18. Perpecahan

60 8 0
                                    

mari berteman di ig author = @echanwifeys dm aja nanti di follback kok

~~~~~

Selamat Membaca
Monggo Enjoy

~~~~

Watermelon Sugar – Harris Styles

~~~~~

“Kamu akan merasakan keindahan dari sesuatu setelah kehilangannya.”

~~~~~

“Kakak yakin mau nyetir sendiri sampai Bandung?”

“Yakin, Pa.”

“Mau Papa temenin?”

“Enggak, Pa.”

“Ajak adek yah jaga-jaga kalau di jalan ada sesuatu yang gak papa inginkan.”

Sosok manusia yang tengah diajak berbicara oleh sang papa itu hanya bisa tersenyum sembari menggelengkan kepalanya sejenak. Sifat berlebihan menurutnya ini terkadang membuatnya bingung dengan sikap angkuh sang papa di saat tertentu. Sifatnya ini seperti beda orang yang membuat anaknya sendiripun bingung melihatnya.

“Kakak bisa mengatasi semua sendiri Papa, udah Papa gak usah khawatir.”

“Papa gak mau lihat anak perempuan Papa ngelakuin semua hal sendiri Kak, kakak tuh kayak gak butuh orang lain saat Kakak bisa ngelakuin semuanya sendiri. Biarin Papa ikut yah,” bujuk Imam sekali lagi.

“Papa ini kayak sama siapa aja, orang dari kecil kakak udah sering ditinggal sendiri kok. Papa lupa yah kakak umur tujuh tahun kurang ketinggalan di dufan? Kakak ada nangis gak? Enggak kan, makanya Papa percaya aja sama aku.”

“Si Kakak kesalahan masa lalu masih diungkit aja.”
Rani tertawa renyah mendengarnya, memang benar jika dirinya pernah tertinggal di tempat bermain paling terkenal pada masanya itu. “Cuma ngasih tahu Pa, udah ah kakak mau ambil koper dulu di kamar.”

Setelah mengucapkan itu dia pergi menaiki tangga menuju kamar miliknya dan bersiap pergi. Sungguh ia tidak sabar menghirup sejuknya udara khas Bandung, bahkan memori udara Bandung masih terngiang di kepalanya.

“Ck putra mahkota baru nunjukin tampangnya,” cibir Rani saat tidak sengaja berpapasan dengan Reno.

Bersenda gurau dengan saling menjahili selalu dia lakukan, namun sayangnya itu dulu sebelum masalah perjodohan ini mencuat. Rani enggan menyapa terlebih dahulu adik manisnya itu, sorry memang dia perempuan apaan.

“Mau kemana Kak?”

Rani berpura-pura tidak mendengar pertanyaan Reno dan terus saja berjalan menuju kamarnya. Ah dia sangat malas melayani remaja manja ini.

“Aku tanya Kakak mau kemana?”

“Ada urusan sebentar.”

“Di mana?” tanyanya sekali.

“Di Bandung,” Rani menyeret kopernya keluar kamar dan mengunci kamarnya sebelum berbalik menghadap Reno yang berdiri menjulang di depannya, “ada lagi yang mau ditanyain gak? Gue lagi buru-buru ngejar waktu juga, gak ada lagi kan yaudah gue berangkat dulu.”

Hati Reno tersayat mendengar perkataan pedas sang kakak yang ditujukan kepadanya, selama dua puluh tahun hidupnya di dunia baru kali ini sang kakak bersikap seperti ini. Terhitung lebih dari sebulan kakaknya mendiamkannya dan bersikap ogah-ogahan kepadanya.

“Lo kenapa sih kayak gini ke gue, Kak?”

Reno menatap Rani dengan napas memburu menahan amarah yang akan meluap-luap dari dalam dirinya. Ia bahkan menatap punggung kecil di depannya dengan penuh kilatan amarah. “Bisa dewasa gak sih? Masa perkara kecil aja lo tega ga negur adek lo sendiri Kak?” tanya Reno tidak percaya terhadap sikap sang kakak.

“Lo bisa ngaca gak sih bangsat!”

Rani berbalik dan menunjuk Reno dengan jari telunjuknya penuh amarah. “Lo bisa ngaca gak yang gak bisa dewasa disini siapa hah? Sebelum nuduh orang ada baiknya lo ngaca dulu, jadi tua gak harus selalu ngalah tolol! Kecil digedein udah gede jadi semena-mena lo sama gue hah?”

Reno terdiam di tempatnya mendengar itu semua, perempuan di depannya ini bukan kakaknya. Kakaknya tidak pernah berucap kasar seperti ini kepadanya.

“Punya saudara satu nyusahin banget jadi orang, bajingan lo,” ucap Rani sembari menatap Reno dengan pandangan sinis. Ia menyeret kopernya secara tergesa-gesa melihat sosok yang baru saja dia sumpah serapah tengah memegang dadanya dengan kuat.

“Kakak!”

“Kakak!”

“KAKAK!”

Imam bergegas masuk ke dalam rumah mendengar teriakan pilu yang dia ketahui dari anak bungsunya. Sebelum mencapai lantai kedua dia berpapasan dengan sang anak sulung yang terlihat menahan amarah. “Adek kenapa, Kak?”

“Asmanya kambuh Pa, kakak berangkat dulu Pa assalamualaikum.”

Rani tidak perduli apa yang akan terjadi setelah ini, dia sudah muak dengan semua drama yang Reno pernah buat. Mulai dari pura-pura kecelakan hingga patah tulang, mimisan yang dibuat-buat dan masih banyak hal yang lain. Anak itu memang harus diberi pelajaran setimpal atas kebohongan yang pernah dia lakukan.

***

“Ada tipe yang lebih besar lagi gak dari ini?”

“Ada Bapak di cluster namun pembangunannya belum seratus persen selesai, ingin saya tunjukkan?”

Tama mengangguk dengan pelan mengiyakan ajakan seorang sales properti yang mengajaknya untuk melihat rumah di kawasan elit yang dia kunjungi. Pria itu benar-benar menyukai semua jenis cluster rumah yang ada hingga bingung sendiri mau mengambil yang mana.

“Untuk semua rumah yang ada disini di design dengan satu kamar tidur utama dan dua kamar anak Bapak. Perbedaan yang ada di setiap cluster mungkin dilihat dari luasnya, dan beberapa ruangan longgar yang disediakan. Seperti di rumah ini terdapat sauna pribadi, kolam renang, dan lift menuju lantai tiga.”

“Kamar Mbak?” tanya Tama.

“Ada di lantai satu tadi Bapak, jadi untuk pembantu sudah ada tangga sendiri bagi mereka jika ingin ke lantai paling sekalipun. Di lantai satu juga sudah terdapat dapur basah dan kering, garasi sangat longgar Bapak bisa muat sampai tiga mobil.”
Sepanjang penjelasan Tama hanya menganggukkan kepala, dia suka rumah ini. “Kapan finishing rumah ini?”

“Bulan depan selesai Bapak, tapi mohon maaf untuk rumah yang ini sudah di booking orang lain. Bapak saya berikan opsi di sebelahnya ini yang tahap pengerjaannya masih empat puluh persen.”

“Dia down payment berapa? Saya bayar dua kali lipat saat ini juga asal rumah ini buat saya.”

“Iya aku tahu, nggak usah sombong karena roda itu berputar.”

Kalimat pedas seseorang melintas di kepalanya beberapa detik setelah dia bersikap riya tadi, sosok perempuan yang telah membuat kepalanya pusing akhir-akhir ini. “Ah gak jadi Pak yaudah saya nunggu unit yang disana aja. Yang di sana buat saya yah, hubungi saya kalau udah ready.”

“Baik Bapak akan saya hubungi langsung kedepannya seperti apa, terimakasih sudah mempercayakan hunian masa depan kepada agensi kami.”

Tama menyunggingkan senyuman sepanjang jalan menuju ke arah mobilnya, dia tidak bisa menyembunyikan senyuman. Raut wajah bahagia itu tergantikan seketika saat ada pesan masuk yang mengganggu kesenangan hatinya.

“Reno sakit apa?” tanyanya kepada dirinya sendiri melihat pesan dari sang papa yang memberikan sang calon adik ipar masuk ke ruang inap. Ini tidak bisa terjadi, ia harus membangun hubungan baik dengan calon adik iparnya.
.
.
.

STAY SAFE

apdet terakhir soalnya ayy mau ngurus paspor rek 😘

15 May 2024

Garis LakonWhere stories live. Discover now