Part 38 | Heart Beat

49 9 25
                                    

Heart beat? Dan debaran itulah yang terjadi di hati mereka masing-masing seolah hati mereka satu🥰

*****

[Aleena POV]
Untung saja ada Kak Adrian. Aku tidak tahu apa jadinya jika dia tidak ada. Aku berhutang nyawa kepadanya. Lihat saja, darah yang keluar dari punggungnya akibat tusukan pisau dari berandal tua botak tadi. Sampai di sekolah nanti, aku harus mengobatinya. Semoga Dokter Dina sudah ada.

Kini kami berhenti setelah tiba di jalan yang cukup sepi. Jalan Tulip.

"Kok berenti?" tanyanya.

"Duduk..." pintaku. Kulepaskan scraf dari rambutku yang  dikuncir setengah.

"Mau ngapain sih?"

"Ck, buruan!" balasku sambil mendorong bahunya segera duduk di trotoar.

Aku gerakkan lengannya ke arah jarum jam di angka 5. "Akh—" rintihnya kecil. Aduh pasti sakit sekali.

"Semoga nggak kena otot, ya. Ini darahnya lumayan banyak jadi ditahan dulu," lanjutku sambil memasukan scarf dari kerahnya dan mengikatnya di bagian tulang belikat.

"Sementara gini dulu, ya. Nanti kita ke UKS buat obatin luka ini."

Sesampai di sekolah, kami segera masuk ke ruang UKS. Kak Adrian memilih duduk di tempat tidur pasien yang rendah. Sementara, aku menyiapkan obat-obatan.

Tumben sekali jam segini sudah sepi. Kemana Rafli? Tadi kan dia yang piket di sini. Atau mungkin Dokter Dina sudah datang? Tapi kok dari tadi aku berkeliling tidak ada tanda-tandanya. Ah, sebaiknya kuhubungi saja dia.

Menyambungkan panggilan
"Halo, sore dokter," sapaku.

"Iya, sore Aleen. Ada apa ya?"

"Ini Dok, ada siswa yang ketusuk pisau di punggung bagian belikat. Tapi nggak ada yang jaga, padahal tadi ada Rafli. Saya mau ngobatin tapi kurang tau Dok, gimana caranya," jelasku.

"Astaga, dalam nggak lukanya? Bisa saya lihat? Coba kita move ke vidcall ya."

"Baik, Dok!"

Aku alihkan panggilan ke video call dan menyalakan kamera belakang. Aku tarik sedikit kerah t-shirt Kak Adrian dan membuka ikatan scarf agar dapat memperlihatkan lukanya.

"Sepertinya tidak terlalu dalam. Tapi namanya luka tusuk harus betul-betul diperhatikan. Kamu coba bersihkan lukanya dulu ya saya sebentar lagi sampai situ. Bisa, kan, Leen?" ujar Dokter Dina.

Aku men-switch ke kamera depan lalu menjawabnya tanpa berpikir. "Bisa. Terima kasih banyak, Dok."
Menutup panggilan
[Aleena POV End]

[Adrian POV]
Sesampai di UKS, aku memilih duduk di tempat tidur pasien yang rendah. Mungkin Aleena yang pendek itu akan mengurus lukaku. Maksudku supaya tidak menyusahkan dia karena terlalu tinggi. Dia telah menyiapkan obat-obatan kemudian menelepon Dokter Dina. Sepertinya dia belum pernah membersihkan luka ya sampai harus bertanya lagi kepada dokter itu? Dia pun mengakhiri panggilannya setelah semuanya dirasanya cukup jelas.

"Jadi?" tanyaku.

Sebenarnya aku tahu apa yang harus kulakukan setelah ini. Tapi iseng saja, heheheee sedikit menggodanya tidak papa, kan?

Before We Meet AgainWhere stories live. Discover now