Ke bukit

939 57 8
                                    

Budayakan follow sebelum membaca


Happy reading

"Ya Allah jika saat ini pandangan hamba pada Zarina menjadi dosa. Maka buatlah pandangan hamba terhadap Zarina menjadi pahala suatu saat nanti"



Seorang anak kecil mengintip di balik sela-sela sebuah ruangan. Tangannya bergetar sambil terus memegang gagang pintu ruangan itu agar tidak tertutup.

Matanya terus saja mengeluarkan bulir-bulir air mata dengan bibir yang bergetar, berusaha menahan isakan saat melihat pertengkaran orang tuanya.

Gadis kecil itu tidak mengerti apa-apa. Dia hanya bisa melihat bahwa saat ini ibunya tengah kesakitan karena ulah ayahnya sendiri.

"Sa-sander". Wanita itu menyebut nama peria yang tengah menjambakanya dengan terbata-bata.

"SAYA TANYA SAMA KAMU. Where are you from?" . Bentak peria itu sambil terus mengeratkan tarikan pada rambut wanita yang sudah tidak berdaya itu.

"I'm just out with my friends. And you are so angry " . Ucap wanita itu.

Nampak peria dengan tubuh tinggi, mata biru dan Rambut pirang khas orang belanda itu sangat marah mendegar jawaban istrinya.

PLAK

Wanita itu nampak meringis kesakitan saat suaminya menamparnya dengan begitu keras.

"Keluar dengan seorang peria? that's what you call a friend" .

"KAMU SELINGKUH DENGAN PERIA ITU MARYAM". Teriak peria itu sambil melepaskan cengkramannya dengan kasar.

"Demi Allah saya tidak pernah berselingkuh. You are too possessive, even when I leave the house for a moment you accuse me of being careless".

"Lebih baik kita bercerai saja Sander. Saya sudah tidak tahan dengan sifat kamu". Lanjut wanita itu dengan air matanya yang terus mengalir serta dara segar yang mengalir dari ujung bibirnya.

"Kamu bicara apa tadi. try repeating!". Peria itu kembali mencengkram pipi wanita itu dengan keras.

"COBA ULANGI UCAPANMU ITU". Bentak peria itu.

"SAYA INGIN BERCERAI".

Dengan mata yang berapi-api peria itu dengan kasar mendorong wanita yang sedang ia cengkaram itu. Mendorongnya sangat kuat hingga kepala wanita itu membentur sebuah pinggiran meja.

Sedang gadis kecil yang sedari tadi melihat kejadian itu terlihat begitu ketakutan. Apa lagi saat melihat darah yang keluar begitu banyak dari kepala sang ibu.

Tanpa belas kasih peria itu justru pergi meniggalkan wanita yang tidak berdaya itu.

Saat melihat ayahnya telah pergi. Dengan cepat gadis kecil itu segera berlari mendekati ibunya yang sudah tidak sadarkan diri.

"I-ibu". Panggil gadis kecil itu dengan terbata-bata.

"Ibu bangun. Aku takut sendirian, aku takut dengan ayah". Ucap gadis kecil itu sambil terus menggoyangkan tubuh ibunya yang terkapar lemah itu.

AzizanWhere stories live. Discover now