Chenoa: Chapter 2

21 1 0
                                    

♛DeLuna♛

Namanya Chenoa yang berarti burung merpati putih. Entah kenapa orang tua bayi itu memberinya nama demikian.

Sebuah kisah akhirnya mengalir, memberi angin sejuk pada hawa panas yang sedari tadi menggerogoti relung hati Aluna. Lelakinya itu kini duduk bersila di lantai menghadap sofa yang menjadi tempat duduknya yang tengah menggendong bayi yang beberapa saat lalu sangat di bencinya. Derio yang memaksa. Dan Aluna yang terpaksa saat si bayi terus saja menangis di tengah penjelasan Derio.

Rasanya dia ingin membanting bayi itu saat itu juga. Namun Derio dengan pandai mendekap tangannya yang bertumpu silang menahan bobot si bayi. Mendekapnya erat dari belakang.

Segala kisah berupa untaian penjelasan yang di lontarkan Derio dapat di terimanya dengan baik.

Asal usul si bayi dan sebagainya. Semuanya lengkap tidak ada yang di tutupi, terlihat dari pancaran mata jujur dari Derio.

"Harusnya aku ngomong dulu sama kamu. Minta izin supaya bisa ngerawat anak ini." Ucap Derio dengan ujung jari telunjuk yang menoel pipi bulat si bayi. Aluna hanya diam mendengarkan dan melihat cara Derio mengganggu ketenangan bayi mungil dalam dekapannya ini.

"Kalau kamu nggak cepet jelasin aku bersumpah tadi bakal jadi waktu terakhir kamu lihat aku, Kak!"

Derio mencebik. Tangannya yang melingkar di sekeliling pinggang Aluna semakin membelit mesra tubuh si gadis.

"Jangan gitu. Aku nggak mau rawat dia sendirian."

Aluna berdecih lalu menjenggut rambut Derio agar laki laki itu mendongak menatap nya.

"Kamu tahan aku supaya jadi babysitter bayi ini?" Tanya Aluna dengan wajah garang. Derio segera menggeleng brutal.

Sumpah, bukan seperti itu maksudnya!

"Nggak gitu, sayang. Aku nggak mau anak yang udah jadi tanggung jawab aku punya buna yang lain. Aku mau ngelakuin semuanya bareng kamu!" Ucapnya yang terdengar manis sekali di telinga Aluna.

"Kak, kita masih sekolah. Tanggung jawab ngurus bayi itu nggak gampang! Demi tuhan, Kak. Kamu lagi sibuk sibuknya ngurus persiapan ujian kelulusan. Aku juga harus bagi waktu prepare pelepasan jabatan OSIS untuk kenaikan kelas nanti, Kak. Kita sibuk! Nggak akan bisa... " Kata Aluna yang melirih di akhir kalimat. Mata indah itu melirik bayi malang yang tentram berada dalam dekapannya juga Derio.

"Kita bisa, sayang. Kamu punya aku! Segalanya akan baik baik aja. Just trust me."

Aluna menggeleng skeptis.

"Kamu bahkan udah seminggu bolos, kak. Bagian mana yang bakal baik baik aja, ha?"

Aluna ingat Derio yang bolos sekolah seminggu hingga surat peringatan melayang di meja kerja papinya. Kedua orang tua wajib menghadiri panggilan dari pihak sekolah. Si tersangka malah asik di rumah mengurus bayi yang mana baru hari ini Aluna mengetahui kesibukan sang kekasih.

Dia kira hanya membolos seperti biasa. Berkumpul bersama teman teman berandalnya.

Meskipun Derio tidak pernah absen menjumpainya, tapi durasi waktu mereka berdua berjumpa cenderung mengurang satu minggu belakangan. Aluna merasakannya dan Aluna memaklumi. Bahkan tidak ada rasa curiga jika kesibukan Derio berbeda dari biasanya. Mungkin bayi ini akan terus di sembunyikan jika Aluna tidak berencana memberi kejutan ulang tahun untuk Derio.

"Kan udah biasa, sayang. Bolos seminggu nggak bakal bikin aku duduk selamanya di bangku sekolah. Sekolah nggak bakal bisa ngapa ngapain!" Kata Derio mencoba meyakinkan Bunda si bayi.

"Terserah kamu." Akhirnya Aluna pasrah dengan segala keputusan Derio. Capek juga jika harus terus mendebat si keras kepala yang sialnya menjadi kekasihnya ini.

"Mana susu Noa? Kayaknya dia lapar sekarang."

Aluna memperhatikan Noa, panggilannya untuk si bayi, yang mulutnya celametan dan mulai menjulur julurkan lidahnya ke dada Aluna.

Derio segera beranjak yang diikuti oleh Aluna sambil gadis itu menenangkan Noa yang mulai merengek.

Ketiganya berjalan menuju dapur dengan persimpangan arah yang berbeda. Derio menuju kabinet bar untuk membuat susu formula si bayi dan Aluna yang menggendong si bayi duduk di kursi bar menyaksikan kepiawaian Derio dalam mengeksekusi susu formula.

"Lancar banget bikin susunya, pak." Sinis Aluna saat Derio menggoyang botol dot dengan pelan. Laki laki itu hanya menatap Aluna dan tertawa pelan melihat wajah keruh kekasihnya itu.

"Mana angetnya pas lagi." Aluna semakin sinis dan menatap Derio dengan tajam saat merasakan kekentalan dan suhu susu yang pas.

Awas aja kalau nanti sama anaknya nggak seperhatian ini.

"Simulasi jadi ayah yang kompeten buat anak anak kita nanti, sayang. Nggak usah cemberut gitu," Kata Derio yang kemudian merendahkan tubuhnya untuk memeluk Aluna dari belakang dan mengecup pipi si Buna muda itu.

Aluna menyusui Noa dengan khidmat. Tangan lembutnya mengelus alis si bayi yang masih tipis kemudian membelai lembut pipi gembulnya.

"Ganteng banget, sih." Gumamnya Aluna menatap takjub wajah Noa.

"Jelas ganteng, lah. Darah aku ngalir di dia, pasti ketularan gantengnya." Ucap Derio yang membuat Aluna mendelik dan memukul lengan kekar Derio.

"Apa sih, yang!"

✧༺♥༻✧

Young Parents: Derio Vs AlunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang