berkutik.
Sebenernya, Adran menyadari Adiva dengan sengaja menahannya berlama-lama dan agar tak cepat pulang. Ia ingin menolak tapi tak enak karena di situ ada Sindi.
Untungnya Nando segera datang, dia menyuruh Adran pulang dan mengabaikan semua ucapan Adiva.
"Tadi aku nunggu tiga puluh menit lebih loh, aku kira kamu udah pulang duluan," ucap Nazila dengan merajuk. Bibirnya cemberut.
"Maaf ya? Aku gak nyangka sampe selama itu."
Menghela napas sejenak, Nazila memperbaiki raut wajahnya.
"Iya gak apa-apa."
"Bener nih?" tanya Adran menggoda.
"Iya sayang!" Nazila gemas, mencubit lengan Adran membuat si empu meringis. Keduanya lalu tertawa pelan.
Sesaat kemudia keduanya menghentikan langkah ketika sudah berada di parkiran. Adran sedikit maju menghampiri motornya.
Ia menyodorkan helm yang biasa digunakan Nazila. Biasanya berangkat dan pulang sekolah, Nazila selalu bersama Adran jadi lelaki itu sudah terbiasa membawa dua helm.
Mungkin jika ada waktu tertentu Nazila akan pulang sendiri memakai taxi online, itu pun Adran yang memesankan.
Sebelum lengan Nazila mengambil helm itu, Adran terlebih dahulu memasangkan helm pada kepalanya dengan hati-hati.
Nazila tersenyum, sedikit mendongak menatap wajah Adran yang lebih tinggi darinya.
"Tumben."
"Pengen aja."
Biasanya Adran tidak akan memakaikannya helm seperti ini, jadi ini terasa momen langka. Adran sebenernya hanya ingin memperbaiki mood Nazila yang sedikit jelek karena dibuat menunggu.
Perlakuan Adran berhasil membuat mood Nazila membaik, buktinya sekarang gadis itu tersenyum imut di depan Adran.
Selang beberapa detik keduanya sudah menaiki motor sport itu, lalu melaju meninggalkan area parkiran sekolah.
YOU ARE READING
Because You! 「On Going」
Teen Fiction"Karena kamu, aku tau cara bahagia." ____ Semenjak Nazila Ladisa berpacaran dengan Adran Widjaya hidupnya serasa lebih berwarna dan menyenangkan. Nazila ingin selalu di samping Adran, menjalani hubungan bersama lelaki itu adalah sesuatu anugrah yan...
Part 5
Start from the beginning
