8. Tetangga

326 78 9
                                    

Happy Reading 📖
-------------------

Kantung mata Rose tampak menghitam.

Semalam dia kesulitan untuk tidur, dan kalau dapat pun tidak nyenyak.

Sejak kenyataan bahwa tetangga baru di sampingnya adalah sosok yang sangat ingin dia hindari, Rose jadi overthinking sendiri.

Rose takut kejadian saat awal bertemu akan terulang kembali dan menjadi sasaran fans fanatik pria itu. Tidak perlu jauh-jauh, contohnya Lily yang akan mematahkan lengan siapa saja perempuan yang dekat dengan Jeffrey-nya.

Bagaimana ini?

Kalau Lily tahu Jeffrey adalah tetangga Rose dan dia juga tahu perempuan yang waktu itu digosipkan dengan idolanya, maka sudah pasti Lily akan membuat heboh bukan saja satu gedung apartement, tapi satu Indonesia.

Jadi tugas Rose sekarang adalah seminim atau bahkan tidak boleh berinteraksi sama sekali dengan Jeffrey. Mau itu perang cocot sekalipun lebih baik Rose hindari.

Rose gini-gini masih lebih sayang nyawanya ya kawan-kawan:)

Pagi hari diawali dengan stretching di balkon. Karena melihat matahari sudah mulai naik, rasanya malas untuk keluar joging. Mana Reno juga masih ngebo karena pulang larut semalam.

"Selamat pagi tetangga."


Suara itu...


Layaknya petir di siang bolong membuat Rose yang awalnya masih mengumpulkan nyawa seketika terperanjat dari tempatnya.

Rose menatap horor pada pria yang kini tengah tersenyum manis dari arah balkon seberang.

Padahal baru saja Rose berpikir untuk seminim mungkin berinteraksi dengan Jeffrey. Tapi lihat, batang hidung pria itu belum apa-apa sudah nongol duluan membuat Rose ketakutan setengah mati.

"Lagi olahraga juga ya tetangga?"

Jeffrey menaik turunkan alisnya. Menggunakan kaos kutangan, celana training, dan tidak lupa keringat yang membasahi tubuh sepertinya dia baru selesai nge-gym. Oh tentu saja bukan di gym center yang ada di lantai dasar. Lelaki itu kan kaya pasti punya alat sendiri, karena Rose kemarin sempat lihat saat pindahan ada yang membawa beberapa alat olahraga yang Rose tidak ketahui namanya.

"Kok diem sih? Tetangga bisu ya?"

Jeffrey berjalan menuju kearah samping. Badannya dia sandarkan pada pembatas kaca antara balkon unitnya dan juga milik Rose.

Benar sekali, balkon mereka hanya dibatasi oleh dinding kaca dan besi seukuran pinggang orang dewasa. Jaraknya juga tidak terlalu jauh, mungkin tidak lebih dari satu meter. Siapapun bisa saja melompat dari satu balkon ke balkon yang lain karena jaraknya memanglah sedekat itu.

"Jangan aneh-aneh, awas aja lo!"

Rose mengintrupsi saat Jeffrey memasang senyum jahil sembari menatap lamat tempatnya berdiri. Pria itu pun tertawa, "Ternyata masih bisa ngomong. Syukur deh."

Aduh gimana? Terpaksa sekali Rose harus meladeni Jeffrey sepagi ini.

"Denger ya Mas Jeffrey yang terhormat. Saya mohon banget dengan sangat, mulai sekarang jangan pernah ajak saya ngomong ataupun nampakin diri di depan saya. Bisa?"

Jeffrey mengangkat alis bingung, "Kenapa?"

"Ya gak mau aja. Soalnya saya udah eneg liat muka anda."

Raut wajah Jeffrey berubah syok. Pria itu tidak lupa memegangi dadanya merasa sangat tersakiti yang tentunya dibuat-buat.

SekuterWhere stories live. Discover now