14. Sisi Lain Jeffrey

294 56 2
                                    

Happy Reading 📖
--------------------

"Gue duluan ya. Sorry gak mampir."

"Oke Bang. Thanks buat hari ini."

Jonathan pamit begitu mengantarkan Jeffrey kembali ke apartement sore itu.

Sayang sekali Jonathan tidak bisa lama karena setelah ini dia ada kerjaan lain yaitu menemani salah seorang aktris naungan agensi yang sama dengan Jeffrey untuk syuting di puncak. Dikarenakan asistennya sedang sakit maka Jonathan lah yang menggantikan.

Meskipun terkenal sebagai asisten Jeffrey, namun pria itu fleksibel jadi asisten yang lain selama tidak sibuk. Sama halnya seperti sekarang. Selesai urusan dengan Jeffrey dan tidak ada kegiatan lain, Jonathan sih senang saja. Toh uang double job tetap mengalir ke rekening.

Seusai melambaikan tangan pada mobil yang sudah menghilang di persimpangan jalan tidak membuat Jeffrey beranjak dari tempatnya. Pria itu menghela napas panjang beberapa saat kemudian.

Rasa bosan tiba-tiba menguasai Jeffrey. Padahal Jeffrey sangat mengharapkan partner agar tidak merasa seperti itu. Ingin sekali dia melarang Jonathan pergi tapi apa daya, Jeffrey juga tahu kalau Jonathan perlu menghidupi keluarganya di kampung sebagai tulang punggung keluarga. Apalagi yang Jeffrey dengar kalau ibunya Jonathan tengah sakit.

Akhirnya setelah berpikir singkat bukannya mengistirahatkan badan seusai syuting, Jeffrey justru melangkahkan kakinya menyusuri trotoar. Niatnya mengusir bosan dengan mencari udara segar sambil menapaki jalan yang begitu ramai pada jam pulang kantor seperti sekarang. Tenang saja, tidak akan ada yang mengenali karena Jeffrey sudah sangat siap dengan alat penyamarannya berupa jaket, topi, kacamata, dan masker seperti biasanya.

Langkah kaki membawa Jeffrey menuju supermarket yang tidak jauh dari apartement. Mengingat kulkas yang hampir kosong dan Ruby juga tidak ada datang untuk mengisinya, akhirnya Jeffrey mengambil inisiatif untuk belanja seorang diri.

Dengan mendorong trolley yang sudah diisi oleh beberapa barang, Jeffrey berjalan menyusuri area selanjutnya. Buah, Jeffrey butuh untuk diet mengingat keperluan karakter yang akan dimainkan.

Disaat sibuk memasukkan apel ke dalam plastik, seorang perempuan paruh baya datang mengampirinya dengan antusias.

"Jeffrey ya?"

Jeffrey tergelak dan bingung harus menjawab apa. Ternyata penyamaran seperti biasa sekarang tidak mempan kalau dipakai di tempat umum. Lihat, tetap saja orang-orang mengenalinya.

"Bukan Bu. Maaf salah orang." Demi kehidupan yang damai dan terhindar dari fans bar-bar, Jeffrey menggeleng cepat seraya menunduk merapatkan masker.

Jeffrey hanya ingin belanja dengan tenang, tidak ada waktu untuk jumpa fans dadakan.

"Ah yang bener? Ini mah Jeffrey, yang sering saya liat di TV." Ujar ibu tersebut sangat yakin. Dia bahkan memegang bahu pria itu yang hendak kabur kemudian mengamatinya dari atas sampai bawah. Tidak sampai disitu, tangannya dengan tidak sopan langsung menarik masker yang dikenakan.

"Kan bener Jeffrey!"

Pekikan dari ibu tersebut sukses membuat banyak orang di supermarket menoleh dan tersadar jikalau ada artis papan atas. Mereka berbondong-bondong mulai mengerumuni Jeffrey dan menciptakan keramaian yang sangat tidak kondusif.

"YA AMPUN!!! ANAK SAYA NGEFANS BANGET SAMA NAK JEF!!!"

"KASEP PISAN EUY!!!"

"JADI MANTU IBU YUK NAK, ANAK IBU CANTIK LOH!!!"

Jeffrey seketika terjepit diantara kerumunan kaum hawa yang berebut untuk bisa lebih dekat. Tidak ada jarak sama sekali, Jeffrey dibuat pusing karenanya.

SekuterOù les histoires vivent. Découvrez maintenant