Twenty Four

Mulai dari awal
                                    

Gue, terjebak di situasi yang sama.

"Ya udah. Jam?" Tanya gue. Cewek di depan gue ini, menunduk lagi. Temen-temen gue yang ngelilingin situasi yang terulang ini, mulai seru-seruan hal nggak jelas.

"Jam ... delapan ya, kak. Di ... sekolah." Jawabnya.

"Oke. Gue duluan, ya." Ujar gue langsung, menolak melanjutkan percakapan.

"Ngga, anterin dong adek kelas lo yang imut ini ke gerbang sekalian, tuh dia udah bawa tas." Ujar Faizal pas gue baru mau pergi dari situ. Gue bergeming, menengok sinis ke arahnya yang malah dibalas dengan cengiran.

Kalau Faizal yang mulai, yang lain ikutan.

"Tau ah. Gue mau pulang." Ujar gue sambil lanjut jalan.

Siapa sangka, Mile ngikut di belakang gue.

Dimulai dengan keheningan.

Keheningan yang jelas nggak gue suka, dibanding keheningan gue dengan Sabrina.

"Ngg ... kakak nggak keberatan, kan?" Tanyanya memecah keheningan.

Gue menengok ke arahnya sebentar, lalu lanjut jalan. "Kan gue udah bilang, gue ngeganti yang kemaren."

Karena kembali hening, gue melirik ke belakang sekilas dan gue lihat Mile menunduk, entah kenapa.

"Tsk. Nggak. Gue nggak keberatan." Ucap gue akhirnya dan gue rasa itu membuat mood cewek di belakang gue ini membaik--gue nggak tahu sebenarnya mood dia lagi buruk apa nggak--karena dia akhirnya menyejajarkan langkahnya dengan gue.

"Ya udah kak, Mile duluan ya--" Ujar Mile sambil tersenyum, tapi kalimatnya terputus ketika dia menatap ke depan. Dia menatap ke arah gerbang dengan ... tatapan yang nggak gue mengerti.

Gue pun mengikuti arah pandangnya. Dan di sana, ada Sabrina.

Tergerai.

Gue lihat dia merutuki sesuatu di tangannya yang gue yakin ikat rambutnya yang putus. Entah apa yang membuat gue seyakin itu.

"Itu ... kak Sabrina, kak?" Ujar Mile menyadarkan gue dari kebengongan gue--yang gue nggak tahu kenapa.

"Hah? Oh, iya." Jawab gue.

Sabrina ngapain di gerbang, ya? Setahu gue dia selalu langsung pulang.

Masa iya dia nungguin gue?

"Besok jam delapan, di sekolah, kan? Gue duluan, ya." Ucap gue, langsung menuju gerbang, meninggalkan Mile yang kayaknya udah dijemput supirnya. Gue terbingung-bingung dengan alasan kenapa Sabrina nungguin gue.

Itu pun kalau dia nungguin gue.

"Sab!" Seru gue.

Sabrina nengok dan gue lihat dia menggerutu sendiri.

"Ha. Lo nungguin gue, ya?" Tanya gue dengan cengiran iseng yang otomatis nongol setiap gue ketemu Sabrina.

"Pede." Seperti biasa.

"Gue dititipin barang." Seperti biasa.

Dia nggak mungkin kan nunggu cuma gue? Pasti ada alasan dititipin sesuatu.

Tapi kan dia bisa ngasih langsung ke rumah gue aja tanpa harus nunggu gue?

"Ya elah. Gue kira apaan." Ucap gue sambil nyambar barang apalah itu yang dititipin ke gue. Gue bosen sama acara titip-titipan gini. Sumpah.

"Lah? Lo kira apaan?" Balas Sabrina sambil mulai berjalan dan gue juga menyejajarkan langkah gue sama dia.

"Lagian. Tumben-tumbenan kan lo nungguin gue pulang." Ujar gue yang cuma dibalas dengan cengiran.

A Riddle Upon UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang