25. Ganara (Lion Drag)

24 0 0
                                    

⋋⁠✿⁠ ⁠⁰⁠ Happy Reading ⁠⁰⁠ ⁠✿⁠⋌

25. Awal pertemuan Yura dengan Anara.

Gara berlari keluar dari gedung tua itu, membuat Alex ikut mengejar cowok itu. Geng Lidrag dan para inti geng itu menyusul sang leader keluar dari sana.

Dengan wajah panik dan mata yang tajam, Gara melangkah ke arah motornya, di dekat motor cowok itu, berdiri Anara.

Anara menghalang Gara untuk naik ke motornya. "Gue nebeng, Rio sama Meysa." Ucapnya membuat Gara menatap gadis itu sejenak, lalu naik ke atas motornya.

"Naik." Suruhnya membuat Anara tersenyum lebar. Gadis itu berbalik menatap Rio dan Meysa. "Gue sama dia," ucapnya membuat Rio mengacungkan jempol ke arah sang adik.

Anara naik ke jok belakang, setelah gadis itu naik, Gara melajukan motornya setelah memasang helm full face miliknya.

Anara mengerutkan keningnya ketika Gara berbelok lain arah. Ini bukan ke arah rumah Meysa. Anara berbalik melihat ke belakang, tidak ada yang mengekor di belakang mereka berdua.

Anara menepuk pundak Gara, lalu mencondongkan tubuhnya agar wajahnya sejajar dengan wajah Gara. "Lo mau bawa gue ke mana?!" teriak Anara dengan suara keras.

"Rumah sakit!" Jawab Gara, setelah itu menambah kelajuan motornya. Membuat Anara refleks memeluk cowok itu.

****

Sedangkan di depan gedung tua, Meysa baru ingin naik ke atas motor milik Rio, namun lengannya di tahan oleh Farhan yang baru saja keluar dari dalam gedung, bersama anak-anak yang lain.

Meysa menapakkan kembali kakinya di samping motor Rio, sedangkan Rio melepaskan kembali helm nya, menatap Farhan bergantian anak-anak Lion Drag.

"Kenapa?" tanya Meysa dingin, setelah menepis tangan Farhan dari lengannya.

"Gara mana?" tanya Farhan, menatap Meysa bergantian dengan Rio.

"Loh? Baru aja pulang sama Nara. Kenapa emangnya?" tanya Rio, menatap Farhan.

Farhan menggeleng pelan, sesekali melirik Meysa yang enggan menatapnya.

"Lo juga mau pulang?" tanya Farhan, membuat Rio mengangguk.

Rio itu orangnya gampang peka akan situasi. Tapi agak blak-blakan.

Kalo kata Anara, 'Rio itu pintar, tapi otaknya agak miring.'

"Lo mau bareng sama Meysa?" tanya Rio membuat Meysa dan Farhan menatapnya.

"Kak?" panggil Meysa dengan nada kesal, menatap Rio.

Roo beralih menatap Meysa. "Loh, siapa tau kan mau kenalan, cepaka cepiki gitu Sa." Ucap Rio menaik turunkan alisnya, menggoda Meysa.

"Mantan malahan bang." Ralat Farhan membuat Rio seketika melotot ke arah Farhan.

"Waduh, salah server nih kayaknya." Gumam Rio menggaruk tengkuknya yang tiba-tiba gatal.

Alex menghampiri Farhan, setelah menyuruh anak-anak Lion Drag menjalankan aksi mereka, mengempeskan ban motor dan mobil milik Redgrant.

"Gue susul Gara, lo sama anak-anak yang lain balik duluan aja, kasian yang sekolah besok." Alex menatap jam di pergelangan tangannya. "Ini juga udah hampir jam satu." Lanjutnya menatap ke arah Farhan.

"Sip. Gue tunggu di basecamp. Kabarin kalo ada apa-apa." Jawab Farhan.

Alex mengangguk, lalu menepuk bahu Farhan dan berpamitan kepada Rio dan Meysa.

Rio menatap Alex yang melajukan motornya menyusul Gara. Tidak lama anak-anak dari Lion Drag berkumpul di dekatnya dengan kendaraan mereka masing-masing.

"Gimana Mey? Mau sama dia apa sama gue?" tanya Rio dengan nada berbisik.

Meysa mendengus menatap Rio, ia baru sadar, ternyata Rio tidak beda jauh dengan Anara. Sama-sama jahil. Ya, emang satu aliran darah sih.

"Ya, udah Kak, gue naik ojol aja kalo Kakak enggak ada niat buat nganterin gue." Ujar Meysa, ingin melangkah pergi namun lengannya di tahan oleh Rio.

"Yaelah, Sa, bercanda kali. Sensi amat neng. Gue juga enggak mungkin ngebiarin lo di anter orang lain." Rio tertawa kecil. "Secara Nara suruh gue buat anter Lo dengan selamat sampai rumah. Takut di jadiin sambel gue sama temen lo. Dia kalo nyuruh, kitanya ngelanggar? Bisa kena amukan tujuh tahun tujuh dekade." Lanjut Rio, setelah melepaskan tangannya dari lengan Meysa.

Meysa tersenyum lalu menggeleng pelan. Dia seakan melihat jiwa Anara dengan versi yang berbeda di tubuh Rio.

Meysa naik ke jok belakang motor Rio, bersamaan Farhan yang baru saja datang. Karena cowok itu dari mengambil motornya.

Mereka melajukan motornya keluar dari jalan setapak itu. Segerombolan motor besar mengisi sebagian jalanan kota, sekali lagi, mereka berhasil mencuri perhatian dari orang-orang pemilik kendaraan roda empat maupun roda dua, yang masih berlalu lalang.

****

Anara turun dari motor, setelah Gara memarkirkan motornya di parkiran rumah sakit.

Gara membuka helmnya lalu menarik lengan Anara agar mengikutinya, Anara hanya diam mengikuti Gara, sambil melihat sekelilingnya. Gadis itu terlihat bingung dan lingkung akan situasi sekarang.

Gara bertanya ke resepsionis rumah sakit, di mana letak ruang operasi Ayena. Gara berlari kecil sambil menggenggam tangan Anara, mencari ruang operasi.

Mata Anara menatap genggaman tangan cowok itu yang bertaut dengan tangannya. Hatinya terasa berdesis halus.

Tepat di koridor, Gara bernafas lelah, ketika melihat Yura dengan wajah khawatir sambil menatap ruang operasi.

Gara melepas pautan tangannya dari Anara, dan berlari menghampiri Yura, lalu memeluk wanita itu dengan erat. Yura semakin sesenggukan ketika Gara berhambur memeluknya.

Anara berjalan pelan menghampiri mereka, mengerutkan alisnya menatap Gara yang memeluk gadis itu.

Sebentar ... Apakah Gara menangis?

Anara mengigit bibir dalamnya, ketika melihat Gara ikut mengeluarkan air mata, ketika memeluk gadis itu.

"Aku yakin, Ayena akan baik-baik saja. Kakak enggak usah khawatir, Yena gadis kuat. Aku yakin dia bisa lewatin ini." Ucap Gara menghapus air mata milik Yura, yang sesenggukan.

"Tapi dia mimisan, darahnya banyak bnget yang keluar, dek. Kenapa harus Yena? Kenapa bukan aku aja, dek?" tanyanya di sela-sela tangisnya. Membuat Gara memeluk sang Kakak dengan erat.

Ia tidak ingin melihat wanita itu seperti ini, namun ia juga tidak ingin melihat Ayena si princess kecil nya, terbaring lemah di dalam sana.

Anara hanya diam menyimak, sesekali menatap kamar operasi yang masih tertutup rapat.

Gara menenangkan Yura, selang beberapa menit, gadis itu mulai tenang, perlakuan hangat Gara kepada wanita itu membuatnya sempat berfikir, bahwa gadis itu adalah kekasih dari cowok itu.

Mulai dari mengambilkan minum untuk wanita itu, menghapus air mata dan mengikat rambut gadis itu, Gara memperlakukan wanita itu seperti selayaknya seorang kekasih atau bis di bilang, seorang ayah ke anak gadisnya.

Yura baru sadar kalau Gara ternyata membawa teman ke sini. Yura mendongak menatap Anara, yang sedari tadi menatapnya.

Yura menunduk dalam, lalu menepuk tempat duduk yang kosong di dekatnya. Karena Gara sedang keluar membeli makanan untuk Yura.

Anara yang mengerti hal itu, melangkah ke dekat Yura, dan duduk di dekat wanita itu.

Yura menatap Anara yang juga menatapnya. "Anara ya?" tanyanya membuat Anara mengangguk pelan, lalu mengerutkan keningnya.

Bersambung.

GanaRa (Lion Drag)Where stories live. Discover now