042 | Fragile

51 11 0
                                        

Selamat Membaca


"Hiks...mengapa kejadian berat seperti ini menimpamu anakku, hiks!"

Catlyn merasa bersalah, tangisan dan lirihan Elena berhasil membuat gadis itu terisak, tangisan itu berhasil membuat Catlyn terbawa, "Tan...hiks, maafin Catlyn, hiks..."

Catlyn langsung memeluk erat Elena dengan penuh perhatian, Elena membalas pelukan hangat gadis itu.

Back to Yumna, terlihat jelas bagaimana ke-akraban sekaligus kedekatan antara wanita paruh baya dengan sosok seorang gadis yang berhasil menyungkil hati Yumna, Yumna yang melihat keakraban Ibunda Langit dengan Catlyn membuat dirinya seakan di tolak mentah-mentah untuk dekat dengan Langit, padahal sebelumnya juga Yumna menolak Langit bukan?

Sedangkan Erlangga yang melihat gadisnya menitikkan air matanya itu membuat Erlangga berdecak, kehadirannya bahkan tak di hiraukan sekalipun dengan Yumna, "Ck."

Erlangga mendekat, cowok itu memegang kerasa pundak Yumna, "Sayang, kamu kenapa? Kenapa kamu nangis terus?" Erlangga menghela nafasnya kasar.

Yumna menggeleng lemah, "Enggak, e-enggak, aku...aku cuman kasihan sama Tante itu, hiksss..." Yumna menangis, bibirnya bergetar, "Hiks...kalau kita gak ngelakuin hal itu, p-pastinya itu gak mungkin terj---"

Erlangga menepis ucapan sekaligus omong kosong Yumna, menurutnya, netra Erlangga menatap tajam gadisnya, tangan nya meremas kuat pergelangan gadis itu, "Udah ya, aku capek, babe! Kamu nyesel ciuman sama aku malem itu? Come on, ini cuman musibah."

Yumna meringis, mencoba melepaskan tangan itu, tapi Erlangga masih kokoh meremat dan memegang tangan nya dengan kuat, "B-bukan, b-bukan gitu maksud aku..." Tatapan Yumna berhasil membuat Erlangga penuh kecurigaan, bahkan dari tangisan nya yang tak ikhlas meninggalkan pria bernama Langit Albintara itu.

"Kenapa kamu bela-belain cowok itu terus, hm? Justru kita juga korban disini! Mobil aku juga jadi rusak! Siapa juga sih yang mau nabrak orang dengan sengaja, emang dia aja yang bodoh gak liat kanan kiri, main asal nyebrang aja." Oke! Amarah Erlangga kini kian memuncak-memojokkan yang tak salah.

Justru pada malam itu mereka lah yang bersalah menabur nafsu di tengah jalan raya.

"Kita yang salah! Kalau kita gak ciuman gak mungkin hal itu terjadi, hiks!" Pecah Yumna.

Dengan kasar Erlangga memegang kedua pundak Yumna seraya menatapnya dengan tajam, tak hanya itu Erlangga mengeratkan pegangannya dan mengguncangkan tubuh gadis itu, "Kamu serius kan masih cinta sama aku? Hm? Apa cuman main-main? HAH?!"

"Jangan gila kamu." Tambah Erlangga, netranya bahkan memanas.

Yumna bergetar---ketakutan,"A-aku, a-aku cinta sama kamu! Aku gak main mai---"

Plak!

"Anjing! Jawaban kamu aja ragu gitu, kamu kira aku bodoh huh?!" Tatap Erlangga tajam.

Air mata Yumna jatuh melihat kekasaran yang di terbitkan kekasihnya, Yumna menangis tak henti-henti, bibirnya bahkan bergetar hebat, "Kenapa? Mau ngadu?" Mendengar hal itu Yumna spontan menggeleng ribut.

"Bagus." Erlangga langsung menepuk pelan pipi gadis itu. "Yaudah aku pergi dulu."

Cup!

Ciuman yang berhasil tertancap di pipi kanan Yumna, rasanya Yumna sakit, sakit berkali kali lipat, sakit hatinya masih memuncak dan rasa bersalah semakin kencang, Yumna berharap Langit sadar, dan ada beberapa hal yang harus ia jelaskan, dan Yumna tak mau dirinya dengan Langit usai, bagi Yumna bersama Langit berbeda, Langit membawa dunia bagi Yumna, hanya Langit yang bisa menghidupkan suasana hati Yumna.

CIRCLE NOT CLASS | ENDWhere stories live. Discover now