8.

43 4 0
                                    

"Apa maksud anda menaruh Bom di planet saya. Dan membahayakan semua yang ada disini. Komandan" Ratu Kira'na berbicara, aku juga tidak pernah mengira bahwa komandan Kokochi akan melakukan hal seperti ini. ".. bukan saya, saya bersumpah." Beliau berbicara, semua senjata sudah mengarahke arahnya, terpojok, satu langkah yang salah ia dapat berhadapan pada malaikat maut.

"Anda mau mengelah, Komandan jelas Bom bom itu memilik Tapops" Kaizo mengegaskan. "ANDA JUGA DARI TAPOPS KAPTEN KAIZO. Kenapa anda mengfitnah saya saja." Kami semua dari Tapops tapi mereka tak pernah mengunakan bom milik Tapops, menyentuh saja mereka tak pernah. Kecuali Komandan.

"Karena yang memiliki akses bom bom itu adalah anda komandan. Saya minta maaf, tapi jika Kapten Kaizo ingin menghancurkan tempat ini, dia hanya akan mengunakan pedangnya. Begitu juga yang lain." Gempa mengegaskan, "Kau mempunyai akses luas terhadap benda ledakan komandan, kau juga yang mengebom kapal Borara masa itu" Ice menariknya, panahnya sama siapnya seperti senjata yang lain. Ia pasti tidak segan-segan melepaskan panahnya duluan.

"Bukan saya, saya bersumpah!" Kokochi mencoba memohon, jika boleh jujur rasanya aneh, karena bom itu diletakan dibawah kursinya, bukan kursi Ratu Kira'na. Jika tujuannya memang hanya untuk mengebom dan membinasakan Ratu Kira'na, maka bom itu seharusnya... ah sudahlah mungkin komandan hanya ingin menunda agenda PPB.

*suara Bom terdengar kembali, tapi suaranya berasal dari pemukiman Warga.

Sialan apa itu. Dengan berbegas, Kami kembali bergerak, mengefakulasi para prajurit juga ikut membatu. Betapa sigapnya prajurit Gur'latan. Ah untung saja warga hanya luka-luka kecil, aku senang karena tim Medis Gur'latan juga sangat sigap.

Tampa sadar aku tersenyum sambil menyembuhkan beberapa warga, "permisi Tim medis, kakek ini yang terakhir.." Kesatria merangkul kakek kakek tua, "baik sebelah sini" salah satu Tim Medis mengarahkan sang kakek "ah dan tolong, kembalikan anak yang dirawat nona [Name] ke ibunya" Kesatria itu menganguk dan mulai berjalan menuju arahku.

Aku masih tersenyum, anak ini anteng sekali "nona.." Kesatria itu memanggil, "iya, sebentar ya" anak itu kembali ceria, ia juga tersenyum manis kepadaku, "sudah ikut kakaknya ya, nanti kamu diantar ke ibumu" kataku, anak itu menganguk dan megandeng Kesatria itu, "Nona, anda Cantik sekali." Ah, sedikit malu aku.. "iya, cantik." Halilintar muncul entah dari mana, sedikit mengagetkanku.

"Ah, pangeran" Halilintar mengangguk "antar anak ini ke ibunya" Halilintar menepuk pundak Kesatria itu, lalu ia segera pergi dari sana.

".." aku menatap Halilintar "sudah?, disini biar para medis yang urus" "aku juga Medis" Halilintar mengandeng tanganku "Tim medis Gur'latan, sudah dicari papahmu" Halilintar mengandeng, aku hanya mengikutinya keluar tenda.

"[Name]!, ah aku harus mengurung mu di kepompong!,.. papah tak ingin kau terluka, lelah atau apa lah" Papah memelukku, ia khawatir. "Tak perluh kepompong pah.." aku sedikit menunduk, aku ingin pensiun. Entah. Aku hanya ingin pulang dan istirahat.

"Sudah lah, ayo istirahat, eh.." papah melihat Halilintar, sedikit gerogi, pasti ia tak ingin memggagu momen ayah anak yang bahagia ini. Yah pangeran Halilintar belum melepaskan Tanganku. "Ah, maaf.. silahkan kembali dan beristirahat" Halilintar melepaskan tanganku, dan buru-buru pergi.

".. Pangeran Gur'latan sangat aneh [Name].." "pah.. dia teman [Name].." "tetap saja aneh!" Papah sebenarnya sudah tau, Halilintar adalah salah satu teman terdekatku. Tapi itu tidak akan melepaskannya dari penghakiman papah, ah tuanku Taufan sering menghibah denganya. Bukan main..

Kokochi ditahan. Tapi bukan berarti Tapops sudah bubar.. tasti Laksama dan Lainnya akan mencoba menjelaskan sedikit dan mencoba membebaskan Kokochi. Atau, mereka membiarkan Kokochi mati disini.

Hanya pilihan itu, tidak ada lagi. Suara ketukan diluar pintu kamarku "masuk lah.." Halilintar masuk, benar saja.. rasanya kurnag lengkap jika orang ini tidak datang dimalam hari.

".. peluk?" Halilintar bertanya, ah.. aku mengulurkan tanganku, membiarkannya memelukku. Dimana pangeran tegas, dingin dan tak kenal ampun tadi siang.. dia benar-benar membuatku kebingungan, nyaman dan jatuh. Selamat Halilintar, entah bagaimana caramu. Kau membuat gadis ini jatuh dalam perasaan cinta.

".. jadi?" Halilintar bertanya "hm?." "Kau bisa istirahat sekarang.. Tapops akan bubar" "anda sangat yakin itu, Pangeranku" "Bagaimanapun. Bahkan jika Tapops tidak bubarpun. Akan ku buat mereka pergi. Jika Itu alasanmu." Raut mukaku tak berubah, masih dalam pelukannya. Aku mengerti betul apa maksudnya, tapi sekali lagi aku terdiam.

"Mau tidak pergi karena khawatir dengan kami. Akan ku buat mereka pergi dari Tapops sampai kau bisa pergi [Name]"

PangeranKu || Halilintar X Reader Where stories live. Discover now