"Sunghoon, kita istirahat dulu ya." Ujarnya, setelah lamanya mereka berlatih secara bersama.
Ia yang mendengar permintaan dari wanita ini pun langsung menurutinya. Di tutup lah Al-Qur'an yang telah ia baca, di iringi doa setelah membaca Al-Qur'an.
"Mau makan apa, Sunghoon?" Tanyanya lagi, yang sudah siap siaga untuk memasakkan makanan yang pria ini inginkan. Bukan satu hal yang sulit kalau cuma memasak.
"Tidak usah repot-repot, Bunda sudah masak di rumah. Kamu ke rumah saya aja. Kita makan bersama." Seruan yang langsung ia berikan, menolak tawaran yang diberikan, lalu mengajak wanita ini untuk makan bersama dengan keluarganya.
"Emangnya boleh?" Pertanyaan polos yang langsung ia berikan, yang tidak enak kalau langsung mengiyakan ucapan dari pria ini.
"Tentu saja. Kenapa tidak boleh? Kamu tetangga saya." Jawaban heran yang ia berikan akan pertanyaan retorik ini.
"Ya udah kalau gitu. Kita makan bersama di rumah Bunda." Jawabnya dengan senyuman senang yang sudah menghiasi wajahnya, ketika pria ini memperbolehkan dirinya.
Mereka berdua pun bergegas menuju rumah kediaman keluarga Park. Berjalan menuruni anak tangga, melewati beberapa ruangan. Sampai akhirnya mereka tiba di ruang tamu.
Baru saja ia ingin membuka pintu, suara bel pintu rumahnya sudah lebih dulu berbunyi. Tanpa tunggu lama, ia langsung membuka pintu itu, dan nampak lah ketiga bersaudara yang ada di hadapannya. "Kalian ngapain di sini?" Pertanyaan yang langsung ia berikan, begitu melihat ketiga pria bersaudara ini sudah ada dihadapannya.
Bukannya menjawab, sibungsu malah mendorong dirinya dan teman barumya masuk. Lalu mendudukkan mereka berdua di sofa ruang tamu. Baru lah dia duduk di samping wanitanya. Di ikuti kakak tengahnya yang duduk di sampingnya, serta kakak sulungnya yang duduk di sebelah anak baru ini.
"Kalian berdua ngapain di rumah berduaan? Habis berzina ya?" Tuduhan yang langsung si bungsu berikan, menatap mereka berdua dengan tatapan penuh selidik.
Berbeda dengan dirinya yang langsung memukul lengan pria ini, begitu mendengar tuduhan tidak jelas darinya. "Sembarangan kalau ngomong!" Peringatan yang langsung ia berikan akan tuduhan berdasar yang dia berikan.
Sementara respon yang Sunghoon berikan langsung berucap. "Astagfirullah." Ucapnya, begitu mendengar kalimat tuduhan temannya ini.
"Terus, kalian berdua ngapain di rumah kayak gini? Bunda gak ada, ayah juga gak ada! Kalian berdua gak tau apa kalau laki-laki sama perempuan yang bukan mahramnya, tidak boleh berduaan di dalam satu ruangan?" Peringatan yang langsung si bungsu berikan, yang lumayan hafal akan pelajaran guru agama islam, yang waktu itu tengah menjelaskan tentang perzinahan.
Jujur, ia memang tidak pernah keluar sewaktu pelajaraan agama Islam. Padahal gurunya sudah menyuruh dirinya untuk keluar, tapi ia tetap berikeras buat di dalam. Katanya pelajaran agama islam sangat penting untuk pendekatan antara dirinya dengan wanitanya ini. Niat sekali bukan?
"Saya tau. Tapi kami berdua sedang latihan bersama, bukan seperti tuduhan yang kamu ucapkan." Ujarnya yang akhirnya buka suara, meluruskan semua kesalah pahaman yang terjadi. Apalagi menuduh wanita yang ada disampingnya ini.
"Berlatih? Kalian latihan apa?" Sekarang gantian si tengah yang bicara, yang sepertinya sudah tidak bisa menahan rasa penasarannya.
"Kita berdua di tunjuk sama kepala sekolah, buat mengikuti lomba baca Al-Qur'an. Aku di tunjuk sebagai partner dia dalam lomba." Jelasnya, yang turut membantu teman barunya ini. Pasalnya, kalau ia tidak meluruskan kesalah pahaman yang menyerang ketiga pria bersaudara ini? Mereka tidak akan berhenti.
YOU ARE READING
ME AND THEM - JAEMIN + ALL
FanfictionCERITA INI KHUSUS JAEMIN + ALL SHIPPER! APABILA KALIAN GAK SUKA SAMA SHIPPER INI? TIDAK DI ANJURKAN UNTUK MEMBACA CERITA INI. TAPI, APABILA KALIAN MASIH KEKEH UNTUK BACA? DILARANG UNTUK BERKOMENTAR NEGATIF KEPADA PARA TOKOH YANG BERADA DI DALAM CERI...
