17. Saingan

314 55 3
                                    

Happy Reading 📖
-----------------

Weekend seharusnya dipakai Jeffrey untuk istirahat dari semua kegiatan. Tapi apa daya, resiko menjadi aktor apalagi papan atas membuat Jeffrey tidak bisa berleha-leha.

Di hari minggu pagi pria itu sudah rapi menunggu Jonathan menjemputnya menuju ke lokasi.

Sembari menunggu tidak ada salahnya kan Jeffrey mengisi tenaga dulu, dengan menjahili Rose misalnya? Karena sekarang hidup Jeffrey tidak lengkap tanpa mendengar omelan tetangga. Masih ada waktu sebelum Jonathan datang.

Lantas Jeffrey keluar menuju sebelah. Namun langkahnya terhenti disertai alis menukik tajam kala mendapati seorang pria lain sudah berdiri di depan unit tersebut.

Pria itu menunduk dan terus melihat layar ponselnya.

"Cari siapa Mas?" Tanya Jeffrey akhirnya menghampiri. Lawan bicaranya itu menoleh, menatap Jeffrey lamat.

"Saya lagi nunggu Rosella."

Waduh, saha ieu teh? Ada hubungan apa dengan tetangga favoritnya?

Jeffrey menampilkan ekspresi tidak suka. Lantas pria itupun tersenyum samar setelah mendapat ide cemerlang.

"Gak ada yang namanya Rosella disini Mas."

Kontan Devan yang ternyata lelaki lawan bicara Jeffrey itu mengernyit heran, "Oh iya?"

"Iya. Yang tinggal di unit ini cuma nenek-nenek peyot yang udah berumur. Dia juga punya anjing galak. Mending Mas nya pergi aja dari sini." Tambah Jeffrey meyakinkan.

Devan mengerjap sebentar sebelum bersikap badan tegak. Semalam mereka bertukar kabar dan Devan menawarkan untuk menjemput Rose di apartementnya. Devan pun sebelumnya sudah pernah mengantar Rose pulang, meskipun hanya sampai depan. Tapi kenapa orang ini malah bilang kalau tidak ada yang namanya Rose?

Apa mungkin Devan salah lantai? Tapi nomor unitnya benar kok, sesuai instruksi Rose dichat.

"Maaf sebelumnya, Mas siapa ya?"

Jeffrey kontan membulatkan mata begitu terkejut. Lelaki di depannya ini menanyakan Jeffrey siapa?

Hellow, Jeffrey bahkan tidak menggunakan penyamaran apapun. Pria itu sudah ganteng paripurna tapi masih ada yang tidak mengenalnya?

Wah, manusia langka lainnya ini!

"Saya orang yang udah tinggal disini sepuluh tahun. Mending Mas sekarang balik aja. Bercuma nunggu, Mas nya salah alamat. Gak bakal ketemu juga." Jawab Jeffrey kelewat nyolot.

Kalau Jonathan ada sudah pasti akan menunjukkan wajah datar. Bagaimana bisa orang yang baru sebulan tinggal malah mengaku menjadi penghuni sepuluh tahun. Dasar penipu!

Dengan tampang kebingungan Devan pun benar-benar pergi. Sampai presensinya ditutup oleh lift, barulah Jeffrey dapat menghembuskan napas lega.

"Kak maaf, nunggu lama y—loh, kok lo disini?" Rose baru saja membuka pintu sembari menenteng tas gitar terkejut kala mendapat cengiran lebar dari Jeffrey.

Benar-benar sangat tidak diharapkan.

Gadis itu menoleh ke kiri dan kanan seperti mencari seseorang. Jeffrey yang dikacangi seperti itu berdecak tidak suka.

"Cari siapa sih?"

"Tadi ada cowok kesini gak?" Tanya Rose kebingungan.

"Ada."

"Mana?"

"Ini." Jeffrey kemudian menunjuk dirinya sendiri.

Rose menampilkan wajah dongkol dan memeriksa ponselnya, "Bukan lo. Tapi cowok ganteng, tinggi, pokoknya cakeplah."

SekuterWhere stories live. Discover now