14. Kania

798 124 22
                                    

Happy reading



Kania: aku hamil

Devian: kamu dimana? Saya jemput sekarang

Kania: aku bawa mobil

Devian: saya kesana naik taxi, nanti saya bawa mobil kamu. Kita langsung cek ke dokter

Tanpa pikir panjang Kania langsung mengirimkan lokasinya saat ini, ia mematikan ponselnya. Perasaannya campur aduk. Dibilang senang tidak terlalu, dibilang sedih juga tidak tidak, Kania bingung.

"Tuh kan! Bener apa yang gue bilang, Nia. Lo beneran hamil yaampun, untung lo ke rumah gue ya, kalau enggak lo gak bakal nyadar kali." Ucap Raihana memeluk Kania dengan senyum lebarnya, ia sangat senang mendengar kabar ini.

"Han... Cicilan gue masih banyak, gue masih harus kerja buat bayar semuanya." Lirih Kania lemas, ia benar-benar merasa bodoh karena sempat gila-gilaan memberi barang-barang mahal yang tidak masuk akal sehingga menyebabkan banyak cicilan yang perlu di bayar. Termasuk dengan cicilan mobil, ponsel, dan benda-benda yang ia beli tanpa pikir panjang.

"Seinget gue lo gak punya hutang ya!" Raihana melotot tidak percaya, ia kenal betul jika sahabatnya itu tidak terlalu gila tentang benda-benda mahal.

"Punya sekarang. Bilang gue bego Han, plis maki gue sekarang!" Kania menjerit frustasi. Ia mulai menceritakan bagaimana bodohnya ia saat membeli barang-barang tidak penting. Dimulai dari membeli mobil mewah, ponsel, barang-barang branded dan lain-lain.

"Goblok, OTAK LO YANG PINTER UDAH GAK ADA GUNANYA YA?!" Sentak Raihana ikut kesal, ia langsung memelankan suaranya karena Rakan yang sedang tertidur mulai terusik.

Kania mengangguk lemas, tidak menyangkal.

"Suami lo gak miskin kok, minta bayarin aja." Sahut Raihana tersenyum santai.

"Gengsi lah, yang bener aja lo." Tolak langsung Kania.

"Sama suami sendiri kok gengsi, duit dia duit lo juga. Udahlah, gak usah lo pikirin. Semangat ya bumil," Raihana memeluk erat Kania hingga wanita itu merasa sesak.

"Lo punya dendam ya?!" Kania melepaskan pelukannya dalam sekali sentakan. Tidak lama terdengar ketukan pintu yang mengalihkan perhatian keduanya.

"Suami lo tuh," ucap Raihana.

Kania mengangguk, ia mengambil tas yang sempat ia bawa tadi. "Gue balik dulu ya," pamitnya.

Kania membukakan pintu, Devian sudah berdiri di depan pintu. Raut wajah pria itu terlihat senang, terbukti dengan senyum yang merekah saat melihat Kania. Devian segera meraih Kania, ia mengecup pelipis wanita itu.

"Langsung ke dokter sekarang?" Tanya Devian memastikan.

"Aku udah testpack tadi, tapi kalau kamu masih mau cek boleh."

"Harus cek, biar lebih akurat." Devian menggenggam tangan Kania, ia berpamitan kepada Raihana dengan sopan.

Satu perlakuan kecil yang membuat Kania merona, Devian membukakan pintu untuk Kania terlebih dahulu, memastikan wanita itu masuk mobil dengan aman. Mobil yang dikendarai Devian melesat membelah jalanan. Keadaan di dalam mobil benar-benar hening, tidak ada yang berani mengeluarkan percakapan apapun. Namun satu hal yang sudah pasti, Kania yakin Devian sangat senang karena wajah pria itu terlihat lebih cerah dan sumringah.

His ShadowDove le storie prendono vita. Scoprilo ora