Journey 13

1 1 0
                                    

Di suatu markas Prime Syndicate, terlihat Thea dan Michael diledeki oleh beberapa anggota lain karena kegagalan mereka yang kedua kali. Kemudian, sang ketua perwakilan organisasi datang menegur, "Thea … Michael …. Jelaskan apa arti dari semua ini."

"Tch. Lima orang itu memang masih bocah, tapi … kita takbisa meremehkan mereka!" Michael memukul meja lantaran kesal.

"Oh ya, bahkan memberi tahu identitas asli kalian, haha," ledek salah satu anggota lain. "Berotak dungu sekali, sih …."

Thea merasa tidak senang dan menunjuk si anggota yang tadi meledek. "Kau pasti akan merasakannya nanti!"

Sang ketua berjubah ungu membuat pemberitahuan agar cepat menyingkirkan orang-orang berpotensi menghancurkan rencana besar mereka, yaitu kelompok Rheina. Bagi yang dapat mengalahkan Rheina beserta empat rekannya akan diberi hadiah menarik. Para anggota setuju senang dengan pernyataan tersebut. Kemudian, terlihat seorang dukun dalam organisasi tersenyum lebar mendengar semua itu.

***

Di sisi lain, Rheina dan rekan-rekannya memasuki wilayah baru bernama Fienest. Itu adalah negeri multikultural yang terletak di utara negeri Veroeland. Orang-orang keturunan bangsa Belgia dan Perancis menjadi penduduk di sana. Setelah melakukan perjalanan selama sejam, mereka sampai ke ibu kota Fienest, Les Axolin. Kotanya sangat berkilauan dengan konstruksi berlapis emas di segala bangunan.

"Bagaimana jika kita bersenang-senang dulu di sini selama 2 jam? Jika sudah selesai, berkumpullah di balai kota," ucap Rheina.

Masing-masing dari mereka berlima pergi berpencar. Rheina bersama Zihan pergi ke suatu theater. Andi dan Andre melihat-lihat pameran dekat pasar, sedangkan Rozza mencoba berlatih menembak di suatu tempat.

Andre ingin pergi membeli atribut serta makanan ringan di suatu toko. Dia hendak melakukan tawar-menawar. Namun, pemilik toko mendadak tuli saat melakukan negosiasi. Andre menawar, "Mas, ini 100 perak boleh, 'kan?"

"Saya baru datang ke kota," kelit si pemilik toko dari tawaran Andre. "Anda mau makan?"

"B-bukan itu maksudnya. Aku tak bilang begitu. Hanya menawar saja."

"Oh begitu? Kirain Anda makan di warung. Kebetulan saya makan ayam tadi."

"Ampun, dah. Telingamu punya masalah apa?!"

"Masalah keuangan? Kan, saya jualan di sini."

"Bodo amat!"

Karena kesal dengan pemilik toko tersebut, Andre tidak jadi membeli. Sebaliknya, Andi menawar untuk Andre yang merajuk. "Kau sepertinya perlu belajar banyak dariku soal tawar-menawar, haha."

Di tempat lain, Rheina dan Zihan menikmati pertunjukkan seni tari. Rheina pun ikut menari dengan membawakan tarian 'Jaipongan' di atas panggung. Zihan takjub melihatnya, begitu juga dengan penonton yang menyaksikan. Setelah selesai, timbul percakapan singkat antara kedua orang tersebut.

"Rheina, dari mana kau bisa menari sebagus itu?"

"Oh, itu … Rheina pelajari waktu di Indi Pina, Zihan."

"Kau hebat punya niat bagus belajar budaya negeri lain!"

"Terima kasih, Zihan. Kamu pun bisa seperti Rheina!"

"Yah, sayangnya aku takbisa menari …."

Di sisi lain, Rozza melatih kemampuan membidik dalam sebuah ruang latihan tembak di toko amunisi dan persenjataan. Tidak lama, dia dihubungi oleh sang adik, Rosalina, melalui telepon. Gadis tersebut sedang dalam perawatan penuh di sebuah rumah sakit khusus berkat Luca dan Veronica yang membawanya. Rozza turut senang mendengar kabar baik itu.

Dua jam telah dilewati. Kelima pemuda-pemudi tersebut berjanji untuk berkumpul dan melanjutkan perjalanan. Kelompok Rheina meninggalkan ibu kota Les Axolin tanpa ada halangan selama di jalan. Hari sudah menjelang malam, Rheina beserta rekan-rekan melakukan pemberhentian di suatu puncak gunung berhutan. Mereka membentuk dua tenda, kemudian bersama-sama duduk di depan api ungun sambil bercerita tentang kehidupan sehari-hari.

Zihan berdiri untuk bercerita. "Mungkin kalian mengenalku hanya sebatas nama, 'kan? Aku hanya guru honorer yang mengajar berbagai mata pelajaran, sekaligus pembimbing olahraga memanah di negeriku."

"Hebat, Zihan! Sekarang giliranku," lanjut Andre, "Yah, sejujurnya … aku punya pekerjaan lain, sih. Aku adalah seorang—"

Saking lama Andre bercerita, keempat rekannya malah tertidur duluan karena lelah seharian. Andre jadi salah tingkah dan berakhir ikutan tidur juga. Di samping itu, mereka diawasi oleh dukun dari Prime Syndicate. Dia memandang kelompok Rheina sambil tersenyum sinis.

Di hari esok, kelompok Rheina disambut Luca dan Veronica. Mereka memberi tahu bahwa saat menganalisis area sekitar, ada sesuatu dari arah timur laut posisi mereka. Rheina dan yang lain bergegas memeriksa suatu tempat. Tidak lama, mereka berlima melihat sebuah hutan berkilauan bagai emas.

"Wah, ini bisa dijual kalau terkumpul semua daunnya!" Andre memegang dedaunan yang berjatuhan.

"Semua dijual. Jangan-jangan harga dirimu juga kau jual, ya?" ledek Zihan.

"Ya jelas, dong."

"Apa? Kau serius jual diri?"

"Maksudku … jadi badut itu termasuk pekerjaan menjual diri juga, 'kan?"

Zihan memukul kepala Andre, "Sial. Itu beda lagi, Bodoh!"

Kelompok Rheina masuk ke hutan tersebut. Kilauan dari dedaunan pohon dapat merusak mata. Luca melihat mereka dari kamera sekitar dan menyarankan untuk menggunakan kacamata anti radiasi. Setelah itu, tiba-tiba ada suara bisikan dari telinga Rheina.

"Rheina …." Suara misterius tersebut seperti sedang memanggil, namun dia merasa bahwa itu hanya imajinasinya saja.

Tidak lama, muncul seorang pria paruh baya di hadapan kelompok Rheina. "Siapa kalian yang berani menginjakkan kaki di wilayah hutan ini?!"

"M-maafkan kami telah masuk ke hutan ini tanpa izin!" panik Rheina.

"A-anu …," Zihan bertanya, "kalau boleh tahu … Anda siapa, ya?"

Si pria paruh baya mulai memperkenalkan diri, "Aku adalah Lilipaly, penjaga Hutan Jade ini."

Itu adalah pertemuan Rheina beserta empat rekannya dengan pria bernama Lilipaly. Orang tersebut merupakan seorang caster veteran yang telah pensiun. Hutan yang didatangi oleh mereka berlima adalah hutan terlarang. Lilipaly dipercaya menjaga hutan penuh berkilauan tersebut agar tidak sembarangan orang bisa masuk. Dia mulai melakukan interogasi kepada mereka berlima.

Bersambung ….

RAZARWhere stories live. Discover now