Bohong. Noel marah, Noel kecewa pada teman sekelasnya itu. Noel sudah belajar dengan keras untuk bisa mendapatkan nilai terbaik, tapi karena beberapa siswa ia tidak mendapatkan nilai untuk ulangan harian kali ini. Noel juga yakin kalau beberapa siswa lainnya yang terkena imbasnya juga merasa kecewa dan marah.
Maka dari itu, selaku ketua kelas. Noel meminta teman-teman sekelasnya untuk tidak meninggalkan kelas saat jam istirahat. Berniat untuk mendiskusikan solusi supaya bagaimana mereka semua tetap mendapatkan nilai.
Noel sudah berdiri di depan kelas, di hadapan teman-temannya. Ia menarik napas panjang sebelum mengucapkan sesuatu.
"Gue gak mau tahu siapa yang minta bocoran kelas sebelah. Gue juga gak mau menyalahkan, gue cuma.." Noel menghela napasnya panjang sebelum melanjutkan ucapannya "kecewa."
Noel menatap teman-temannya yang juga sedang menatap Noel, diam mendengarkan Noel. "Please kita udah kelas 12 dan semester ini jadi penentu buat kita bisa ikut SNMPTN atau enggak. Kalau misal kayak gini, nilai ulangan harian kita 0, jelas jadi ngaruh buat nilai akhir kita."
"Gue mohon ya, yang kayak gini jangan diulang lagi. Kalau semisal kalian ada yang kurang paham, kalian bisa nanya ke Michael. Dia peringkat satu paralel." Michael sedang diam dan mendengarkan baik-baik apa yang Noel sampaikan, kaget ketika namanya disebut.
"Iya tanya aja ke gue." Michael menyauti ucapan Noel.
"Tanya ke gue juga boleh, gue selalu terbuka. Atau kalian mau tanya ke siapapun terserah, kalian nyaman tanya ke siapa. Gue gak masalah sama contek menyontek, tapi buat bocoran soal, gue sangat memasalahkan itu."
Noel menarik napas sejenak untuk menenangkan dirinya. "Oke sekarang solusinya biar kita tetap dapat nilai, gue bakal coba bilang ke Pak Sigit supaya ulangan kelas kita diulang lagi."
Ketika Noel sedang memberi pemahaman kepada teman satu kelasnya, tiba-tiba di bangku deretan ketiga pojok, berbisik-bisik membicarakan Noel namun dapat didengar oleh Noel. Dan itu membuat Noel semakin marah.
"Makanya belajar. Udah tahu goblok, tapi gak mau belajar. Dikira pinter itu instan apa? Gue—"
"Lo ngatain gue goblok?" Seorang siswa yang tadi bisik-bisik, berdiri dari duduknya dan angkat suara.
"Gue gak nyebut nama, tapi kalau ngerasa—"
"Noelle" merasa situasi tidak lagi kondisif, Michael segera berdiri dan berjalan ke depan kelas menghampiri Noel yang terlihat sangat marah.
"Kalau gak mau ya udah gak usah ulangan lagi. Biarin dapat nilai 0." Usai mengucapkan itu, Noel pergi begitu saja keluar kelas. Meninggalkan teman satu kelasnnya yang merasa tegang akibat perdebatan itu.
Sekarang, kelas diambil alih oleh Michael selaku wakil ketua kelas. Michael menghela napas, ia sebenernya sangat malas jika harus berbicara di depan teman satu kelasnya. Tapi karena Noel pergi, tidak mungkin Michael ikut pergi meninggalkan kelas begitu saja.
"Gue gak bakal banyak bicara. Gue cuma mau nanya aja, yang setuju buat ulangan lagi angkat tangan."
Hampir semua mengangkat tangan, hanya beberapa siswa saja. Michael menebak kalau gerombolan itu yang mendapat bocoran soal dari kelas sebelah. Termasuk siswa yang tadi berdebat dengan Noel.
Michael mengangguk, "oke hampir semua setuju ya. Nanti gue sampaikan ke Pak Sigit." Ucap Michael.
"Guys believe me, Noel cuma mau yang terbaik buat kelas kita. Dia ngelakuin ini bukan buat dirinya sendiri, tapi buat kita semua. Jadi jangan jahat-jahat ke Noel ya."
Semua siswa yang berada di kelas terkejut tiba-tiba keluar kalimat seperti itu dari seorang Michael. Michael yang selalu mengusili Noel. Michael yang selalu membuat Noel marah-marah.
"Istirahat tinggal 10 menit lagi, yang mau istirahat silahkan." Ucap Michael, kemudian ia langsung keluar kelas untuk mencari Noel.
***
Noel benci kalau dianggap sok pintar oleh orang lain. Noel benci kalau dianggap sok baik oleh orang lain. Noel benci kalau dianggap 'si sok paling bisa' oleh orang lain.
Sejak keluar dari kelas sampai sekarang, air matanya tidak berhenti mengalir. Menerima ucapan yang buruk dari teman sekelasnya, ternyata membuat Noel sangat sakit hati. Ia sudah berusaha sebisa mungkin untuk kebaikan kelasnya, tapi malah ucapan yang jelek yang ia dapatkan.
Noel juga mau bermalas-malasan seperti yang lainnya. Noel juga mau bolos melewatkan waktu belajar. Tapi Noel sadar, ia bukan anak yang genius yang tidak perlu belajar supaya mendapatkan nilai yang bagus.
Noel juga bukan dari keluarga kurang mampu atau dari keluarga berada. Noel hanyalah anak dari keluarga ekonomi menengah. Maka untuk bisa mendapatkan pendidikan terbaik, Noel harus berprestasi.
Karena pemerintah tidak akan mau membiayai pendidikan Noel yang dari keluarga ekonomi menengah, kalau ia tidak berprestasi.
Krek.
Noel segera menghapus air matanya dengan kasar, saat mendengar seorang membuka pintu dan berjalan mendekatinya.
"There you are."
Dari suaranya, Noel dapat menebak kalau seorang yang mendatanginya adalah Michael.
Noel diam saja, tidak berbicara ataupun menoleh ketika Michael berdiri di sampingnya dengan jarak yang cukup dekat.
"Rooftop emang tempat paling tepat buat menjauh dari semua orang." Ucap Michael. Pandangannya menatap lapangan sekolah yang kini terisi oleh beberapa siswa yang sedang bermain bola atau sekedar berjalan.
"Dari sini kita bisa ngeliat semuanya. Tapi gak bisa ngerasain apa yang mereka semua rasain disana."
"Gue gak sepinter itu buat ngerti omongan lo." Celetuk Noel yang akhirnya membuka suara.
Michael tekekeh, "gue juga gak ngerti gue ngomong apaan. Asbun aja itu gue." Ucap Michael membuat Noel meliriknya dan berdecak.
"Nih" Michael mengulurkan satu sachet tolak angin kepada Noel. "Gue lagi sedikit masuk angin, jadi gue cuma ngantongin tolak angin. Itung-itung buat menolak semua ucapan jelek yang lo denger." Jelas Michael.
"Oh atau rokok, ini gue masih punya sebatang." Michael mengulurkan bungkus rokok yang hanya tersisa satu batang.
Noel menoleh menatap Michael yang ternyata juga sedang menatapnya. Setelah berpikir sejenak, akhirnya Noel menerima tolak angin yang diberikan Michael dan langsung ia minum detik itu juga.
"Gimana rasanya setelah minum tolak angin?" Tanya Michael.
"Jadi pengin kentut." Jawab Noel asal. Tapi sukses membuat Michael tertawa terbahak-bahak. Ketawa Michael menular, membuat Noel ikut tertawa kecil.
Flashback off
Noel tersadar, kalau dulu saat masih menjadi siswa SMA, Michael selalu ada disetiap masalah yang Noel hadapi.
Kemudian sekarang, setelah sepuluh tahun tidak bertemu dan kini dipertemukan kembali, Michael selalu muncul disaat Noel mengalami masa-masa sulit karena atasannya.
Setelah kemarin mendengar saran asal-asalan dari Haidar dan Reza, yang mengatakan supaya ia berpacaran dengan Michael. Lalu hari ini Michael mengajaknya berpacaran.
What a coincidence. A coincidence that feels strange but good at the same time.
"Oke" Noel sedikit kaget dengan jawaban yang keluar dari mulutnya sendiri. Tidak percaya bisa-bisanya ia menyetujui ajakan berpacaran dari Michael.
Tidak hanya Noel yang kaget, Michael lebih kaget lagi. Ajakan isengnya karena capek terus dijodoh-jodohin sama mamanya, diterima oleh Noel.
"Oke apa anjir?" Tanya Michael dengan ekspresi yang sangat terkejut.
"Oke pacaran lah emangnya apa lagi? Lo kan ngajak gue pacaran?"
"Elle, lo waras kan?" Tanya Michael yang masih tidak percaya.
Noel mendengus kesal, "gak waras. Cepet anter gue pulang." Ucap Noel lalu beranjak dan berjalan terlebih dahulu ke mobil milik Michael yang terparkir di pelataran mini market.
Sedangkan Michael masih duduk dan melongo tidak percaya.
Bersambung...
YOU ARE READING
INVISIBLE STRING ; MARKMIN
FanfictionNoelle Shankara dan Michael Diaskara yang selama duduk di bangku SMA dulu tidak pernah akur, dipertemukan kembali setelah sepuluh tahun tidak bertemu pada suatu keadaan yang membuat mereka harus bertemu lagi, lagi dan lagi. tags : bxb, enemies to lo...
🧵 All Along There Was Some..
Start from the beginning
