2. Wait Me

282 11 1
                                        

"Jaem--" Jeno langsung mengatupkan mulutnya ketika masuk ke kamar wanita ini, dan melihat dia tengah beribadah. Perlahan ia pergi keluar dari kamarnya dia, untuk mencegah keberisikan yang di buat oleh saudaranya.

Dan benar saja! Begitu ia keluar, dirinya sudah melihat keberadaan adik bungsunya yang tengah menaiki anak tangga dengan sangat tergesa, serta wajah yang sangat marah.

"Jeno anj--" ucapan si bungsu langsung terhenti, karena abangnya yang tiba-tiba menutup mulutnya.

"Sstt. Dia lagi beribadah." Peringatan yang langsung sang abang berikam, agar adik bungsunya ini berhenti memberontak, dan berteriak dalam dekapannya.

Dan benar saja! Ocehan dan berontakannya langsung terhenti, begitu mendengar penjelasan yang keluar dari mulut abangnya. "Sstt! Dia lagi ibadah." Ujar Haechan dan Jeno secara bersamaan, begitu Mark baru tiba di lantai atas.

Si sulung yang diperingati pun mengangguk mengerti. Ia langsung mendekati kedua adiknya yang sedang berdiri di depan kamar seorang wanita yang mereka cari.

Tak lama kemudian, suara pintu terbuka mengalihkan perhatian mereka. "Aku kira satu, ternyata tiga." Ujar Jaemin yang ad di balik pintu kamarnya.

Ketiganya langsung memasang senyuman, ketika melihat wanitanya yang sudah selesai beribadah. Si bungsu juga langsung merampas cookies yang ada di tangan abangnya, dan berjalan mendekati wanitanya.

Sampai di hadapannya dia, ia langsung mendorong dia masuk, di ikuti dirinya yang juga ikut masuk ke dalam.

Kedua saudaranya yang melihat itu pun tidak akan membiarkan hal ini terjadi. Mereka berdua juga ikut masuk ke dalam. Tidak akan membiarkan adik bungsunya mengambil kesempatan untuk berduaan dengan wanitanya.

"Ini cookies dari ibu, sesuai pesanan kamu." Ujar si bungsu, yang saat ini sudah duduk di samping wanitanya. Membuka kantong belanja yang ia bawa, dan memberikan cookiesnya kepada dia.

"Makasih. Maaf merepotkan kalian bertiga." Ujar Jaemin, yang langsung membuka dan memakan cookiesnya.

Tak lupa juga ia memberikan cookies kepada ketiga pria bermarga Lee itu. Tidak mungkin kan dia makan sendirian cookies itu, sementara ketiga pria lee melihat dirinya makan.

"Kamu baru sholat isya ya, Na?" Pertanyaan basa-basi yang diberikan si sulung, yang saat ini tengah memakan cookiesnya juga.

"Iya. Tadi sempat ketiduran pas waktu kerjain tugas." Jawab Jaemin dengan senyuman manis yang sudah tertera diwajahnya.

"Kalian udah selesai membeli peralatan buat natalan?" Tanya balik yang ia berikan kepada ketiga pria Lee ini.

Tadi sore, katanya ketiga pria ini ingin membeli perlengkapan natalan. Mereka bertiga memang sempat mengajak dirinya. Tapi ia tidak bisa, karena sore di rumahnya ada acara tahlilan 3 tahunan kakeknya dari sang Ibu. Jadi ya mereka bertiga yang jalan bersamaan, membeli perlengkapan untuk natalan nanti.

"Udah! Tebak! Warna apa yang kita pakai buat dekoran natalan tahun ini?" Pertanyaan sangat antusias yang diberikan sibungsu, dengan tatapan penuh arti.

"Ada 3 pilihan. Ada kuning, biru, dan hijau." Sambung si tengah, memberikan wanita ini sebuah pilihan, agar dia bisa menjawab pertanyaan adik bungsunya dengan mudah.

"Eoh, kalian tidak memakai warna merah?" Pertanyaan penuh keheranan yang Jaemin berikan akan tema natalan ketiga pria ini. Pasalnya yang dari ia tau tuh natal sangat identik dengan ornamen berwarna merah.

"Tidak. Warna merah tidak di haruskan untuk dekorasi natalan, Jaemin. Natal tuh yang terpenting ada pohon natalnya." Jawaban asal yang diberikan oleh si bungsu.

ME AND THEM - JAEMIN + ALLOnde histórias criam vida. Descubra agora