3. Devian

945 101 4
                                    

Happy reading



"Yaudah, saya beli titipan kamu dulu."

"Hati-hati, mas." Balas Kania tersenyum manis. Devian sedang dalam perjalanan pulang, namun laki-laki itu menyempatkan untuk menelpon dirinya hanya untuk bertanya ia butuh sesuatu atau tidak.

Kania mengatakan ia ingin memakan martabak manis rasa keju. Kania menyukai segala hal tentang keju.

Sembari menunggu suaminya pulang, Kania berkaca sambil menggoreskan krim skincare routine nya setiap pagi dan malam. Kania memegang rambutnya yang sudah cukup panjang, haruskah ia memotongnya? Kania tidak terlalu suka rambut panjang karena menurutnya itu sangat merepotkan.

Tidak lama Kania mendengar suara mesin mobil dari depan rumah mereka. Ia buru-buru pergi ke ruang tamu, disana sudah ada suaminya yang sedang menaruh sepatunya di rak.

Kania meraih tangan suaminya, berniat bersalaman.

"Cantik banget," ucap Devian seraya mengacak rambut istrinya. Ia tidak berbohong, memang Kania cantik, selalu cantik.

Kania tersenyum malu-malu, ia mengambil tentengan berisi martabak kesukaannya itu dengan semangat.

"Mas mandi dulu ya, aku udah siapin semuanya kok. Aku mau makan martabaknya dulu." Ucap Kania namun Devian malah ikut duduk di sebelah Kania.

Kania sedang duduk di sofa tamu, ia membuka martabaknya namun gerakannya terhenti melihat suaminya malah duduk di sebelahnya. "Mandi dulu ih!"

"Nanti aja, masih capek." Balas Devian yang akhirnya dibiarkan oleh Kania, wanita itu sedang sibuk dengan martabak kesukaannya.

Senyum Kania harus luntur kala melihat pesanan martabaknya berubah, bukan rasa keju yang diharapkan tetapi malah rasa coklat.

"Kok rasa coklat?"

"Emang kamu tadi bilang rasa apa?" Tanya Devian.

"Rasa keju."

Devian menganggaruk tengkuknya tidak gatal, ia memasang raut bersalah. "Maaf, saya lupa."

Devian lupa, kalau ia membelikan martabak itu untuk Kania bukan Sabina. Sabina dulu selalu meminta dibelikan rasa coklat, apapun pasti gadis itu akan meminta rasa coklat. Terlalu sering mengingat Sabina membuatnya lupa kalau kali ini bukan lagi tentang Sabina, melainkan Kania.

Kania mengambil nafas dalam-dalam, hal ini terjadi bukan sekali dua kali. Devian itu perhatian, namun selama sebulan lebih pernikahan mereka, Devian sering melupakan hal kesukaannya, padahal Kania selalu mengingat apapun tentang Devian.

Lagi-lagi hal ini terjadi.

"Coklat kesukaan Sabina?" Devian mengangguk tidak enak.

"Kalau kamu nggak mau gak apa-apa, buat saya aja. Abis bersih-bersih saya beliin lagi rasa keju."

Kania menatap Devian dengan tatapan sulit diartikan. "Aku suka rasa keju, aku suka warna biru, aku suka kopi tapi enggak kopi hitam. Aku alergi coklat, aku kurang suka makanan berkuah kecuali sayur asem."

Devian terdiam, Kania memang sudah sering mengingatkannya namun entah kenapa Dave selalu lupa.

"Kalau ada hal yang kamu lupain lagi tentang aku, kamu bisa tanya aku langsung. Buat martabaknya, maaf ya, bukan aku nggak ngehargain kamu, tapi aku emang alergi coklat."

Mendengar penuturan istrinya, Devian semakin tidak enak. Ia yang harusnya minta maaf, padahal Kania selalu mengingatkannya. "Maaf saya sering lupa, padahal kamu enggak pernah lupa tentang saya."

His ShadowWhere stories live. Discover now