Pelukan

887 47 6
                                    

Jangan lupa follow sebelum baca

"Enggak ada hasil sebelum kamu mencoba Zizan."

***

Geseran koper yang telah di tutup menandakan bahwa kegiatan Zizan berberes telah selesai, dua koper besar telah berjejer rapi di samping tempat tidurnya.

Siang ini ia akan kembali ke Jakarta setelah kedatangannya dari turki dua hari yang lalu. Zizan menyeka peluh yang menetes di wajahnya, sambil berbaring terlentang pada ranjang berukuran lebar itu.

Suara ketukan pintu terdengar samar-samar dari dalam kamar bernuansa abu-abu putih itu. "Apa sih Rum. Masuk aja nggak di kunci." Teriak Zizan tanpa beranjak dari ranjangnya.

Zizan bisa mendengar suara pintu kamarnya yang di buka dari luar, tapi ia enggan menoleh pada seseorang yang tengah berjalan mendekatinya. Sudah pasti itu Arum yang dari tadi mengganggunya karena meminta oleh-oleh lebih.

"Ini susu dari umi."

Suara itu bukan suara Arum. Zizan segerah menoleh pada seseorang yang baru saja masuk ke kamarnya dengan segelas susu coklat di tangannya.

"Zarina. Aku kira kamu tadi Arum." Ucap Zizan saat baru saja menegakkan tubuhnya.

"Arum lagi bantu umi." Ucap gadis itu sambil meletakkan segelas susu coklat di atas nakas yang berada tak jauh dari ranjang Zizan.

"Tunggu, aku mau ngomong sama kamu Zar." Cegah Zizan saat melihat Zarina yang akan beranjak pergi dari kamarnya.

Zarina segerah menghentikan langkahnya dan berbalik pada peria yang saat ini berada di hadapannya. "Apa?"

Zizan menatap lamat wajah Zarina yang nampak cantik itu. Sedang gadis itu pun tidak memutuskan pandangannya dari Zizan. Menatap Zizan dengan serius, seakan bertanya-tanya apa yang akan di ucapkan peria yang ada di hadapannya ini.

Tangan Zizan beralih membuka laci nakas, mengeluarkan sebuah kotak kecil berwarna biru. Lalu menyodorkannya pada Zarina. "Ini buat kamu."

Gadis itu pun mengambil kotak kecil yang di sodorkan Zizan, lalu membuka kotak itu dan mengeluarkan isinya. Sebuah gelang berwarna hitam.

"Itu gelang Oltu, kayaknya cocok buat kamu."

"Makasih." Uja Zarina sambil kembali memasukkan gelang itu ke tempatnya.

"Zar." Panggil Zizan saat melihat gadis itu selesai menyimpan kotak kecil itu ke saku gamisnya.

Zizan menarik nafasnya panjang. "Enggak ada hasil sebelum kamu mencoba Zizan." Ucapnya dalam hati, berusaha memberi semangat pada dirinya sendiri.

Gadis itu pun mendongak saat mendengar panggilan dari Zizan. "Aku tau alasan kamu memilih untuk menikah itu, agar trauma kamu hilang. Tapi alasan aku menikahi kamu itu karena cinta Zarina. Aku cinta sama kamu dan itu sebabnya aku mau kamu sembuh." Ucap Zizan sambil menatap dalam gadis yang ada di hadapannya.

Entah sadar atau tidak, tapi ini benar-benar isi hati Zizan yang telah lama ingin ia sampaikan pada gadis di hadapannya ini. Tatapan serius Zarina perlahan berubah menjadi tatapan sayu. Manik coklatnya bergetar sebelum akhirnya gadis itu memilih untuk menunduk.

"Zarina. Kita bukan dua orang asing kan? Kamu bisa lebih terbuka sama aku, dan aku akan selalu jadi pendengar kamu. Itu tujuan pernikahan kita."

"Aku enggak masalah kalo kamu belum cinta sama aku, tapi yang terpenting jangan anggap aku kayak orang asing." Ucap Zizan serius.

"Aku akan sering pulang ke Malang nanti, supaya kita bisa sering ketemu." Ucap Zizan, sebelum Zarina beralih menatapnya.

"Makasih ya kak Zizan dan maaf karena belum bisa nemenin kaka di Jakarta."

AzizanWhere stories live. Discover now