7.DILUAR KONTROL

19 12 0
                                    

Di kediaman Triksi Freya Kiana. Triksi sudah banyak menggonta-ganti art. Menurut rumor yang beredar rumah yang ditinggali Triksi sangatlah mistis setiap ada yang bekerja di sana maka tidak akan pernah ada yang bisa keluar. Layaknya rumah angker yang dihuni oleh hantu yang tak pernah terusik di mana orang yang bekerja di sana hilang tertelan bumi. Letaknya yang dikelilingi pepohonan juga suasana yang selalu sepi bahkan terkadang seperti penampakan rumah kosong.

Menurut gosip tetangga yang beredar, Triksi adalah orang yang baik hati,ramah, pencinta hewan dan lainnya. namun sepertinya gadis itu sangat luar biasa di saat semua orang tidak terlihat lagi di rumah itu dan hanya dirinya yang tersisa. Tetangga justru malah berbalik sangka menduga Triksi yang terlalu berbaik hati malah memberi ART-nya liburan yang panjang atau mungkin bisa saja di pecat karena Triksi merasa tidak cocok. Bukankah itu suatu tindakan yang tidak mungkin! Tetangga di sana terlalu baik untuknya beranggapan sosok Triksi adalah orang yang demikian. Ah citra Triksi yang di kenal baik sangat melekat di masyarakat sampai-sampai sangat mereka sanjung-sanjung atas kebaikannya yang terkadang menolong orang disekitarnya.

Hari ini cukup cerah art yang sedang membereskan rumah Triksi seperti biasa. Art yang baru berkerja kemarin itu sedang memegang kemoceng membersihkan etalase berisikan furnitur kecil. Matanya melihat Triksi yang turun dari kamarnya menuju ke dapur dan kembali ke ruang televisi membawa buah Apel dan pisau buah. Wajah sangat cantik akan tetapi tanpa ekspresi. Triksi mengambil remote untuk menyalakan televisi dan menikmati apel dengan tenang.

"Selamat pagi non," sapa art.

"Ya," sahut Triksi.

Melihat keanggunan Triksi saat mengupas apel juga melihatnya menyuapkan apel ke mulutnya, art itu tak sengaja menjatuhkan vas kaca dan membuat kakinya terluka. Sungguh kecerobohan yang membawa bencana bagi alam semesta tentunya.

Triksi berdiri saat mendengar art-nya meringis kesakitan kemudian berdiri dan beranjak dari sofa menuju kesebuah laci kecil di samping meja televisi.

"Aduh Non, maaf Bibi gak sengaja," ucapnya.

"Sakit ya Bi," sahut Triksi dan bergegas membawa kotak p3k di dalam laci.

Melihat itu bibinya tersenyum ternyata majikannya sangat pengertian. Sayangnya bukan apa yang seperti di harapkan art itu melainkan bencana alam semesta yang akan terjadi sebenarnya lagi. Triksi tersenyum sangat lebar membuka tutup botol Alkohol secara perlahan.

Art itu pikir Triksi akan mengobati namun bukan hal itu yang didapatkan oleh art malang yang mengharapkan kemurahan hati majikannya.

"Makas...ssh, ahk...Non perih."

Diluar dugaan Triksi menumpahkan alkohol pada luka di kaki art itu sehingga membuatnya berteriak. Bisa di bayangkan saat Alkohol disiramkan langsung pada luka yang menganga rasa perih tak tertahankan hingga art itu meringis histeris.

"Iya Bi biar cepat sembuh," ucap Triksi tertunduk melihat kaki yang sudah dirinya siram.

Jangan coba-coba melakukan suatu kesalahan jika berkerja di rumah kecil yang jauh dari pemukiman tetangga apa lagi penghuninya yang mendiaminya seorang gadis iblis seperti Triksi. Jujur saja Triksi merasa kasihan melihatnya berteriak keras seperti itu, bolehkah dirinya membantu Bibi yang malang itu agar bisa mengakhiri penderitaannya. Sangat sakit bagi Maisya melihat orang yang terluka rasanya ingin menambahnya agar darah mengalir dengan indahnya. Dilihat-lihat sepertinya bola mata art–nya sangat cantik untuk di pajang. Memikirkan dagingnya saja rasanya perut Maisya merasa lapar.

"Aaaa...ampun Nona itu menyakitkan."

Melihatnya jeritan semakin kencang membuat telinga Triksi menikmati alunan merdu yang bagaikan musik di teling, kemudian menancapkan pisau buah di kaki art itu. Darah semakin mengalir bibir itu berteriak dengan kencang bahkan kepalanya menengadah ke langit-langit.  Triksi masih memainkan pisaunya dengan wajah datar di kaki korban, tidak ada lagi jeritan hanya suara meringis menahan tangis. Hal itu membuat Triksi bosan dan semakin menekan pisau hingga mencapai dasar telapak kakinya.

MAISYA ADELLA (On Going)Where stories live. Discover now