My Soul (b)

381 44 0
                                    

"nduk, tidak ada kabar dari pak Rendra?" tanya hati-hati Ilyas agar putrinya tidak bersedih mendengar nama itu.

Kirana menggeleng samar, dua bulan Rendra pergi dari kehidupannya tidak kabar sekali pun mengaku mencari pekerjaan ke kota. awalnya Kirana sulit mengizinkan Rendra pergi tetapi alasan dari ayah anak dalam kandungannya cukup logis di telinga. "kita butuh biaya besar biar kamu bisa melahirkan, jika mengandalkan hasil dari sawah munkin belum cukup" ucapnya kala itu. meski sulit Kirana merelakan Rendra merantau.

"maafkan bapak nggak bisa beri kamu hidup yang layak nduk" ucap sendu Ilyas ikut bersalah menimpa Kirana.

"jujur aku nggak bisa mengungkapkan apa yang aku rasakan sekarang Pak, campur aduk rasanya. dia pergi tidak memberiku secuil kabar mungkinkah dia sudah melupakan kami Pak" tanya sumbang Kirana berusaha menyembunyikan letupan emosi yang di simpan di dada.

Ilyas tak tega melihat wajah sedih Kirana merengkuh tubuh putrinya masuk dalam pelukan. Pada akhirnya Kirana lemah di dalam dekapan sang ayah ia menumpahkan kesedihan yang selalu ia simpan.

"masih ada Bapak, nduk. Kamu nggak sendiri. jadikan bapak sandaran kamu dan juga anak kamu. bersedih boleh tapi jangan sampai berlarut-larut karena bisa mempengaruhi perasaan anakmu nduk"

"Pak, aku rindu dia" rintihya bergetar bersamaan air yang mengucur deras dari kelopak matanya.

Ilyas paham betul kesedihan Kirana sebab ikatan batin itu tidak akan putus karena ada anak diantara Kirana dan Rendra. yang bisa Ilyas berikan sebagai bentuk dukungan adalah mendengarkan isi hati Kirana, putrinya butuh tempat mencurahkan keluh kesah hanya dirinya yang dimiliki Kirana. Ilyas tak memiliki harta yang melimpah memberikan kenyaman hidup akan tetapi ia mampu memberikan pelita harapan bagi Kirana di masa terpuruknya.

Kemalangan tak jua menjauh, Kirana hrus menghadapi nasib paling tragis dalam hidupnya, setelah desas-desus Kirana di tinggal pergi Rendra merembus kencang di kalangan warga desa menyebabkan Ilyas jatuh sakit tak sampai di sana banyak fitnah bertebaran mempekeruh suasana hingga akhirnya Ilyas menghembuskan nafas terakhirnya.

Tinggalah Kirana seorang diri menghadapi berbagai macam problema hidup tak pernah terpikir sebelumnya, isu buruk terus saja menerpa Kirana sepeninggal Ilyas tak ada yang membelanya selain itu ia harus menghadapi seorang diri kehamilan di bulan krusial yaitu sembilan bulan.

Kirana terus mengejan bersamaan rintihan kesakitan siap mecabik-cabik seluruh tubuhya, rasanya tak bisa di gambarkan satu kata yang bisa Kirana ungkapkan yaitu sakit ketika mengejan sekuat tenaga sesuai intruksi Bidan desa. Nafas terengah matanya mulai mengabur dari sisa-sisa kesadaran ia mendengar nama disebut akankah ia akan bertemu dengan mendiang orang tuanyasungguh Kirana letih dan lelah tak sanggup lagi berjuang.

"Mama" suara itu entah dari mana asalnya mengembalikan kesadaran Kirana, ia kembali diingatkan bahwa ia berjuang demi anaknya. seperti diberi amunisi tenaga Kirana kembali pulih berkali-kali lipat bertambah.

"nghh..."sekuat tenaga Kirana mengejan mengabaika rasa sakit sekujur tubuh ia ingin melihat anaknya lahir ke dunia, ia ingin melihat tangis anaknya pertama kali, ia ingin melihat senyum pertama anaknya dan ia igin menjadi yang pertama bagi anaknya.

Setelah meleawti perjuangan yang panjang penuh air mata ruangan berukuran kecil itu menyambut tangis bayi merah masih terhubung tali busar. Dengan sigap Bidan mengunting tali pusar membawa bayi itu bertemu dengan sang ibu.

"kamu ibu yang hebat Kirana, ini buah perjuangan kamu" Bidan mengusur bayi itu meletakan di dada Kirana untuk melakukan inisiasi dini dan juga membangun hubungan emosi pertama kalinya antara ibu dan anak.

"terima kasih ibu Bidan telah membantu saya bertemu dangan dia"

"tentu, saya tidak akan melupakan perjuangan kamu sebagai ibu sebagai suatu yang berkesan dalam karir saya sebagai Bidan desa" tentu saja perasaan haru itu diselingi air mata yang berkumpul di peluk mata sang Bidan.

SHORT STORYWhere stories live. Discover now