"Dia bisa baca Al-Qur'an?" Dan sekarang gantian si sulung yang bertanya, guna memastikan ucapan wanitanya ini.

"Tentu saja saya bisa. Kan saya muslim." Jawaban tidak ada keraguan yang ia berikan akan pertanyaan retorik temannya ini.

"Wuaah! Udah susah ini mah!" Seruan dramatisir yang selalu si bungsu keluarkan, jika mendengar hal yang tidak bisa ia lakukan terhadap saingannya dalam mendapatkan wanitanya ini.

"Masa iya gue nyerah? Gak bisa ini! Gue udah di bantu 2 Tuhan masa nyerah? Gak akan!" Sambungnya lagi, yang tdak ada hentinya menyemangati dirinya sendiri.

"Terus, kalian berdua ini mau ke mana tadi? Gue liat kalian berdua mau keluar tadi." Lagi, si sulung yang bertanya untuk mengembalikan topik mereka, yang tidak memperdulikan semua ucapan adikhya yang menurutnya ini terlalu mendramatisir.

"Ah itu, aku ingin pergi ke rumahnya dia. Kita berdua ingin makan malam bersama di rumahnya dia." Jawabnya, yang masih membantu temannya ini dalam pertanyaan ketiga pria bersaudaranya ini yang terus memojokkan teman barunya.

"Dia udah bawa kamu ke rumah?" Tanya si sulung.

Ia langsung menggeleng. "Aku yang ke sana." Jawabnya, yang tentunya membuat ketiga pria bersaudara ini terkejut. Karena jujur, ia itu paling anti datang ke rumah pria, kalau tidak ada maksud dan tujuan tertentu.

Salah satu contohnya, ia bakalan ke rumah mereka bertiga, kalau Ibunya menyuruh dirinya untuk mengantarkan sesuatu ke sana. Kalau tidak di suruh? Ia tidak bakalan datang ke rumahnya mereka.

"Lo ke sana? Tumben-tumbenan banget." Ujar si sulung, yang masih tidak percaya.

"Iya, tumben banget ke rumah cowo lebih dulu." Sahut si tengah, yang merasa terancam akan kedekatan mereka berdua ini.

"Orang Ibu yang suruh aku, buat nganterin makanan ke tetangga baru yang ada di samping rumah. Eh pas ke rumahnya, Ibunya dia memperkenalkan anaknya, yang ternyata anaknya adalah dia." Jelasnya.

"Lo sama Jaemin tetanggaan?!" Tanya si sulung lagi dengan wajah terkejutnya.

"Iya! Emang kenapa sih?!" Seruan ketus yang ia berikan akan pertanyaan pria ini.

Baru saja si bungsu ingin menjawab, pria ini sudah lebih dulu mengintrupsi dirinya. "Maaf kalau menyelak pembicaraan kalian. Tapi maaf, saya gak bisa lama-lama di sini. Saya harus makan malam bersama dengan keluarga saya. Kalau begitu saya pamit pulang lebih dulu ya. Selamat malam semuanya, dan terima kasih." Pamitnya, yang langsung beranjak pergi. Meninggalkan wanita ini bersama ketiga pria ini.

"Sunghoon yak! Tung--"

"Kau di sini aja!" Kalimat perintah yang diberikan oleh si sulung, yang langsung menarik kembali wanitanya yang sudah berdiri, dan hendak jalan. Membuat dia duduk kembali ke tempatnya.

"Kalian ini mau apa sih?!" Rutukan kesal yang langsung ia berikan. Wajahnya sudah badmood karena ulah ketiga pria ini.

"Kita bertiga mau ngajak kamu makan malam. Tadi Bunda kamu telepon ibu, dan menyuruh kita untuk makan malam bersama dengan kamu. Kata bunda, kalau kamu tidak di suruh makan? Kamu pasti bakalan melewati makan malam-mu." Jelas si sulung.

"Betul tuh. Jadi mau kan makan malam bersama dengan kita?" Sahut si tengah, menimpali ucapan abangnya.

"Ya mau gimana lagi? Masa iya aku usir kamu bertiga?" Ujarnya, di iringi dengusan kasar.

Berbeda dengan ketiga bersaudara ini yang langsung bernafas lega, karena wanitanya mau makan malam bersama mereka bertiga, bukannya malah menolak dan mengusir mereka bertiga.

"Bagaimana kalau steik?" Usulan yang diberikan oleh sibungsu, yang langsung di tolak mentah-mentah oleh wanitanya.

"Makan di restaurant Jepang?" Usulan yang diberikan si sulung, yang lagi-lagi di tolak dia.

"Hotpot!" Usulan yang keluar dari si tengah. Ia sengaja menyebut makanan kesukaannya dia. Ia yakin kalau misalkan dia ini gak akan nolak, kalau dirinya menyebutkan makanan kesukaannya dia.

Tapi ternyata ia salah! Ia malah langsung menolak usulannya dia, sama seperti dirinya menolak usulan kedua pria ini, yang merupakan saudaranya. "Aku lagi gak ingin memakan ketiga makanan itu." Ujarnya.

"Terus kamu mau makan apa?" Tanya si sulung dengan sabarnya. Sementara kedua saudaranya sudah mendengus kesal.

"Aku mau shabu-shabu!" Seruan yang ia berikan dengan antusias.

"Call!" Sahut mereka bertiga dengan antusias juga.

Mereka bertiga pun mulai beranjak pergi. Keluar dari rumahnya. Mengunci rumahnya lebih dulu, sebelum pergi ke tempat yang mereka tuju.

"Bang, lo yang bawa! Hari ini lagi jatah gue duduk di belakang sama dia!" Ujar si tengah, memperingati jadwal mereka.

Iya! Mereka bertiga membuat jadwal satu hari penuh bersama dengan dia, agar tidak jadi perdebatan di antara mereka.

Dengan helaan nafas pasrah, si sulung mulai duduk di kursi kemudi, di ikuti si bungsu yang duduk di kursi penumpang sampingnya. Sementara si tengah mempersilahkan dia masuk lebih dulu. Memasangkan seatbelt untuk dia. Setelahnya, barulah ia masuk ke dalam mobil. Duduk di samping dia, dan memasang seatbeltnya sendiri.

Setelah semuanya siap, dan sudah memasang seatbelt masing-masing. Si sulung langsung menjalankan mobilnya pergi, menuju restaurant shabu-shabu yang ada di dalam mall.

ME AND THEM - JAEMIN + ALLDonde viven las historias. Descúbrelo ahora