Bunga mawar

783 62 7
                                    

Jangan lupa follow sebelum baca.

Happy reading

"Nggak masalah kalo nantinya pernikhan kita tumbuh kayak bunga mawar. Karena duri bunga mawar itu bukan untuk melukai, tapi untuk melindungi."

***

"Aktar hp sama dompet gue mana?" Tanya Zizan saat menyadari dua benda itu tidak ada di dalam saku jas yang ia kenakan.

"Ada di mobil gue Zan. Tadi lo lama banget di kamar mandi jadi gue simpan di mobil, nih kuncinya kalo lo mau ambil." Jawab Aktar sambil menyodorkan kunci mobilnya pada Zizan.

Zizan segera mengambil kunci mobil yang di sodorkan Akatar. Ia berjalan menuju arah parkir mencari keberadaan mobil Aktar. Saat telah menemukannya Zizan segera membuka mobil itu. ponsel dan dompetnya ternyata berada di dasbord mobil.

"Panggilan tak terjawab dari Zarina?" Ucapnya saat membuka ponsel yang baru saja ia ambil. Kenapa istrinya itu menelfon sampai sebanyak ini. Pikirannya kalut, apa jangan-jangan Zarina tidak baik-baik saja. Karena biasanya, gadis itu tidak akan menelfon jika bukan dirinya dulu yang menelfon.

Dengan segera Zizan menelfon kembali kontak Zarina. Bahkan ia sampai mengirimkan pesan pada gadis itu. Tapi tidak ada jawaban sama sekali. Walau ia menelfonnya berkali-kali.

Sedang di tempat yang berbeda Zarina baru saja memasuki perpustakaan yang di sediakan oleh pesantren. Tak jarang ada santri wati yang menyapanya saat tengah mencari buku yang cocok untuk ia baca. Sebenarnya Zarina kurang nyaman berada di tempat seperti ini. Tapi ia jauh lebih tidak nyaman jika harus menatap ponsel yang terus menerornya selama setengah hari ini. Ia butuh untuk menenangkan dirinya sendiri, yaitu dengan membaca buku-buku yang ada di perpustakaan.

Bermenit-menit dirinya menatap dan membalikkan setiap halaman buku yang ada dihadapannya. Tak jarang ia memegang kepalanya yang terasa sakit. Mungkin karena memikirkan teror dari ayahnya sendiri.

"Baca buku apa Zar?" Tanya seseorang yang baru saja duduk disampingnya.

"Astagfirullah, Arum." Ucap Zarina sambil memegang dadanya. Karena terkejut melihat kedatangan Arum yang tiba-tiba.

Arum terkekeh, namun setelah itu ia malah terfokus dengan wajah Zarina yang nampak pucat. "Kamu sakit Zar? Kok pucet banget." Tanya Arum khwatir.

"Enggak kok."

"Zar, istirahat aja di kamar kalo kamu memang sakit." Bujuk Arum lembut.

"Aku baik-baik aja Rum, kamu nggak perlu khawatir." Balas Zarina sambil tersenyum ke arah Arum.

Selanjutnya Zarina memilih untuk meneruskan bacaannya. Sedang Arum sibuk dengan ponselnya. "Astaga." Pekik Arum sambil melihat layar ponselnya.

"Zar, kamu udah liat postingannya ning Yarisa?" Tanya Arum heboh.

"Aku nggak follow dia." Ucap Zarina santai sambil membalikan halaman buku yang sedang ia baca.

"Kalo Zizan kamu pasti follow kan?" Zarina hanya menggeleng menanggapi pertanyaan Arum.

"Astaga Zarina. Pokoknya setelah ini kamu harus follow Zizan. Supaya kamu tau kabar dia di luar sana itu kaya gimana." Cerca Arum tanpa henti

"Tapi sebelum itu kamu harus liat ini." Lanjutnya sambil menyodorkan ponselnya pada Zarina.

Tanpa pikir panjang Zarina segera mengambil ponsel Arum, matanya tertuju pada layar yang menampilkan foto Zizan bersama seorang peria yang seumuran dengan abahnya, dan juga seorang gadis yang diketahuinya adalah Yarisa. Apa sebab ini Zizan tidak mengangkat telfonnya?

AzizanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang