4

79 9 0
                                    

Saat nya pesta dansa. Aku menggunakan gaun yang sudah Halilintar siapkan, aku ditemani beberapa pelayanan untuk membantuku mengunakan baju ini, semua riasa dan aksesori ini sangat mengkilat, saat melihat dicermin aku melihat diriku, berbeda jika menggunakan baju Windara yang ringan, baju ini sangat indah..

"Nona, sepatunya" salah satu pelanyan mengeluarkanku dari lamunanku,"ah baik, terimakasih" aku melihat sepatu yang harusku gunakan. Aku lupa bahwa sepatu khas Gur'latan itu sangat memguji keseimbangan sang pemakai, aku memakai sepatu itu, mencoba berdiri dengan keseimbangan penuh, nihil aku jatuh.

Akhirnya Shielda membantuku berjalan, jika berjalan susah bagaimana berlari, ah jadi ingat Ying, kami mesuk ke suatu ruangan besar, melihat putri Kira'na yang sudah memakai pakaian dansanya, mengunakan sepatu seperti yang aku gunakan. Dan disini lain Halilintar juga sudah rapi, masing masing dari mereka sudah menyiapkannya pedang.

Dengan gerakan kilatnya Halilintar mulai menyerang Kira'na, dengan tanggap Kira'na menahan serangan sang adik. Mereka bertarung secepatnya kilat, mataku bahkan susah untuk mengikuti pergerakan mereka. Menakjubkan, seram, aku merinding, keseimbangan putri Kira'na sangat bagus.

Beberapa percikan Listrik hampir mengenai kami untung Shielda sedia membawa prisainya itu, refleks mereka sangat bagus, sedikit iri tidak apa-apa lah. Putri Kira'na mengayunkan pedangnya, hampir menebas leher Halilintar, untungnya ia berhenti, melihat kami, lalu ternyum.

"Bagaimana ayah?" Entah dari mana sosok laki-laki berada dibelakang kami, mengagetkan. "Sudah baik Kira'na, seperti biasa" sosok laki-laki ini tersenyum dan bertepuk tangan. "Halilintar gerakanmu lambang, cobalah lebih tangkas lain waktu" pria ini melanjutkan.

membantu Halilintar berdiri, "Baiklah sudah waktunya menari" pria itu mulai berjalan. Diikuti putri Kira'na yang berjalan cepat dibelakangnya, "Hali, kau ta apa?" Shielda menggandengku "ga papa" dia diam sejenak "[Name] ga bisa jalan?" Halilintar melanjutkan.
"Enga, oiya maaf aku ga bisa pakai sepatunya" Shielda menjawab sekaligus minta maaf, Halilintar mengangguk, lalu merebut tanganku dari Shielda dengan halus.

"Biar aku saja Shielda, kau duluan saja ikuti kakakku" Gaa!! Bairkan aku sama Shielda aja. Tapi tak ada suara keluar dari mulutku. Shielda pun melihat kami berdua dan berjalan pergi, Halilintar menuntunku aku benar-benar tidak bisa jalan dengan normal. Halilintar sepertinya ingin menahan tawanya "kamu harus terbiasa mengunakan sepatu ini" aku bingung "kenapa?" Halilintar tersenyum "kan mungkin kamu dapat suami orang Gur'latan"

Aku diam, jujur menikah belum terlintas dalam pikiranku, jadi kalimat ini sedikit mengagetkan. "Tidak diperbolehkan sama papah" Halilintar meremas tangganku sedikit "masak, kamu harus nikah dengan orang Windara?" Halilintar bertanya, aku tidak yakin menjawab apa, papah dan aku belum pernah membicarakan tentang hal ini, akhirnya aku jawab asal "iya" Aku melihat wajah Halilintar yang senang menjadi sedikut kusut.

Kami sampai diAulah Dansa banyak yang memandangiku, mungkin karena aku masuk bersamanya, pangeran Gur'latan pemilik kuasa Voltra yang selanjutnya. Aku jadi sedikit salah tingkah karena orang-orang melihatku tak bisa berjalan, aku melihat Ying dengan angunnya mengunakan sepatu ini, tentu saja pakai khas Gur'latan sangat cocok padanya, lalu Yaya juga sepertinya sudah terbiasa dengan sepatu ini.

Semua tim ku mengunakan baju Gur'latan yang mewah, Tuanku Taufan juga sepertinya sangat menikmati pesta ini. Aku tersenyum tulus melihat Timku akhirnya senang karena sejenak saja kami bisa lepas dari kewajiban kami menyelamatkan Galaksi dan menjadi seperti yang lain. Andai ini selamanya, dalam hitung waktu esok kita semua harus kembali menjadi 'pahlawan' Galaksi.

"Kenapa?" Halilintar terlihat khawatir, tampa kusadari aku sedikit meremas tangannya "tidak pangeran.. aku hanya senang" Halilintar mengelus tangan kananku, banyak mata yang melihat kami, akhirnya aku duduk dimeja bersama Shielda yang sudah mangambil beberapa cemilan dan minum, sementara Halilintar menuju Solar dan Blaze yang sedang mengobrol.

"Mesra banget ya kalian" Shielda mengodaku sambil tersenyum, "apasih Shie" "ga mau dansa sekalian?" Shielda melanjutkan kalimatnya "jalan aja susah, bagaimana bisa dansa?" Ku jawab dengan pertanyaan, "yaaaa kann, kamu harus terbiasa tau" Shielda tertawa, sementara aku kembali bingung " kenapa??" "Ya kan mungkin kamu nikah sama orang Gur'latan" apalah orang-orang ingin aku nikah sama orang Gur'latan?!. Tapi tak ku jawab.

Waktu berdansa untuk pasangan pun tiba, orang-orang dapat mengaja teman dan pasangan mereka. Gempa menemani Duri berdansa, lalu ada Ice dan tuan Taufan, berdansa dengan agresif Solar dengan Fang, Ying mengajak Yaya lucu sekali.. Shielda tidak mau berdansa dan aku tak bisa berdiri. Siap sekali, tapi pada akhirnya Shielda dan Sai memaksaku berdansa dengan Halilintar, Ia tersenyum senang karena aku pasti tak bisa menolak.

"Saya saja tidak bisa jalan pangeran" kataku ingin mengurung niatnya. "Aku bantu kamu berjalan seimbang [Name]". Tibalah, semua mata pada kami, seperti diNovel romantis lainnya, kami berdansa, layaknya teman, layaknya pasangan.. dia meletakkan tangannya dipinggulku agar aku tidak jatuh, sementara tangannya yang lain mengenggap tangan kiriku, tengan kananku berada dipundaknya, mencari jalan aman jika aku jatuh, aku dapat menahan diri.

Kami berdansa mengikuti lagu yang ada, dia tersenyum halus dan mata ruby itu fokus memandangku. Meski aku hampir terjatuh dan sering secara tidak sengaja menginjak kakinya, senyum itu tidak pudar. Saat ini, masa ini aku tak ingin tau hari esok, aku ingin waktu berhenti untuk ini. Bersamanya. Diakhir dansa ia memelukku, aku mengistrahatkan kepalaku dipundaknya.

Semua orang disekitar kami bertepuk tangan meriah, pesta pun berlanjut, tapi pria ini, Halilintar membawaku ketaman istirahat, disini banyak flora yang belum pernah aku liat, bunga paling mencolok dari semua itu adalah bunga yang bercahaya terang, berkelopak 5 dan mereka tergantung terbalik layaknya lampu.

Halilintar masih membantuku berjalan, aku ingin meraih bunga yang berada digantungan taman itu, tak sampai. Akhirnya Halilintar yang mengambilkan. Kami duduk ditempat minum teh, aku masih melihat bunga yang Halilintar petik menyala terang dalam gelap malam namun bukan bintang. "Suka?" Aku mengangguk, "bunga yang hanya bisa tumbuh diGur'latan" Halilintar tersenyum lembut meraih tanganku yang mengeggam bunga. "Cantik.."kataku, "iya, cantik sekali.." Halilintar melihat kearahku sambil tersenyum.

Lalu Halilintar memakaikan Cincin ditangan kiri, jari manisku. "Apa ini?" Tanyaku, "Hadiah kecil, kamu menerimanya?" Halilintar menjawab dengan senyuman manis, "dengan senang Hati Pangeranku.."

Keesokan harinya kami semua kembali ke tapops. "Kamu beli Cincin [Name]?" tanya yaya melihat Cincinku kagum, "tida, aku dikasih"
"Wahh, dikasih siapa" Yaya terlihat senang, "Pangeran Halilintar" Ying langsung menoleh dan tersenyum geli, membuat lawan bicarannya sedikit bingung "Kenapa kau?" Shielda bertanya, "endakk~" ying menjawab.

Beberapa saat kemudian, "Hai pangeran!, Halilintar tertoleh melihat Ying memanggilnya. "Kau melamar [Name]?" Ying tersenyum, "kenapa?" Halilintar terlihat sangat santai, "apa dia tau?" Ying melihat pangeran Gur'latan tidak bereaksi "tidak" Halilintar kembali berjalan. "HA? Kau tidak memberitahu nya? Tak sah tau di tradisi kita!" Ying mengejar Halilintar "yasudah."

PangeranKu || Halilintar X Reader Where stories live. Discover now