16. Kania

881 124 12
                                    

Happy reading



Ternyata rumah sudah ramai dengan para orangtua yang sudah antusias menyiapkan makan malam bersama.
Di teras rumah sudah disediakan karpet dan meja serta alat-alat masak lain karena rencananya para ibu-ibu akan memasak barbeque di teras rumah, ala-ala piknik katanya.

Suasana rumah sudah ramai dengan perbincangan para orangtua, Kania berniat berpamitan pergi ke kamar. Ia akan berganti baju dulu.

"Abis ganti baju langsung kesini ya, Nia. Pakai jaket juga, udaranya lumayan dingin." Ucap Mama Devian saat Kania berpamitan hendak ganti baju pada semuanya.

Kania mengangguk dengan senyum tulus, ia beranjak dari teras dan masuk ke rumah menuju kamarnya.

Tepat saat Kania membuka pintu, wanita itu menangkap sosok suaminya yang sedang membuka laci bawa meja riasnya. "Kamu ngapain Mas?" Tanya Kania spontan.

"Buangin semua rokok kamu," jawab Devian santai. Di tangannya sudah terdapat beberapa bungkus rokok stok milik Kania.

"Jangan dibuangin, sayang, aku belinya mahal." Ucap Kania dengan wajah memelas, ia hendak meraih beberapa bungkus rokok itu namun lebih dulu dihentikan suaminya.

Benda berbahan dasar tembakau itu adalah varian yang cukup mahal, Kania tidak rela jika dibuang begitu saja. Lebih baik di simpan kan, yang penting tidak ia hisap selama masa kehamilan. Kania cukup tahu resikonya.

"Lagi hamil, gak boleh ngerokok."

"Aku jarang ngerokok loh, apalagi semenjak hamil udah gak pernah. Simpen aja, Mas. Sayang tahu, aku nyetok banyak banget itu."

"Salah siapa? Saya gak larang kalau kondisinya kamu nggak lagi hamil. Apalagi nanti setelah hamil ada bayi."

Kania menggeram kesal, emosinya gampang terpancing mungkin karena pengaruh kehamilannya. "Yaudah, tapi jangan dibuang! Simpen aja, aku gak bakal ngerokok lagi kok."

"Saya simpan terus biarin kamu ngerokok tanpa sepengetahuan saya lagi?" Devian menggeleng tegas.

"Enggak."

Mata Kania melotot saat melihat Devian mengeluarkan beberapa batang benda kesayangannya itu lalu mematahkannya begitu saja. Astaga, hatinya terasa dipatahkan begitu saja melihat hal itu.

"Mas!" Sentak Kania.

"Aku memang hamil tapi bukan berarti kamu berhak seenaknya, aku enggak bodoh buat tahu resiko merokok saat lagi hamil." Ucap Kania memutuskan perdebatan kecil mereka.

*****

Ada dua hal yang paling Zyakiel sukai di dunia ini. Satu, ia menyukai sensasi menyegarkan saat berada di puncak gunung yang indah. Dua, ia lebih menyukai jika medan jalan yang ia lewati saat menuju puncak itu dilewati bersama seseorang yang spesial.

Kedua hal yang Zyakiel sukai itu telah Zyakiel rasakan dulu. Benar-benar menyenangkan. Terkadang ia selalu mengutuk dirinya sendiri yang menaruh perhatian lebih pada seseorang yang sudah dianggap adik angkatnya itu. Banyak hal yang telah mereka lewati bersama, dari mulai Kania beranjak remaja hingga dewasa seperti sekarang.

Dibalik keberhasilan dalam karir Kania saat ini, ada Zyakiel dibaliknya. Laki-laki itu yang membantu Kania memilih jurusan yang cocok saat Kania akan memasuki jenjang perkuliahan dulu. Zyakiel juga yang membantu Kania mengenalkan banyak hal yang tidak wanita itu tahu sebelumnya.

Jika menuruti obsesi laki-laki, mungkin Zyakiel akan bersikap serakah dengan memperjuangkan Kania untuk menjadi pendamping hidupnya. Sayangnya ia memilih merelakan dan mempertahankan hubungan baik keluarga yang mereka miliki. Sebenarnya masih ada rasa sakit saat melihat Kania bersama orang lain, terlebih mendengar kabar bahagia itu justru membuat Zyakiel semakin sakit. Meski begitu Zyakiel memilih berdamai alih-alih menghindari semuanya.

His ShadowМесто, где живут истории. Откройте их для себя