[Aleena's POV]
Hari Sabtu ini Kak Drian mengajakku lunch. Sebut saja ini menjadi kencan kedua kami. Aku mengenakan kaos hitam panjang dengan high waist tweed midi skirt berbentuk A line serta sepatu boots. Rambut kuhias dengan bando abu-abu yang senada dengan rokku.
Tadinya aku ingin mengenakan dress panjang, tapi rasanya agak berlebihan untuk siang hari. Mungkin itu akan kukenakan suatu hari kalau kami dinner date.
Lagipula penampilan pacarku begitu santai. Dia hanya mengenakan sweatshirt abu-abu dan celana kotak-kotak gelap. Meskipun demikian, dia tetap keren dan selalu berhasil membuatku terpesona dengan dirinya yang apa adanya.
Contohnya tadi, aku sedang sibuk mencari kosmetik diskon. Walaupun pasif, dia tetap sabar menunggu. Intinya tidak banyak berbicara. Tidak seperti Kevin yang selalu ribut dan memprotesku, "kemaren bukannya baru beli?" atau "beda apa?"
"Drian!!" Sepertinya ada seseorang berteriak memanggil nama pacarku.
Kak Drian yang merasa terpanggil hanya celingak celinguk. Aku menoleh ke belakang dan melihat seorang pria paruh baya melambaikan tangan ke arah kami.
"Itu Kak!" seruku sambil menepuk bahunya.
"Loh, papah?" gumamnya.
Papah? Ini berarti papanya Kak Drian, yang bernama Wisnu Adijaya? Yang berkomentar di instagram itu? Aduh, kok bisa sih ketemu sama papahnya mas pacar di mall?
Beliau berjalan mendekati kami. "Nggak nyangka papah bisa ketemu kamu!" ucapnya sambil tersenyum.
"Kok papah bisa ada di sini?" tanya Kak Drian.
"Ya, abis meeting sama klien. Dia teman baik papa waktu kuliah jadi santai Sabtu gini. Harusnya papah yang tanya kamu ngapain di sini?"
Kemudian, Om Wisnu melirikku. "Ini siapa?"
Ia juga menatap kami bergantian. Sepertinya dalam benaknya dia sudah menerka-nerka bahwa kami cukup dekat.
"Aleena, Om!" sapaku memperkenalkan diri sambil menunduk meraih tangannya. Aku menyalaminya dengan sopan, seperti yang biasa kulakukan kepada orang tua.
"Aahh, iya. Pacarnya Adrian, ya? Om lihat lho foto kamu di instagram Drian. Ternyata aslinya lebih cantik, ya." Ucapannya itu terlihat jelas bahwa dia ingin menggoda kami.
"Paahh..." Kak Drian nampaknya memprotes.
Aku hanya membalasnya dengan senyuman karena salah tingkah dan malu. Aku bingung harus berbuat apa?
"Kalian pasti ke sini mau makan siang? Bareng aja, yuk," ajaknya kepada kami.
Kak Drian tampak melirikku. Mungkin dia bertanya apakah aku setuju? Karena kami niatnya ingin ramen date. Tapi aku sih terserah saja.
"Tadinya Drian sama Aleen hari ini mau makan ramen," ujarnya kepada papahnya.
Om Wisnu hanya membentuk O di mulut.
"Yah... Sayang banget, ya? Tapi ramen date bisa kapan-kapan, kan? Mumpung ada papah nih," ujarnya meyakinkan Kak Drian.
"Aleena, Om mau sekalian kenalin kamu ke restoran favorit keluarga kami. Nanti kamu bakal tau makanan favorit Drian juga lho!" lanjutnya berusaha meyakinkanku.
Sepertinya kali ini dia berhasil menggagalkan kencan kami karena aku mungkin tidak bisa menolak tawarannya. Jujur aku penasaran apa makanan favorit Kak Drian dan restoran keluarganya?
Om Wisnu ini ramah sekali. Tidak seperti anaknya. Kelihatannya juga merupakan sosok ayah yang santai, tapi tetap care.
Aku menoleh dan menatap Kak Adrian, lalu kembali menatap Om Wisnu. "Boleh Om!" jawabku pasti dengan senyuman.
YOU ARE READING
Before We Meet Again
Teen Fiction#1 in schoolfiction (April, Juni 2024) #3 in schoolromance (April 2024) Ini kisah seorang siswi kelas 10 yang mandiri dan pemberani, Aleena Dharmawan. Cara pandangnya yang unik membuat orang-orang menyukainya. Namun, hal tersebut juga membuatnya har...
