46 : Aku Tidak Bisa

86 19 7
                                    

Godt membantu Perth turun dari mobil, dia turun duluan lantas dia bimbing tangan Perth bak putri raja yang turun dari kereta kencana. Diperlakukan seperti ini membuat Perth tersipu malu, terlebih para bawahan Godt beserta karyawan berbaris rapi menanti kedatangan atasan mereka seperti biasanya.

Pakaian mereka bahkan senada. "Gak perlu grogi gitu, santai aja." Godt berucap pelan di telinga Perth, tautan tangan keduanya erat. Perth mengangguk ringan setelah memandang suaminya yang kini mengangguk pelan tuk ucapan selamat datang dari bawahannya.

Seperti biasa, tidak ada satupun yang berani mendekati Godt lebih dari satu meter.

Para eksekutif tentu kenal dengan Perth mengingat mereka datang pada saat Godt menikahi Perth.

"Tuan nona apa kabarnya?" Tanya salah direktur perusahaan Godt, dia berkeringat dingin begitu juga dengan yang lainnya.

"Aku baik, tuan..." Perth menjeda perkataannya, mencoba mengingat nama pria yang sudah 40 tahun usianya.

"Namaku Sunny tuan nona. Sunny Suwanmethanont." Sahut Sunny dibalas anggukan mengerti oleh Perth, lantas Perth melirik suaminya yang kebetulan juga menatapnya. Perth tersenyum membuat Godt mencubit pipinya dengan gemes. "Ih, sakit phi ..." Cicit Perth kemudian dia mengusap pipinya yang tadi Godt cubit. Godt malah terkekeh, semakin gemes dia dengan istrinya yang kini mencebik.

Mereka sedang menunggu lift.

Tawa Godt membuat para karyawannya yang baru kali melihat langsung membola tidak percaya. Sebab selama ini mereka tidak pernah melihat Godt tertawa, melihat dia tersenyum pernah itupun atas dasar keuntungan bisnis. Samasekali tidak tulus.

Ajudan Godt sendiri sudah mulai terbiasa melihat tuannya tersenyum dan tertawa. Namun itu semua hanya terjadi di depan kekasihnya.

"Kedepannya istriku akan sering kesini. Jadi, aku harap kalian memperlakukan dia dengan baik dan dia tidak perlu juga buat janji temu denganku jika sewaktu-waktu dia datang ke sini seorang diri tuk mencari ku." Jelas Godt memperlakukan istrinya lebih spesial dari yang lainnya.

"Apa tuan nona akan menjadi salah satu karyawan di sini Presdir, kepala manager misalnya?" Tanya Sunny tidak keberatan juga jika Perth langsung menempati posisi tinggi, secara yang punya perusahaan suaminya.

Godt menggeleng, "Istriku masih kuliah, jadi itu tidak mungkin. Lagipula jika kedepannya dia sudah tamat kuliah, aku tidak mengizinkan dia bekerja." Putus Godt tidak ingin Perth bekerja maupun sejenisnya. Percuma dia kerja jika istrinya juga kerja.

Keputusan Godt yang sepihak itu membuat Perth menatapnya, "Lalu untuk apa aku kuliah jika aku gak boleh kerja, phi?"

"Untuk membuat pola pikir mu supaya lebih dewasa, pintar dan berwawasan luas. Pada kenyataannya kuliah itu bukan untuk cari pekerjaan tapi untuk meningkatkan pola pikir mu." Jelas Godt kini pintu Lift sudah terbuka.

"Ta-tapi phi..."

"Harta aku banyak, dan tidak akan habis jika hanya menghidupi mu. Nurut ya yank, hembn?" Godt menyela, dia mengusap lembut kepala Perth yang kini hanya diam. "Yank, kamu boleh melakukan apapun tapi tidak dengan bekerja. Baik itu pekerjaan rumah maupun pekerjaan yang menghasilkan gaji." Tambah Godt pada Perth yang masih cemberut.

"Oke, kamu boleh kerja. Tapi aku gak kerja. Aku dirumah aja nunggu kamu pulang. Gimana, hembn?"

"Tapi aku pengen jadi dokter phi..." Ini cita-cita yang sudah lama Perth impikan.

"Jadi dokter pribadiku, mau?" Tawar Godt benar-benar tidak ingin Perth bersusah payah untuk mencukupi kebutuhan hidupnya.

Perth diam, dia sedang berpikir.

Life Goes On 🔞 Where stories live. Discover now