Something in Diffrent Ways (b)

822 64 0
                                    


"sudah lama mbak gak kesini?"

"lagi hectic, banyak tekanan dari kantor"

"ehm gitu, mbak brondongnya gak sekalian ikut"

"gak lah dia lagi sibuk kuliah"

Sang suster mungut-mungut mendengar jawaban Kiran. seluruh pegawai klinik tahu Kiran menjalani hubungan dengan seorang brondong. Apalagi brondongnya tampan. Tak pelak menjadi bahan gosip para pegawai klinik.

"dokter Raina masih praktek?"

"masih mbak setelah ini giliran mbak"

Kiran tersenyum menanggapi ucapan sang suster yang terkenal julid. Tapi, tidak membuat Kiran risih biarlah orang mengurusi hidupnya selagi dirinya tidak membuat hidup orang lain ricuh.

"sudah lama kamu gak kesini lagi Kiran?"

"iya dok, lagi sibuk-sibuknya di kantor"

"oh, gak sibuk sama Wira kan?"

"mungkin itu masuk salah satunya, dok saya mau suntik masih bisa?"

"belum serius brondong kamu?"

Kiran menggeleng. pertanyaan sekian kalinya yang ditanyakan oleh dokter Rania. Memang tidak sejulit suster tadi tapi ada makna prihatin terhadap hubungannya.

"baiklah, kembali ketujuan kamu menemui saya, ayo periksa dulu kesehatan kamu"

"lagi banyak pikiran? kamu kelihatan pucat"

"iya dok, kemaren habis pulang employee gathering"

"jangan capek-capek kamu masih muda, hidup dinikmati jangan dibuat susah"

"gak kok dok"

"saya resepkan vitamin buat kamu jangan lupa diminum"

"terima kasih atas perhatiannya dok"

Kiran mengambil secarcik kertas yang berisikan resep yang dituliskan oleh dokter Rania. ia bersiap meninggalkan ruang praktek suara dokter Rania menghentikan langkahnya.

"Kiran, kamu ada waktu?"

"maksud dokter?"

"kamu perlu me time, semua jangan di bawa serius. Kamu bisa anggap saya teman curhat kamu"

"bagaimana Kiran?"

Kiran diam sejenak memikirkan kata-kata dokter Raina, benar yang diucapakan oleh sang dokter ia perlu waktu luang untuk dirinya sendiri.

"ok deh dok, Weeked ini bisa. saya lagi free"

"oh kebetulan saya gak ada jam praktek. nanti saya hubungi kamu"

"terima kasih dok"

"tak perlu terima kasih. kamu sudah saya anggap adik saya sendiri"

Kiran meninggalkan ruangan dokter Raina dan menebus resep yang berada ditangannya. Setelah ini ia butuh istirahat. mengistirahatkan tubuhnya dan juga pikirannya.

Kebetulan Kiran hari ini mengambil cuti. Ia mengingat persediaan makanan di apartemen sudah menipis. kakinya melangkah ke salah satu supermarket untuk membeli kebutuhan yang diperlukan.

Mulai dari senitasi apartemen sampai dalaman Wira, Kiran sudah hapal. Tadi pagi Kiran melihat beberapa dalaman Wira sudah lusuh sudah saatnya di ganti dengan yang baru.

Tanpa merasa malu Kiran memilih-milih dalaman pria. Kiran tahu pasti penjaga toko dalaman pria sedang menertawakannya dalam hati. karena Kiran melihat si mbak sulit mengulum senyumnya.

SHORT STORYWhere stories live. Discover now