🧵 Vocation Plan

599 71 5
                                        


"Mau nambah lagi gak?" Tanya Michael pada Noel yang baru saja menghabiskan porsi ketiga gultik.

Dengan cepat Noel menggeleng. "Kenyang." Ucapnya sambil menyeruput es jeruk yang rasanya dominan asam daripada manis. "Lo mau lagi?" Tanya Noel.

"Enggak, udah kenyang juga." Jawab Michael yang menghabiskan gultik lebih sedikit dari Noel, yaitu hanya dua porsi saja.

Noel mendesah panjang, perutnya terasa begah. "Kenyang banget."

Michael terkekeh melihat Noel mengusap-usap perutnya sendiri karena terlalu kenyang. Terlihat sangat lucu dimatanya.

"Udah gak muat makanan lain lagi?" Tanya Michael yang dijawab gelengan oleh Noel. "Yah padahal mau gue ajak beli es krim."

"Es krim mulu. Tadi di tempat steak udah makan es krim kan." Noel mendengus. Setiap kali ia pergi dengan Michael, agenda makan es krim tidak pernah terlewati.

"Tadi es krimnya rasa matcha. Gue gak suka matcha." Noel mengangguk, ia juga bukan penikmat matcha. Ia tadi hanya mencicipi satu sendok es krim matcha yang dihidangkan sebagai makanan penutup.

"Berarti libur dulu makan es krimnya." Ucap Noel menolak halus ajakan Michael membeli es krim. Tapi sedetik kemudian pikirannya berubah. "Tapi kalau lo mau ayo deh beli."

"Gah ah, nanti perut lo meledak. Gue yang repot." Canda Michael yang mendapatkan dengusan dari Noel.

"Elle," panggil Michael dan direspon dengan deheman oleh Noel. "Liburan yuk." Ajak Michael membuat fokus Noel sepenuhnya pada sosok yang tiba-tiba mengajaknya liburan.

"Gue butuh refreshing dan kayaknya lo juga. Dua atau tiga hari kayaknya cukup buat menjernihkan pikiran dan hati yang perlu diobati." Jelas Michael.

"Emang lo mau liburan kemana?" Tanya Noel.

"Lo pengin kemana? Terserah lo, gue ngikut lo mau kemana." Jawaban Michael tidak membuat Noel puas. Karena setelah mengucapkan itu, Michael mendapat satu gumpalan tisu yang dilemparan oleh Noel.

"Males! Gue gak suka sama orang yang ngajak pergi tapi malah bilang terserah."

"Gue cuma memberi kesempatan buat lo milih tempat liburan. Siapa tahu kan lo lagi pengin kemana. Aslinya sih gue udah punya rencana kemana nya." Michael memberikan alasan yang mendapat dengusan dari Noel.

"Alasan aja."

Michael yang gemas dengan Noel pun menyentil dahi Noel lembut. "Kalau ngikutin kepenginan gue nanti lo protes."

"Alasan. Alasan. Alasan." Noel menggeleng-gelengkan kepalanya tidak percaya dengan ucapan Michael. Sedangkan Michael mendengus lalu tersenyum kecil, Noel yang ada di hadapannya, mood nya sudah membaik. Dan itu membuat Michael lega.

"Ya udah terserah gue nih kemana nya?" Tanya Michael, Noel hanya mengendikan bahunya. "Kalau terserah gue berarti ke Pulau Komodo, gue pengin lihat komodo."

Tebakan Michael benar, Noel protes dengan tempat yang ia ingin kunjungi untuk berlibur.

"Itu mah gak cukup dua apa tiga hari doang, Michael." Ucap Noel dengan sedikit penekanan diakhir.

"Kan," Michael tertawa karena tebakannya benar. "Kalau ke puncak atau ke Bali udah biasa. Makanya gue nanya lo mau kemana, Noelle." Michael mengikuti nada bicara Noel sebelumnya.

"Ya udah ayo ke Pulau Komodo." Mendengar itu, Michael melotot tidak percaya. Ajakannya disetujui begitu saja oleh seorang Noel.

Seorang Noel loh. Noelle Shankara.

"Serius gak?" Michael masih belum percaya.

Noel memutar bola matanya malas. "Bohong," jawabnya mendapat dengusan kecewa dari Michael. Membuat Noel gemas ingin mengetuk sendok ke dahi Michael.

"Ya serius lah! Jadi gak ke Pulau Komodo?" Tanya Noel.

"Kalau lo serius ya jadilah ayo." Jawab Michael dengan penuh semangat.

"Ya udah gue ajuin cuti dulu."

Bibir Michael melengkung membentuk senyuman yang begitu lebar. Pulau Komodo benar-benar berada di daftar teratas tempat-tempat yang ingin Michael kunjungi. Lalu dalam hitungan menit, Noel mau mengabulkan keinginannya pergi berlibur ke Pulau Komodo.

"Gue sayang banget deh sama lo, Elle." Ucap Michael pada Noel, entah ia sadar atau tidak. Tapi sukses membuat diam membatu dengan jantung yang berdebar dengan kecepatan yang tidak normal.

Bersambung...

INVISIBLE STRING ; MARKMINWhere stories live. Discover now