9.

105 13 0
                                    

2 minggu kemudian, dipagi hari yang seharusnya cerah.
sialan. TAPOPS SIALAN. "HEI BAJINGAN!" Aku berteriak diatas tebing menyumpahi salah satu kapal, didalam sana ada sekitar 12 tidak 20 orang yang pernah ku sembuhkan. Sekarang mereka menyerang Windara. Brengsek, Windara kembali lagi terserang. "HEI BUKAN NYA TUJUAN TAPOPS MELINDUNGI GALAKSI!" Suaraku kembali kencang.

Aku marah, marah, benar-benar marah. Windara memang sigap tapi tak secepat Gur'latan. SIALAN, akan ada anak-anak yang kehilangan semuanya jika ini terus berlanjut. Tuan ku Taufan sedang mengatasi bagian utara, papah di barat, dan Yangmulia Agung Kupuperi sedang mempertahankqn daerah Timur. Bagian Selatan adalah tempat medis. Tapi apa ini, mereka menyerang tenda medis. Ini sudah menyalahi aturan antar galaksi.

Aku kembali masuk ke dalam. Bergegas mengambil benda kecil itu, aku masih raguakan hal ini tapi jika tidak orang-orang-orang Windara tak akan ada yang selamat disini. Aku menyuruh anggota medis yang lain agar tetap bergerak cepat untuk menyelamatkan nyawa.

Aku kembali ke atas tebing, lemparan ku memang lah tidak bagus. Tapi saat ini aku benar-benar tidak memikirkan itu. Melepas pengamannya, dan lempar sekuat tenanga.
Suara bom terdengar sangat dekat, percikan api bahkan hampir mengenai mataku. Kena. Pesawat itu jatuh.

2 minggu lalu Kokochi memutuskan mati bunuh diri dipenjara Gur'latan. Sementara petinggi besar Tapops yang lain hanya diam, bahkan tak mengutik Gur'latan, terdiam tak bergerak. Saat anggota organisasi PPB muncul. Mereka bertingkah seakan semuanya baik baik saja.

Tapi sekarang mereka tiba-tiba menyerang Windara, bahkan sampai tak mengikuti aturan perang Galaksi. Kapan lain nendarat didekat tenda, mereka bala bantuan PPB, para medis segera masuk dan membantu.

Tak hanya mereka, Halilintar juga datang.

"Kau tak apa?" Ia benar-benar terlihat khawatir. Fiskiku memang baik, batin ku yang lelah, meski begitu aku menjawab dengan mengangguk, banyak kapal yang bertadangan. Kapal Tapops, orang-orang sialan, jika mereka memiliki pasukan sebanyak ini kenapa tak menggunakannya saat Rataka menyerang. 4 kapal besar menuju kemari.

"Ini. Salah. Mereka tak membaca peraturan perang?!" Halilintar melihat ini, aku tak menjawab. Apa kami harus pindah?. Kemana. Semua area di planet ini rasanya diserang habis-habisan. "AHAHAHHAHA!!" ha.. suara.. siapa? Kencang. Benar-benar kencang, suara dari area Utara, mengema, tertawa terbahak-bahk. Aku dan Halilintar hanya saling menatap, kami sedikit merinding, Hembusan Angin kencang menimpa kami.

"PRISAI HALILINTAR!" Halilintar membangkitkan prisai cukup lebar, menyangkup semua Tenda medis diarea serta kapal angkasanya. Angin itu semakin kencang, gila.. 4 kapal angkasa itu terhembus, terombang-ambing. hilang kendali bukan main "apakah.." tampa sadar, aku ketakutan "BERANI KALIAN MENYENTUH PLANETKU!" suara itu, suara mengema itu, Tuanku.. bibir ku sedikit tersenyum, tapi mataku tak bisa berkedip ketakutan.

".. inikah kuasa Elemental tahap 3" Halilintar megandeng tanganku, memperkuat prisainya. Aku bersyukur. Jika pangeran Gur'latan ini tak datang kemari, mungkin kami hanya akan jadi mayat mati. 30 menit, hanya 30 menit saja, angin beliung hebat itu mempora-porandakan Windara, .. papah, Hatiku sedikit berat, khawatir.

Tuanku Taufan berhasil. Mengusir Tapops dari Windara dan membangkitkan kuasa Elementalnya yang lebih tinggi, Halilintar hampir pisan, ah.. untung ia ku tangkap. "Istirahatlah.. terimakasih Pangeranku" Halilintar tersenyum tipis, ia tidur di tempat, ku pangku kepalanya, rasa khawatir kembali, bagaimana keadaan papah. Takut. Apa aku akan kehilangan lagi, aku belum mengechek bagaimana keadaan didalam tenda medis.

1 jam kemudian Halilintar masi tertidur, tapi aku memindahkannya kekursi, ya kali aku membiarakannya berbaring dekat tebing seperti orang mati.. kapal kapal Windara dari berbagai arah datang, membawa korban yang terluka Tak banyak, untunglah. "terimakasih Gempa dan.. Duri?!" Kagetku bukan main. Hari ini dua penguasa Elemental membangkitkan tahap 3nya. "Hehehe, gimana kak! Duri hebat?" Aku dan Gempa tersenyum.

PangeranKu || Halilintar X Reader Où les histoires vivent. Découvrez maintenant