040 | Broken heart II

64 17 3
                                        


Selamat Membaca


Sudah memasuki tengah malam tetapi Langit masih saja berjalan di pinggir trotoar, ntah kemana pemuda itu akan pergi, nampaknya seperti tak ada tujuan, angin malam terhembus kuat yang membuat surai Langit berhamburan, rasa sakit hati yang masih menjadi bayang-bayang di kepala Langit, cowok itu masih di landa kepatah hatian.

Langit menekan tombol power ponsel nya tiada pesan sedikit pun, sungguh dirinya masih berharap pada gadis itu, berharap apa yang ia dengar dan lihat itu hanya sebuah kepura-puraan, Langit yakin bahwasanya Yumna ada alasan kenapa menolak nya sebab Langit tahu Yumna pasti mencintai dirinya, tetapi ketika melihat tatapan Yumna seperti membuangnya itu membuat Langit bingung antara berharap atau tidak.

Langit menghela nafasnya kasar, nampaknya dirinya sudah sangat larut untuk meminum obat-obatan, mengingat kondisi Langit yang semakin memburuk itu seharusnya ia tak pergi kelayapan kemana-mana lagi, tetapi apa boleh buat jika itu keinginan dirinya.

Ia langsung memasukkan ponselnya kedalam saku hendak ingin menyebrang.

Langit harus cepat-cepat kembali ke-kediamannya, pasti Ibundanya sangat khawatir, setalah lampu merah berganti menjadi hijau buru-buru pemuda itu menyebrangi zebra cross.

Back to si di dalam mobil, di dalam ruang yang tak berlampu itu terdapat, kedua sepasang kekasih sedang asik dengan aksi melumat dengan manja dan mesra, sepasang kekasih itu tersenyum, tersenyum bahagia, tatapan demi tatapan men-definisikan saling cinta, raupan demi raupan tak pernah gagal, Erlangga tak bisa melepaskan ciuman panas mereka padahal disana posisinya masih sedang mengemudi, tepatnya kepala Yumna benar-benar di tahan oleh Erlangga karena nafsu yang tak bisa terkontrol, keduanya masih sama-sama menikmati malam.

Dentuman musik semakin kencang yang berhasil membuat Erlangga dan Yumna memiliki ciuman sesuai dengan beat music---tepatnya berbarengan dengan dentuman sekali irama musik yang sudah ada di dalam mobil itu.

Namun...

Erlangga membalakkan matanya lebar-lebar melihat yang berada di depan melainkan si penyebrang, Erlangga tidak memperhatikan bahwasanya lampu sudah berwarna merah itu berganti dengan si penyebrang jalan, tandanya bahwa pejalan kaki harus lewat terlebih dahulu di banding si pengguna kendaraan.

Ssrrttttttttttttt!

Brukkkkkkkkkkk!

Pemuda itu pun terpental dengan kencang, bahkan sampai membuat kaca depan mobil si pengendara retak, di dalam Erlangga dan Yumna syokkk, kedua sepasang ke kasih itu mengeluarkan cairan di pelipisnya akibat benturan saat rem mendadak, kini cairan darah berhasil mewarnai kaca itu, tak lagi cairan darah yang terus mengalir di mulut pemuda yang terpental pada kaca itu.

Seluruh pengemudi yang sedang terhenti karena lampu merah itu beranjak keluar dan datang di tempat penabrakan itu berada, mereka semua pun menggeromboli mobil tersebut, dan berteriak agar si penabrak keluar dan bertanggung jawab.

Di dalam sana Yumna, tubuh gadis itu bergetar hebat, ia menatap Erlangga dengan tatapan yang penuh akan ketakutan, Yumna memegang tangan Erlangga sembari menggeleng kan kepalanya, netra Yumna berkaca kaca, bibirnya bergetar hebat, "Hiksss..."

Pandangan Yumna tertoleh pada kaca itu, "L-Langit..." Lirih Yumna mendapati Langit tak sadarkan diri dengan mata terbuka, Yumna menangis kejar.

"KELUAR WOIIIIIIII!!"

"TANGGUNG JAWAB!"

"BUKAAKKKK!"

"BUKAKKK ATAU KAMI PECAHIN KACA INI!"

CIRCLE NOT CLASS | ENDWhere stories live. Discover now