🧵Dinner date

408 66 0
                                        

Hubungan Michael dan Noel setiap harinya semkin dekat. Mereka bahkan tidak lagi malu untuk menggengam tangan satu sama lain di ruang publik. Seperti saat ini, mereka berjalan berdampingan memasuki restoran dengan jari yang saling bertautan.

"Gue tebak Haidar bakal kesel." Bisik Noel, "satu, dua-" belum selesai Noel menghitung sampai tiga, pertanyaan dengan nada kesal dari Haidar sudah keluar terlebih dahulu.

"Lama banget anjir. Dari mana lo berdua?" Tanya Haidar penuh kekesalan menunggu pasangan di hadapannya yang tidak datang sesuai janji yang ditepati.

"Berapa menit doang. Lebay lo. Biasanya juga lo telat." Ucap Noel diakhiri dengan dengusan.

Haidar baru sempat akan membalasi ucapan Noel, tapi dengan cepat ditahan oleh Reza yang duduk di sampingnya. "Duduk-duduk, terus pesen makanan." Menurut, Noel dan Michael akhirnya duduk di kursi yang bersebrangan dengan Reza dan Haidar.

"Sering-sering traktir gini ya, Za." Ucap Michael diakhiri dengan kekehan kecil begitu ia selesai memesan makanan.

Iya, jadi kemarin, Reza mengajak Noel sekaligus Michael makan malam bersama. Bukan di apartemen Reza seperti biasanya. Hari ini Reza membawa mereka ke restoran steak dengan berbagai menu daging premium.

"Lo jangan kayak Noel, Mike. Traktir mulu." Bukan Reza yang membalas ucapan Michael, melainkan si kekasih yang duduk di sebelah Reza dengan mengerlingkan bola matanya.

Sedangkan Noel yang namanya disebut hanya berdecih.

"Ya boleh aja, asal lo berdua gak putus aja. Kalau putus mah ogah gue traktir." Ucap Reza dengan santainya. Mendapatkan respon yang berbeda dari tiga orang yang berada di satu meja yang sama dengan Reza.

Michael yang setuju dengan mengacungkan kedua ibu jarinya. Sedangkan Noel dan Haidar yang protes tidak setuju dengan argumen yang berbeda, namun hanya direspon oleh Reza dengan ia mengendikan bahu.

"Eh katanya mau ada reuni." Celetuk Reza yang langsung mendapat dengusan malas dari Noel. "Reuni mulu." Ucap Noel.

"Reuni mulu apaan kocak. Baru juga dua kali reuni. Terakhir 3 tahun yang lalu." Ucap Haidar.

"Reuni akbar atau apa?" Tanya Michael.

"Anak kelas doang sih katanya. Sama siapa gitu mau nyebar undangan sekalian." Reza memberi info terkait reuni yang akan segera diselenggarakan. "Sama katanya pada mau ketemu lo, Mike. Mau bukti kalau lo masih hidup."

"Anjir lah gue beneran dikira udah mati ini? Siapa sih yang menyebar informasi hoax ini?" Tanya Michael penasaran sebenarnya siapa yang menyebar informasi yang tidak benar itu. Awal mula teman-teman SMA nya dulu menganggap dirinya sudah meninggal.

"Si Janu anjir parah banget dah itu orang satu."

Tiga tahun yang lalu, saat acara reuni akbar dari kelas mereka hanya Michael yang tidak terlihat bahkan tidak ada kabar sama sekali. Tidak ada seorangpun yang bisa menghubungi Michael. Maka dari situlah spekulasi Michael meninggal yang dicetuskan pertama kali oleh Janu.

"Gue hidup sehat gini dibilang udah meninggal, parah." Ucap Michael tidak habis pikir. "Kapan reuninya?" Tanya Michael.

"Katanya sih bulan depan."

Michael mengangguk, "nanti gue dateng sambil gandeng Noel, biar trending ngalaihin info hoax gue udah meninggal."

Ucapan Michael langsung disetuji dengan heboh oleh Haidar yang pada dasara suka sekali dengan kejutan-kejutan. Berbeda dengan Noel yang berdecih tidak setuju. "Gue gak bakal dateng."

Tiga pasang mata pun serentak menatap Noel. "Dih, ketua kelas dateng lah." Protes Haidar.

"Gue bukan bahan gosip buat dikonsumsi banyak orang." Ucap Noel seketika membuat tiga orang bungkam, tidak lagi melontarkan protes lainnya.

***

Jarum jam terus berdetak, menunjukan hari semakin larut. Membuat dua pasang kekasih dengan berat hati harus beranjak dari sana.

Usai menghabiskan banyak uang Reza dengan daging-daging yang mahal, kedua pasang kekasih itu memutuskan untuk beranjak dari sana. Perut sudah kenyang dan hati sudah senang, maka saatnya untuk pulang. Karena besok hari senin, sedangkan mereka semua adalah pekerja yang harus bekerja besok.

"Sekali lagi, thanks ya, Za. Kalau mau traktir-traktir lagi boleh banget." Ucap Michael sebelum masuk ke dalam mobil.

"Makasih, Ja. Hati-hati pulangnya jangan sampai kenapa-kenapa. Nanti—" Belum selesai, ucapan Noel dipotong terlebih dahulu oleh Haidar.

"Kalau kenapa-kenapa lo gak ada yang traktir lagi kan?" Ucap Haidar diiringi dengan dengusan.

"Kalau iya kenapa? Udah sana balik lo." Noel mendorong Haidar supaya cepat-cepat pergi dari hadapannya.

Haidar berdecih, lalu dengan cepat menggandeng Reza untuk segera menuju ke mobilnya. "Duluan Mike. Tiati baliknya, takutnya ada macan ngamuk."

Kesal. Noel menendang tulang kering Haidar dengan keras hingga membuat si empu meringis kesakitan. Kemudian tanpa mengucapkan apapun, ia langsung masuk ke dalam mobil Michael.

Michael yang melihat itu ikut meringis, merasa ngilu juga. Tendangan Noel mantapnya bukan main karena besoknya pasti akan meninggalkan bekas keunguan.

"Sabar ta." Michael menepuk-nepuk pundak Haidar. "Ya udah gue balik ya. Sekali lagi, thanks, Za." Setelah mengucapkan itu Michael pun segera masuk ke dalam mobil yang sudah memiliki satu penumpang dengan muka yang masam.

Setelah memakai seatbelt, Michael tidak langsung menyalakan mesin mobilnya. Ia diam menatap Noel yang entah kenapa menjadi banyak diam, raut wajahnya juga menampilkan kalau suasana hati Noel sedang tidak baik. Padahal sejak Michael menjemput Noel, semua baik-baik saja. Mood Noel juga masih bagus, Noel bahkan beberapa kali menanggapi candaan Michael.

Tapi entah kenapa ditengah mereka menikmati steak yang rasanya sesuai dengan harga, mood Noel terlihat tidak baik. Napsu makan Noel juga tidak seperti biasanya. Michael menyadari itu.

"Kenapa?" Tanya Michael yang sudah penasaran dari tadi. Berharap Noel mau berbagi keluh kesah padanya. Walaupun Michael tahu, Noel bukanlah orang yang akan mengumbar keluhannya pada orang lain.

Yang ditanya menoleh bingung. "Kenapa?" Noel bertanya balik.

Kalau sudah seperti ini, Michael mengerti dan paham. Noel tidak akan bercerita apapun padanya dan Michael tidak akan memaksanya untuk bercerita. Maka Michael hanya tersenyum kecil dan menggeleng.

"Gak apa-apa, tapi kalau ada yang mau lo ceritain, I'm all ears ya, Elle." Michael meremas lembut tangan Noel sebelum ia menyalakan mesin mobilnya dan pergi meninggalkan parkiran.

Noel diam menatap Michael yang sedang fokus mengemudi. Noel pikir tidak ada yang menyadari perubahan suasana hatinya selama makan malam tadi. Karena Noel tidak mau merusak suasana, jadi ia tidak terlalu menunjukan mood nya yang mendadak buruk.

"Gue masih laper." Ucap Noel memberi pengakuan bahwa ia masih merasa lapar. Karena tadi Noel benar-benar hanya makan seadanya, padahal menu yang dihidangkan cukup banyak dan rasanya enak.

Mendengar itu, sudut bibir Michael tertarik ke atas membentuk sebuah senyuman. "Sama, mau makan apa?" Michael menoleh sejenak untuk melihat Noel, lalu fokus kembali ke jalanan di depannya.

"Gultik mau gak?" Michael mengacungkan salah satu ibu jarinya, menyetujui usulan dari Noel.

Bersambung....

INVISIBLE STRING ; MARKMINWhere stories live. Discover now