04. Larutan Elektrolit

7 2 0
                                    

Jangan lupa vote & komentarnya ♡
Happy reading!

~ Bintang & Atom ~

' Ga tau kenapa lo jadi cantik setiap harinya. Asal lo tau Una, gua cuma pengen lo jadi milik gua.'

Perkataan Barra masih terngiang-ngiang dikepala Aruna. Aruna merasa bahwa dirinya melakukan sesuatu kesalahan. Perkataannya kemarin terbilang cukup kejam dalam dunia penolakan. Alasan pertemanan? Bahkan dirinya sekarang tidak tau bagaimana nasib pertemanan mereka setelah Aruna mengatakan hal itu.

"Kenapa sih lo? Ada masalah sama Barra?" tanya Riri kepada Aruna, karna sedari tadi Aruna terus menghindar dari Barra.

"Tadi juga lo ga bareng sama Barra." ucap Sela lalu memakan ice creamnya.

"Brisik lo! Ini semua gara-gara lo Sela!" balas Aruna sambil memutar bola matanya, malas.

"Lagian lo bego apa gimana sih Una? Lo liat noh! " Sela menunjuk kearah pria tinggi yang ada dilorong sekolah dengan wanita yang sedang memberikan coklat kepada pria itu. "Apasih kurangnya Barra? Ganteng, kaya, pinter, perhatiannya sama lo doang, paket kumplit" lanjut Sela. Ya, pria yang Sela tunjuk tadi adalah Barra dan wanita itu bisa dibilang penggemarnya Barra.

Aruna memperhatikan Barra dari taman. Bahkan Barra tidak menatap wanita itu, ia memalingkan muka dan pergi dari sana, menolak coklat yang diberikan kepadanya sebagai hadiah.

"Gua tau lo temanan sama Barra udah lama, tapi yang namanya perasaan gua yakin Barra serius sama lo." timpal Riri yang membuat Aruna kembali menghembuskan nafas jengah.

Aruna tidak melepaskan pandangannya dari lelaki tampan itu. Merasa ada yang memperhatikannya, Barra menoleh dan tatapan mata mereka bertemu. Barra menghampiri Aruna dengan kaleng minuman yang dia bawa. Aruna yang melihat Barra menghampirinya, mengalihkan pandangan seolah dia tidak memperhatikan pria itu.

Barra tersenyum kecil ketika melihat Aruna yang kebingungan karna ketahuan memperhatikannya. Sela dan Riri yang melihat kejadian itu hanya bisa tertawa kecil, gemas dengan keduanya.

"Unaa," sapa Barra lembut. Seakan suara Barra yang berat menghipnotis Aruna untuk menatap Barra. .

"Apa?" jawab Aruna sambil menggaruk lehernya yang tidak gatal.

"Lo kenapa berangkat duluan?" tanya Barra sambil memberikan minuman kaleng kesukaan Aruna.

Aruna menerima minuman kesukaannya yang sudah Barra buka, ia meminumnya tanpa menjawab pertanyaan Barra. Melihat Aruna yang tidak menjawab, Barra lalu bersimpuh lutut dihadapan Aruna, mengikat sepatu Aruna yang terlepas lalu menatap mata Aruna dari bawah.

"Jangan liatin gua terus!" komen Aruna dengan raut wajah kesalnya.

"Kenapa? Hm?"

"Gua malu!" Aruna mengatupkan bibirnya, merutuki kebodohannya. Perkataan itu terlontar begitu saja.

"Una, kita duluan ke kelas ya!" ucap Sela dan Riri yang sudah tidak tahan melihat Barra dan Aruna. Lebih baik masuk ke kelas daripada berdiam disini menjadi nyamuk.

Aruna tidak menggubris ucapan keduanya, karna Barra sudah mengambil perhatiannya sejak tadi. "Ada sesuatu yang lo harus bilang ke gua," ujar Barra dengan posisi yang sama tanpa mengalihkan pandangannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 11 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Bintang & AtomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang