🧵 Bonding Time

Start from the beginning
                                        

"Diabetes lo makan es krim mulu." Noel mendengus melihat Michael yang sudah mengigit es krim yang baru dibuka.

Sedangkan Michael hanya mengendikan bahunya, tetap melanjutkan kegiatannya memakan es krim.

"Cuma ini yang bisa menghentikan gue kecanduan rokok."

Noel berdecak, "lagian banyak gaya banget. Masih bocah udah ngerokok." Noel ingat betul, dulu sewaktu masih duduk di bangku SMA, ia sering memergoki Michael yang sedang merokok di rooftop sekolah.

"Waktu itu gue stress berat, terus kata orang rokok bikin gak stress. Ya udah deh gue coba eh ketagihan." Michael menceritakan alasan mengapa dulu ia merokok.

"Stress kenapa lo? Hidup lo cengengesan mulu perasaan."

Michael terkekeh mendengar penuturan Noel. Noel tidak salah, Michael memang terlihat sering cengengesan saat sekolah dulu. Apalagi di depan Noel, Michael sangat cengengesan dan menyebalkan.

"Lah emang orang cengengesan gak boleh stress?" Tanya Michael.

Es krim yang Noel makan akhirnya habis. Ia beranjak membuang bekas es krim yang ia makan ke tempat sampah. Lalu ia kembali duduk dan menjawab pertanyaan Michael.

"Ya boleh. Cuma orang kayak lo gak kelihatan kayak orang yang gampang stress."

"Wow berarti gue membangun kepribadian gue yang cengengesan depan lo itu dengan baik ya." Michael tertawa cekikikan melihat Noel yang menatapnya dengan raut sebal.

"Stress kenapa?" Walaupun kesal dengan jawaban Michael. Noel masih penasaran dengan hal yang membuat seorang Michael stress. "Tapi kalau terlalu personal dan gak mau gue tahu ya udah." Meski penasaran, tapi Noel masih tahu batasannya.

"Serius amat sih." Noel berdecak sebal, ia sudah mencoba untuk serius tapi Michael dengan tingkah cengengesannya membuatnya kesal.

"Lo inget gak kalau lo pernah ngedumel marah-marah karena nilai gue lebih tinggi dari lo. Terus lo bilang kalau gue di kelas jarang kelihatan belajar dengan serius. Inget gak?" Tanya Michael.

Noel mengeryitkan dahinya, mencoba mengingat momen yang Michael maksud. Lalu Noel mengangguk saat ia teringat kejadian yang dimaksud oleh Michael. Noel ingat, ia pernah merasa tidak terima dengan nilai yang ia terima. Lebih kecil sedikit dari Michael. Padahal di kelas, Noel jarang sekali melihat Michael belajar. Ia malah lebih sering melihat Michael sedang merokok di rooftop sekolah daripada belajar di kelas.

"Gue bukan gak belajar, Elle. Gue disuruh belajar mulu bahkan dari pulang sekolah sampai malem." Michael menjeda ucapannya untuk memakan es krim nya yang tersisa satu gigitan. "Gue capek belajar mulu dah. Makanya di sekolah waktunya gue buat terbebas dari belajar."

Noel mendengarkan cerita Michael dengan baik.

"Gue tuh sebenernya gak ambis banget buat jadi pinter dan juara kelas. Tapi bokap sama nyokap gue buset dah ambis banget gue di peringkat satu mulu. Dikira gue Albert Einstein kali ya." Di tengah obrolan serius, Michael masih bisa bercanda.

"Terus setelah lulus lo kemana?" Pertanyaan ini adalah pertanyaan yang menjadi pertanyaan semua alumni angkatannya.

"Kabur" Michael terkekeh. "Kabur dari bokap nyokap gue" lanjutnya.

"Hah? Berarti bokap sama nyokap lo juga selama 10 tahun gak tahu lo dimana?" Noel terlihat sangat kaget mendengar pengakuan dari Michael.

"Tahu sih mereka mah. Bapak Juanda mana mungkin gak tahu gue kabur kemana."

"Terus?" Jujur Noel sangat penasaran dan meminta Michael untuk menceritakan lagi kelanjutan aksi kaburnya. Noel bahakan melupakan kalau ia habis lari pagi belum pulang untuk mandi, malah nangkring di depan alfamart.

"Ya gitu. Gue dipaksa buat balik tapi gue gak mau dan ngancem buat mutus semua akses buat berhubungan."

Noel mengangguk-angguk kepalanya. Noel pikir kedua orang tua Michael adalah tipe orang yang santai, sepenglihatan Noel yang baru pertama kali bertemu. Tapi ternyata tidak.

"Kemana?" Noel penasaran kemana Michael kabur. Karena tidak ada satu pun teman SMA nya yang bertemu Michael selama sepuluh tahun terakhir.

"Argentina." Jawab Michael membuat Noel teringat saat ia makan malam bersama kedua orang tua Michael. Mereka sempat menyebutkan nama negara itu.

"Kenapa Argentina?"

"Ini gue harus jawab kayak akang-akang yang di video kenapa Bandung gak?"

Fakta selanjutnya yang Noel tahu setelah beberapa hari menghabiskan waktu berdua dengan Michael, yaitu Michael selalu bisa membuat candaan di tengah obrolan serius.

"Gak kenapa-kenapa sih. Gue random aja pas itu kepikiran Messi, jadi ke Argentina deh." Jawaban Michael terdengar sangat bercanda di telinga Noel. Walaupun Michael mengucapkan itu dengan muka serius tidak cengengesan.

"Gue serius, Elle. Emang kedengeran konyol, tapi itu alasan gue pilih Argentina." Setelah itu Michael cekikikan mengingat kerandoman dirinya sendiri.

"Terus kenapa lo balik? Padahal udah berhasil kabur." Karena sudah terlanjur terlalu jauh, Noel melanjutkan rasa penasarannya.

"Karena gue kangen lo." Detik itu juga Michael langsung mendapatakan tendangan pada kakinya. "Gue serius, Elle." Michael mengucapkan itu tapi sambil cekikikan.

"Jujur ya, gue kayak menemukan kembali jiwa gue yang ilang waktu ketemu lo lagi. Yang ini beneran serius."  Michael mengacungkan jari telunjuk dan tengahnya membentuk huruf V pada Noel.

"Omongan lo tuh ibarat tong kosong nyaring bunyinya alias ketara banget bohongnya."

Michael tidak membela dirinya, ia hanya terkekeh mendengar ucapan Noel terhadapnya. Membuat Noel kesal dan marah-marah adalah kegiatan favorite Michael saat ini.

"Udah lah pulang. Gue udah pengin mandi." Noel beranjak dari duduknya dan berjalan pergi meninggalkan Michael. Entah mengapa tiba-tiba Noel merasa salah tingkah sehingga ia tidak menjawab Michael yang memanggilnya untuk menunggu.

bersambung...

INVISIBLE STRING ; MARKMINWhere stories live. Discover now