Chapter 7

2 0 0
                                    


Menerima Dengan Tulus

*******

Gisella belum mengerti apa yang akan dia lakukan di kelanjutannya, menjalani sehari-hari tanpa ada tujuan hidup, menjalani dengan hati yang kesepian dan kesedihan, menjalani dengan penuh harapan.

Di suatu siang hari Gisella tanpa sengaja berpapasan dengan Vivi, teman sewaktu SMA dulu.

"Gisella, hey mau kemana? Kok bisa pas banget papasan sama aku" ucap Vivi dengan penuh gembira

"Hey Vi, iya aku mau beli sesuatu" ucap Gisella dengan datar dan kaget

"Aku boleh ya minta nomer kamu, kapan-kapan kita bisa jalan bareng, udah lama kita gak ketemu Gisella" ucap Vivi

"Iya Vi, boleh kok nanti kita bisa janjian kalau mau ketemu" ucap Gisella

"Oke Gisella, aku duluan ya soalnya aku di tungguin jadi aku buru-buru ya, sampai jumpa nanti" ucap Vivi dengan menepuk pundak Gisella

"Oke Vivi, hati-hati ya" ucap Gisella

Gisella selalu mendapatkan tepukan di pundak nya dari Vivi mengisyaratkan Vivi tau betapa penuhnya beban yang di pikul Gisella, dan memberikan support dengan tepukan pundak.

Tidak ada yang orang mengetahui apa yang di rasakan Gisella, dan beban apa yang di pikulnya atau bagaimana perasaannya. Semua itu terbungkus rapat dalam diri Gisella, dia tidak bisa percaya kepada orang lain jika dia membagikan apa yang Gisella rasakan dan yang terjadi kepada dirinya.

Setiap manusia pasti melalui proses perjalanan yang panjang, saat terjatuh dan bagaimana dia bangkit dari jatuh tersebut. Dan masih melalui proses penyembuhan. Gisella menerima apa yang sudah terjadi dan yang sudah dia lalui, dengan menerima sangat ikhlas.

Meskipun Gisella tidak tahu bagaimana caranya untuk melupakan yang sudah terjadi tetapi dia bisa ikhlas sudah cukup baik. Menjalani kegiatan sehari-hari dengan ikhlas apa pun yang akan terjadi atau yang sudah terjadi.

Gisella mencoba hal-hal yang bisa menghabiskan waktu nya dirumah, tetapi tetap saja dia merasakan sepi dan kesendirian. Hal itu yang membuatnya merasa semakin terpuruk, kurangnya interaksi dengan orang lain, kurangnya bergaul dengan anak-anak sepantarannya, kurangnya berkomunikasi dengan siapa pun.

Gisella menjadi introvert adalah hal yang mudah untuknya menjaga dirinya tetap baik-baik saja, membatasi pergaulan dan keluar rumah salah satu cara dia menjalani hidup dengan baik. Dan menjaga dirinya agar tidak terluka lebih banyak lagi dan kurangnya percaya diri.

Gisella selalu memandang dirinya tidak pantas untuk di sayangi, di cintai. Gisella selalu memandang dirinya sebagai orang yang buruk, karena itu Gisella selalu menutup diri dan menjadi orang lain. Gisella tidak pernah bisa menjadi dirinya sendiri.

Setiap Gisella mengucap sesuatu hal, yang keluar dari mulutnya hanya doa yang mungkin bagi orang lain sungguh mengerikan. Gisella selalu berharap tidak memiliki umur panjang salah satu upaya dia tidak melakukan hal bunuh diri.

"Jika tuhan mentakdirkan aku umur pendek aku mau, karena untuk apa memiliki umur panjang tapi selama hidup hanya duka yang ku miliki" ucap Gisella

Hidup yang panjang atau berjumpa dengan banyak orang tidak memiliki arti apa pun untuk Gisella, dia hanya menjalani apa yang terjadi menerima dengan tulus dan memaafkan.

Memaafkan bukan hal yang mudah untuk Gisella, memaafkan apa pun yang sudah dia lalui. Memaafkan adalah suatu proses Gisella mengabaikan dan mengurangi amarah, dendam, dan ketidak senangan dalam hidupnya.

Menerima dengan tulus yang sudah terjadi adalah salah satu sikap menerima keadaan dengan sepenuh hati, tanpa rasa pahit, atau keinginan mengubah apa yang sudah terjadi. Dan Gisella belajar untuk tumbuh menjadi sesosok perempuan yang lebih kuat dengan apa yang sudah terjadi.

Gisella selalu berharap dengan kesendiriannya bisa mengobati luka di hati dan pikirannya. Meskipun di sisi lain Gisella merasa kesepian tetapi Gisella lebih baik sendiri dari pada bersama banyak orang tapi tetap merasakan kesendirian dan kesepian.

Menerima apa pun yang sudah terjadi, salah satu bentuk pencapaian yang sudah Gisella lalui. Berharap menjadi orang yang lebih baik salah satu hal yang di inginkan setiap orang salah satunya Gisella.

Bukan hanya tidak percaya diri, Gisella juga merasa diri nya aneh. Tidak sama dengan kebanyakan orang pada umumnya. Sampai di titik dimana Gisella merasa kan hal yang berbeda dengan yang lainnya. Salah satu hal yang membuat diri nya semakin tidak percaya diri.

Di antara banyak nya orang Gisella selalu tidak merasakan kenyamanan, merasa tidak pantas untuk berkumpul dengan banyak orang, tidak siap menerima pertanyaan yang bahkan dia tidak tahu bagaimana menjawabnya. Gisella lebih baik menghindar dan menyendiri.

Beberapa kali Gisella kenal dengan banyak nya orang baru, tetapi tidak satu pun yang dapat memahami bagaimana Gisella, dan mengerti diri nya.

"Memang sulit untuk bisa di mengerti dan di pahami, tetapi aku selalu berusaha untuk mengerti dan memahami orang lain meskipun tidak pernah mendapatkan hal yang sama" ucap Gisella

Bagi Gisella hal yang mudah untuk memahami orang lain, mengerti dan merasakan hal yang mereka rasakan, meskipun hal itu sulit dia dapatkan, dan berharap yang berlebih dengan orang lain dengan harapan mendapatkan hal yang lebih jika kita melakukan hal yang baik terhadap orang lain.

Bertahun-tahun sudah Gisella lalui dengan berbagai macam bentuk sifat dan kehidupan yang berbeda setiap tahun nya. Tetapi satu hal yang tidak dapat Gisella ubah yaitu menyakiti dirinya. Gisella tidak pernah mengetahui cara untuk berhenti dari hal itu, meski Gisella paham hal itu bukan hal yang baik.

Bentuk proses menerima dengan tulus sudah di jalani dengan baik, tetapi hal itu tidak dapat di ubah selalu setiap ada masalah dan penuh dengan amarah tidak bisa di kontrol Gisella berakhir dengan menyakiti diri nya dengan berbagai macam cara yang sudah Gisella lalukan dan itu membuatnya tenang setelah melakukannya.

Proses yang panjang di lewatinya setiap tahun, tidak ada perubahan yang banyak, Gisella selalu memandang dirinya tidak pantas untuk di sayangi orang lain. Gisella takut untuk berharap dengan orang-orang di sekitarnya atau orang yang baru dia kenal.

Gisella takut untuk dirinya lebih terluka dan memiliki duka yang berlebih dari yang sudah dia miliki dan menambah luka duka yang baru.

Meskipun dia sudah menerima apa yang terjadi dengan tulus dan ikhlas tetapi masih sulit baginya untuk berdamai dengan diri sendiri.


"Semua orang pantas untuk bahagia, hidup dengan senang dan nyaman, tetapi apakah aku pantas untuk itu semua? Apakah aku pantas untuk bisa berdamai dengan diriku sendiri? "Ucap Gisella


Selanjutnya di next Chapter yaa —>

Terimakasih sudah membaca Chapter 7🫶🏻

Perjalanan seorang wanita untuk mencintai dirinyaWhere stories live. Discover now