Selamat Membaca
Tepat pada acara yang di ada kan di SMA Jatu Bangsa, di hari menjelang kemerdekaan, semua kelas di kejutkan dengan pemberitahuan perlombaan antar kelas yang memang biasanya sudah menjadi kebiasaan SMA Jatu Bangsa untuk mengadakan suatu perlombaan, perlombaan antar kebersihan kelas dan menghias kelas merupakan salah satu perlombaan umumnya, selebihnya akan diadakan lomba-lomba di lapangan.
Kebetulan H-1 perlombaan mereka kini menghiasi kelas dengan dekor seadanya.
Langit melihat beberapa barang seadanya, "Udah segini aja?" Ujar Langit dan mendapat anggukan dari teman-temannya, Langit merasa kelas mereka selalu banyak kurangnya, meskipun kenyataannya memang seperti itu.
Posisi Langit sekarang dengan rambut barunya, tidak belah tengah, Langit menipiskan rambutnya dengan gaya baru, agar tidak di curigai teman-temannya, potongan rambut yang Langit saat ini, french crop.
Back to topic,
"Apa mau nambah lagi? Biar bagus? Soalnya bagian pinggir pojok sana kurang dekorasi, kesannya kosong sekali, kalau nambah dekor bakal bagus tuh buat nutup corak kotor di cat tembok itu."
Tepat di ujung pojok kiri, yang memang bisa di bilang pojok baca, sungguh berdebu tak pernah di bersihkan, buku-buku berserakan jatuh di bawah meja, terdapat juga bekas makanan yang kadang sering di masukan pada loker yang tersedia dimeja, membuat kesa jorok pada ruangan itu.
Geby memutarkan bola matanya malas, gadis itu menghela nafasnya, "Gimana mau nambah Lang, uang kas kita aja gak ada, memangnya ada duit lu? Gue bukan gak bisa nambahin ya Lang, gue bisa, cuman rasanya kayak gak adil aja gitu buat gue." Jelas Geby, gadis itu sangat malas untuk menombok---membayar untuk barang-barang dekor kelas, toh, ujungnya tidak akan di bayar dengan anak anak kelas.
Langit terkekeh, "Yaudah, itu suruh iuran." Tunjuk Langit pada murid-murid yang sibuk akan tugasnya masing-masing, "Mumpung belum kabur dari ruangan ini."
"Ish Lang, lo aja yang nagihin, gue udah males mau nagihin mereka, pasti ujung-ujungnya gak di dengerin, kan potek hati guehhh." Ucap Geby dengan segala nada pendramaan nya.
"Ya sudah sini buku nya, biar gue yang nagihin satu-satu."
Geby pun memberi buku yang memang sudah menjadi kebiasaan dirinya untuk mencatat pembayaran uang kas bagi yang membayar dan yang belum, agaknya Geby prustasi menjabat sebagai bendahara di kelas penuh problem ini.
Langit mendatangi mereka satu persatu, lagaknya seorang rentenir yang menagih pinjaman kepada si penghutang, "Woi bayar! Makan mulu idup lu, bayar uang kas nunggak."
"OMG! Bisa gak sih gak usah teriak teriak! Telinga gue rasanya mau pecah tau gak!"
"Lagian lu di omongin pelan-pelan gak bisa, giliran di bentak gak terima, udah buru bayar, keburu lu di siksa di akhirat gara gara lu nunggak hutang." Ucap Langit tiada kalah.
"Woi anying bantuin gua dong!" Pekik Langit.
Geby terkejut, "Gue?" Tunjuk Geby pada dirinya.
Langit menghela nafasnya kasar, "Ya iyalah, lemot amat, mau ngatain lu goblok tapi lu dapet peringkat satu." Sadar Langit, sebab Geby lebih pintar di bandingnya.
Geby menjewer telinga Langit, "Ye! Santai dong, iya iya, ini gue bantu." Ujar Geby gemas, Langit emang sangat penuh emosional, "Marah terus, cepet tua lo!"
"Bodo amat." Ketus Langit.
Sudah hampir satu jam mereka keliling, alhasil terdapat beberapa yang sudah bayar dan beberapa yang belum, sialnya cuman dapat seratus ribu saja, dasar kelas elit ekonomi sulit, Alhasil---mengharuskan Langit mengeluarkan uang---menalangi, "Udah nih pake uang gua aja, kurang kan, sisa nya ambil aja buat beli jajan kecil kecilan."
YOU ARE READING
CIRCLE NOT CLASS | END
Teen FictionKehidupan Catlyn, seorang gadis yang terhanyut kedalam kisah brengsek orang terdekat nya. •Untuk lebih jelas ke cerita aja teman-teman
